View Full Version
Selasa, 09 Jul 2013

Hadirkan Perasaan, ''Ini Ramadhan Terakhir Saya''

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Seandainya disingkap kepada kita tentang ajal kita, bahwa Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terakhir dalam hidup kita. Bagaimana kita menjalani Ramadhan kali ini? Berapa kebaikan yang berusaha kita kumpulkan?

Pastinya kita akan sungguh-sungguh mengisi siang dan malamnya dengan banyak ibadah. Banyak amal-amal kebaikan yang kita lakukan, walau membutuhkan pengorbanan tenaga dan materi yang tak sedikit. Mengikhlaskan niat dalam semua amalan. Bertekad meninggalkan semua yang bisa merusak puasa dan mengurangi kesempurnaannya. Intinya, kita akan serius menjalani Ramadhan tahun ini.

Selayaknya perasaan “ini Ramadhan terakhirku dan kesempatanku beramal shalih tinggal sebentar” kita tanamkan dalam diri kita. Sehingga akan mendorong jiwa ini serius, bersungguh-sungguh, dan konsentrasi penuh menjalani ibadah Ramadhan. Tidak tertipu dengan taswif (aku akan lakukan ini besok, lusa, seterusnya) dan angan-angan panjang, bahwa kematianku masih lama dan kesempatanku berbekal masih panjang.

Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, lalu berkata: Wahai Rasulullah, ajari aku dan nasihati aku dengan ringkas. Kemudian beliau bersabda,

إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ

Apabila kamu berdiri dalam shalatmu maka shalatlah seperti shalatnya perpisahan.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad. Disebutkan juga dalam Shahih al-jami', no. 742)

Maksudnya: seperti shalat orang yang mengira bahwa ia tak akan shalat lagi sesudahnya. Apabila orang yang shalat yakin dirinya akan mati dan di sana masih ada satu shalat sebagai shalat yang terakhir, hendaknya ia khusyu' dalam shalat yang dikerjakannya itu karena ia tidak tahu bahwa bisa jadi shalat ini adalah shalat yang terakhir." (Dinukil dari 33 Penyebab Khusyu' Shalat, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid: 45-46)

Perasaan ini hendaknya dihadirkan dalam semua ibadah kita, khususnya puasa Ramadhan kali ini. Kita merasa bahwa puasa Ramadhan tahun ini adalah puasa terakhir kita. Kita perlakukan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan perpisahan. Sehingga kita terdorong untuk mengisinya dengan sebaik-baiknya, karena kita tak akan mendapati kesempatan ini di tahun berikutnya.

. . . kita jadikan Ramadhan kali ini benar-benar bisa mewujudkan makna Shiyam Imanan wa Ihtisaban sehingga terampuni dosa-dosa kita yang telah lalu. . .

Mari kita istimewakan Ramadhan kali ini dengan meningkatkan perhatian kita kepadanya, seolah-olah kita berpuasa padanya sebagai puasa perpisahan. Kita buang rasa malas yang menghabiskan umur kita dan kita singkirkan angan-angan panjang yang melalaikan dari ibadah yang sungguh-sungguh. Kita keluar dari sekat rutinitas dalam pelaksanaannya kepada ibadah yang hidup ruhnya.

Boleh jadi pada Ramadhan-ramadhan yang telah berlalu kita mengerjakannya hanya sebatas untuk menggugurkan kewajiban, maka kita jadikan Ramadhan kali ini benar-benar bisa mewujudkan makna Shiyam Imanan wa Ihtisaban sehingga terampuni dosa-dosa kita yang telah lalu.

Bisa jadi di antara kita ada yang semangat menghatamkan Al-Qur'an beberapa kali di tahun ini, maka kita jadikan hataman Al-Qur'an di Ramadhan ini sebagai hataman yang ditadabburi, dipahami dan diamalkan isinya.

Jika di tahun sebelumnya ada yang punya hobi berpindah-pindah masjid untuk mencari imam yang bagus bacaannya atau lebih cepat shalatnya, maka ditahun ini kita tanamkan tekad untuk mengejar shalat yang lebih sempurna.

Jika biasanya kita manjakan diri dan keluarga kita dengan minuman dan makanan enak serta hal-hal yang bersifat duniawi, maka di tahun ini kita manjakan diri dan keluarga dengan hidangan ruhiyah dan imaniyah sehingga terpancar cahaya keimanan dalam rumah kita.

Kita yang senang karena sudah membahagiakan keluarga dengan materi duniawi, maka kita perlebar kebahagiaan tersebut ke keluarga lain yang membutuhkan. Kita tingkatkan rasa berbagi kepada keluarga saudara muslim di Ramadhan tahun ini sebagai wujud rahmat kita kepada sesama. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita.

Jika kita sudah sering sedekah untuk membantu orang yang menderita, maka kita jadikan tujuan sedekah kita di Ramadhan ini untuk menyelamatkan diri kita dari jilatan api neraka akibat kesalahan dan dosa kita. Karena sedekah yang ikhlas bisa menghapuskan kesalahan sebagaimana air yang memadamkan api. Sedekah juga merupakan sarana efektif memadamkan kemurkaan Allah.

Tanamkan dalam diri rasa senang memberi hidangan berbuka bagi orang-orang yang berpuasa. Ini untuk menyempurnakan pahala puasa kita, karena orang yang memberi hidangan berbuka ia mendapatkan pahala puasa seperti yang diperoleh pelakunya tanpa dikurangi sedikitpun.

Di antara kita yang memiliki kelapangan rizki, niatkanlah umrah di Ramadhan ini karena keutamaannya yang besar. Kita jadikan umrah kali ini sebagai penghapus dosa-dosa kita yang telah lalu.

. . . Kita tingkatkan rasa berbagi kepada keluarga saudara muslim di Ramadhan tahun ini sebagai wujud rahmat kita kepada sesama. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita. . .

Kita rencanakan di sepuluh terakhir dari Ramadhan tahun ini dengan I’tikaf. Kita bermuhasabah di dalamnya, boleh jadi kematian datang kepada kita secara tiba-tiba. Kita bermuhasabah saat kita berada di alam kubur, apakah masih ada amal-amal yang menjadi sebab siksa kubur yang belum kita istighfar darinya. Kita memuhasabah diri, apakah sudah cukup amal-amal kita untuk menghadapi hisab Allah di hari kiamat kelak. Pantaskah kita menjadi penghuni surga? Apa yang terjadi dengan kita kalau kita harus masuk neraka?

Jangan pelit untuk mendoakan saudara-saudara kita yang disekitar kita dan di belahan bumi lain, semoga Allah mengampuni dosa mereka dan merahmati mereka. Semoga Allah sembuhkan siapa yang sakit, Allah kuatkan hati mereka dengan kesabaran atas musibah-musibah yang menimpa, Allah angkat bala’ dan waba’ dari mereka, dan Allah tolong mereka atas musuh-musuh mereka. Sesungguhnya, saat kita mendoakan saudara muslim kita yang lain, hakikatnya, kita mendoakan untuk diri kita sendiri.

Semoga pesan-pesan ini mampu kita realisasikan bersama sehingga kita jadikan Ramadhan tahun ini sebagai Ramadhan terbaik di antara Ramadhan yang telah kita jalani. Semoga Allah limphakan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiiin! [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version