View Full Version
Selasa, 21 May 2013

Rajin Qiyamul Lail Ciri Penghuni Surga, Bukan Ciri Kelompok Sesat

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah yang telah anugerahkan hidayah kepada kita. Siapa yang Dia beri petunjuk tak seorangpun bisa menyesatkannya. Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tak seorangpun bisa memberinya petunjuk. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Qiyamullail (Shalat Sunnah di malam hari) merupakan amal sunnah yang sangat mulia. Bahkan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyebutkannya sebagai shalat sunnah yang paling utama sesudah shalat fardhu. Ia menjadi salah satu sebab tsabat (keteguhan) di atas al-haq (kebenaran). Karenanya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menegakkan qiyamullail sebelum menerima perintah-perintah yang berat dari Allah Ta’ala.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآَنَ تَرْتِيلًا

Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (Yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil: 2)

Dalam ayat lain, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka.Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS. Al-Insan: 23-26)

 Diberitakan oleh Ibunda ‘Aisyah Radhiyallahu 'Anha, “Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkan qiyamullail. Apabila beliau sedang sakit atau lemah maka beliau shalat sambil duduk.” (HR. Abu Dawud)

Al-Mughirah bin Syu’bah  Radhiyallahu 'Anhu berkata: Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam shalat malam sampai kedua tumit beliau bengkak. Lalu disampaikan kepada beliau: Kenapa engkau masih lakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan dating. . . kemudian beliau menjawab, “tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur.” (Muttafaq ‘alaih)

Qiyamullail bukan hanya untuk diri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam semata. Keutamaannya juga berhak diraih oleh para sahabat dan umatnya. Karenanya, beliau perintahkan mereka untuk menegakkan shalat malam.

Dari Bilal Radhiyallahu 'Anhu berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وقُرْبَةٌ إِلى اللَّهِ تعالى، ومِنْهَاةٌ عَنِ الإثمِ، وتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ

Kerjakanlah shalat malam, sesungguhnya shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, menjadi penghalang dari perbuatan dosa, dan menghapuskan kesalahan.” (Dikeluarkan oleh Imam At-Tirmidi, Al-Hakim (1/308) dan Al-Baihaqi (dalam Al-Sunnan al-Kubra 2/502. Dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Al-Dzahabi, serta di-Hasankan oleh Al-Hafidz Al-‘Iraaqi dalam Takhrij Al-Ihya’ 1/321)

Dalam sabda beliau yang lain,

أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ

Wahai manusia, tebarkanlah salah, berilah makanan, dan shalatlah di saat manusia tidur niscaya kami sekalian akan masuk surge dengan kesejahteraan.” (HR. Al-Tirmidzi, Ibnu majah, Ahmad, dan lainnya)

Dapat dsiimpulkan bahwa shalat malam menjadi ciri khas orang-orang shalih dan menjadi sifat yang melekat pada diri orang bertakwa yang menjadi ahli surga. Beberapa ayat Al-Qur'an menguatkan kesimpulan ini, diantaranya:

Allah berfirman tentang para wali-Nya, Ibaadurrahman (hamba-hamba pilihan Allah Yang Mahapenyayang),

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا  وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 63-64)

Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala tentang penghuni surga dari kalangan orang-orang bertakwa dan sifat-sifat mereka saat hidup di dunia,  

إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ آَخِذِينَ مَا آَتَاهُمْ رَبُّهُمْ إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُحْسِنِينَ  كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ  وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Dahulu di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohon ampunan di waktu sahur (menjelang fajar).Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)

Firman Allah yang menerangkan tentang kaum mukminin dan sifat-sifat mereka serta balasan yang Allah janjikan untuk mereka,

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآَيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ  تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung-lambung mereka jauh dari pembaringan, karena mereka berdoa kepada Rabb mereka dalam keadaan takut dan berharap kepada-Nya. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajadah: 16)

Masih banyak ayat yang menerangkan perintah dan keutamaan shalat malam. Allah menjadikannya sebagai sarana yang kuat untuk meneguhkan hati di atas kebenaran, khususnya saat-saat terjadi banyak ujian dan fitnah. Bahkan Allah menjadikannya sebagai karaktristik dan ciri khas hamba-hamba pilihan.

Dari sini, maka jelaslah kesesatan Said Aqil Siraj yang menuduh rajin shalat malam, puasa sunah, dan hafal Al-Qur’an sebagai ciri aktifis Islam radikal yang harus diwaspadai. Secara tidak langusng ia menjadikannya sebagai ciri kelompok sesat. Kemudian menyerukan agar mewaspadai orang yang rajin shalat malam. Sebagai ketua umum pemimpin Ormas Islam terbesar di negeri yang mayoritas muslim ini, rasanya tak pantas jika doctor dari Ummul Qura, Makkah memiliki kesimpulan yang menyesatkan. Semoga Allah melindungi umat Islam dari para ulama penyesat yang suka menjual agama dengan sedikit keuntungan dunia. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version