View Full Version
Sabtu, 14 Jul 2012

FPI Mendapat Visa untuk Berjihad Bantu Muslim Rohingya

JAKARTA (VoA-Islam) – Kemarin siang, Jum’at (13/7), sejumlah ormas Islam yang tergabung dalam Forum Umat Islam (FUI) berkumpul di Bunderan Hotel Indonesia (HI) dan bergerak menuju Kedubes Myanmar di Jalan Agus Salim, kantor PBB di Jl. MH. Thamrin, dan Kedubes Suriah di kawasan Rasunan Said, Jakarta. FUI mengecam keras atas kebrutalan Rezim Suriah Basyar Asad dan Pemerintah Myanmar yang membantai umat Islam Rohingya secara keji.

Dalam aksi damai tersebut, terlihat bentangan spanduk yang bertuliskan Selamatkan Muslim Rohingya, FPI Ready Jihad To Myanmar, Down-down Basyar Asad, Stop Genocide Muslim Rohingya dan sebagainya. Beberapa ustadz hadir dalam aksi tersebut, untuk mengecam kedua pemerintahan brutal tersebut, diantaranya: Ustadz Bernard Abdul Jabbar, KH. Muhammad Al-Khaththath, Ustadz Shabri Lubis, Habib Salim Al-Attas, Ustadz Murhali Barda, dan sebagainya.

Saat berada di Kedubes Myanmar, perwakilan dari ormas Islam berhasil menemui wakil dubes Myanmar. Dalam pertemuan singkat tersebut, ustadz Shabri Lubis dari FPI menyerahkan bukti-bukti kekejaman pemerintah Junta Militer Myanmar atas Muslim Rohingya.

Dalam kesempatan itu, FPI dan ormas Islam yang tergabung dalam FUI mendesak pihak kedubes Myanmar agar memberi visa kepada umat Islam Indonesia agar dapat berjihad ke Myanmar. Ada tujuh paspor yang diajukan FPI kepada dubes Myanmar.

Dalam orasinya, Sekjen FUI KH. Muhammad Al Khaththath menegaskan, sampai hari ini kaum muslim Rohingya di Myanmar menjerit. Kaum muslimin di Arakan (Rakhine) Myanmar masih dalam penderitaan akibat penindasan yang belum terhenti. “Sungguh menyedihkan, dunia sampai saat ini bungkam , diam seribu bahasa.”

Perlu diketahui, bahwa Maungdaw adalah salah satu kota dimana desa-desa muslim Rohingya banyak menjadi target pembakaran, penjarahan, penangkapan, pemerkosaan, dan pembunuhan. Tentara kafir Burma dilaporkan, telah melepaskan tembakan ke Desa Gawdusara pada Rabu (20/6) di selatan Maungdaw. Akibatnya, para pemuda dan laki-laki tua Muslim Rohingya melarikan diri dari desa untuk menghindari penangkapan. Sehingga desa ini menjadi tidak aman lagi, dan hanya wanita yang tinggal di rumah-rumah mereka dalam keadaan takut diperkosa oleh tentara Myanmar.

Saat rumah-rumah itu hanya dihuni wanita muslimah, para personel polisi Maungdaw memanfaatkan situasi untuk merampok rumah di desa itu setelah melepas tembakan. Pria muslim yang ditangkap polisi diharuskan menebus dengan uang sebesar 1 juta Kyat (mata uang Myanmar) per orang.

Hal serupa juga terjadi atas nasib kaum muslim di Suriah yang sudah 16 bulan terakhir ini berada di bawah keganasan rezim Bashar Assad. Rezim ini begitu mudahnya membantai rakyatnya sendiri, bukan hanya dengan senjata ringan, tapi juga pesawat tempur.

Rezim Bashar Assad mengulang kekejian ayahnya Presiden Hafez Assad yang pada tahun 1982 telah membunuh 100 ribu penduduk Hama, Suriah. Ratusan muslimah juga diperkosa rezim Bashar Assad, jutaan orang mengungsi ke negera tetangga yang lebih aman. 

Salah seorang aksi unjuk rasa yang ditemui Voa Islam adalah seseorang yang bernama Muhammad Thoriq. Ia sudah tujuh tahun berada di Indonesia. Thoriq  yang sudah beristri asal Indonesia ini mengatakan, ia telah membawa adiknya yang tinggal di Suriah agar terhindar dari kekejian Rezim Bashar Assad.

Aksi serupa, Peduli Suriah dan Myanmar, juga akan diadakan di AQL Islamic Center, Jl. Tebet Utara I No. 40, Jakarta Selatan. Kegiatan bertajuk “Mabit Peduli Syiria dan Myanmar” itu, akan diisi oleh Ustadz Muhammad Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Az Zikra), KH. Hasyim Muzadi (Mantan Ketua Umum PBNU), Ustadz Bachtiar Nasir (AQL Islamic Center), dan Ustadz Ferry Nur (KISPA). Acara berlangsung sejak pukul 19.00-07.00 WIB.  Desastian


latestnews

View Full Version