View Full Version
Rabu, 04 Jun 2014

Saat Urus Jakarta, Ternyata Jokowi Putuskan Melalui Klenik & Dukun Ki Drajat

JAKARTA (voa-islam.com) - Selama ini Jokowi percaya pada unsur unsur Kejawen. Setiap mengambil keputusan penting, ia konsultasi dulu dengan penasihat spiritual.

Tugas para dukun ini selama jadi Gubenur DKI, Jokowi sering memanggil mereka untuk dimintai terawangan-terawangan mistis tentang keputusan yang akan diambil.

Di Jakarta, para penasihat spiritul Jokowi di tempatkan di Gang Arab. Mereka kebanyakan berasal dari Solo dan sekitarnya. Nah, kegemaran Jokowi tentang minta nasihat para dukun ini, klop dengan AM Hendropriyono.

Edo, panggilan akrab AM Hendropriyono dalam menjalankan operasi intelejen juga gemar minta petunjuk dukun. Tak hanya itu, Edo juga sering meminta jimat ke dukun. Salah satu jimat Edo adalah batu akik yang matanya berasal dari Bacan, Maluku. Ia meminta jimat itu karena SBY juga memakainya.

Walaupun pakai batu akik yg sama, tapi pamor Edo tetap kalah dengan pamor SBY karena akik Edo KW 1 alias aspal

Kegemaran Edo tersebut cocok dengan Jokowi, makanya mereka klop sejak Pilkada Solo. Mereka rukun sampai sekarang.

Ambil Nomor Urut Capres, Jokowi Jalani Ritual Klenik

Nah, seminggu sebelum pengambilan nomor urut capres di KPU, Jokowi bertemu dengan Ki Drajat, dukun kepercayaannya. Oleh Ki Drajat, Jokowi disuruh puasa mutih sehari, yaitu sehari sebelum mengambil nomor undian di KPU.

Sebagai titik berangkat, Jokowi juga diminta berangkat dari daerah yang dekat dengan Jalan Cendana. Mengapa? Di kalangan Kejawen, Suharto adalah tokoh Kejawen yg disegani. Energi spiritual Suharto besar. Makanya Jokowi perlu menyerapnya.

Makanya dipilihlah Taman Menteng sebagai titik berangkat Jokowi, yang dianggap paling dekat dg Jalan Cendana. Jokowi memilih dekat SuhartoDengan berangkat dari Taman Menteng, Jokowi berharap pamor Suharto bisa pindah pada dirinya.

Seminggu sebelum pengambilan nomor, Jokowi juga melakukan ritual. Yaitu memotong ayam hitam dan perkutut Majapahit. Perkutut Majapahit khusus di datangkan dari Pacitan, kampung SBY. Tujuannya u menyerap pamor SBY.

Patut diketahui, Jokowi merupakan trah Mataram, padahal presiden selama ini, selain Habibie, adalah trah Majapahit. Semua ritual tersebut bertujuan agar Jokowi mendapatkan nomor urut 1.

Sebelum mengambil nomor, Jokowi baca mantra dulu. Setelah baca mantra dia mengatupkan kedua tangan di bibir, baru mengambil. Ternyata dapat nomor 2. Makanya Jokowi jadi agak pucat karena tdk sesuai harapan, yaitu mendapatkan nomor 1.

Mengapa Jokowi menghindari nomor 2? Ini tidak hanya berdasarkan menurut pertimbangan mudah untuk kampanye, tapi lebih karena pertimbangan klenik.

Waktu Pemilu 2004, ketika mega berpasangan dengan Hasyim, juga mendapatkan nomor 2 dan kalah. Waktu itu SBY nomor 4. Nah, angka yang dekat dengan nomor 4 dalam pandangan klenik, yaitu nomor 1, karena batangnya sama-sama 1. Makanya Jokowi memburu nomor 1. Dan dia gagal mendapatkan. Begitu dapat nomor 2, dia langsung teringat kekalahan Mega di 2004.

Ternyata, Calon presiden Jokowi sangat percaya kepada klenik.

Jokowi kerap meminta pertimbangan kepada dukunnya untuk memutuskan perkara. Bahkan setelah Jokowi mendapatkan nomor urut 2 di Pilpres 2014, mantan Wali Kota Solo itu memecat dukunnya. "Setelah pengambilan nomer di KPU, dukun Jokowi dipecat. Malam-malam dia dipulangkan ke Sukaharjo via travel," kata Ragil Nugroho melalui akun Twitter, @ragilnugroho1 seorang mantan aktivis PRD.

Ragil, mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) ini menyatakan bahwa seminggu sebelum pengambilan nomor urut capres di KPU, Jokowi bertemu dengan Ki Drajat, dukun kepercayaannya.

"Oleh Ki Drajat, Jokowi disuruh puasa mutih sehari, yaitu sehari sebelum mengambil nomor undian di KPU," papar Ragil.

Ragil mengatakan, seminggu sebelum pengambilan nomor, Jokowi juga melakukan ritual. Yaitu memotong ayam hitam dan perkutut Majapahit. "Perkutut Majapahit khusus di datangkan dari Pacitan, kampung SBY. Tujuannya untuk menyerap pamor SBY," ungkap Ragil.

Ragil mengungkapkan, waktu pengambilan nomor urut di KPU, tim spiritual Jokowi juga menyebar bunga tiga warna di halaman KPU. "Semua ritual tersebut bertujuan agar Jokowi mendapatkan nomor urut 1. Sebelum mengambil nomor, Jokowi baca mantra dulu," jelas Ragil.

Lanjut Ragil, setelah baca mantra dia mengatupkan kedua tangan di bibir, baru mengambil. Ternyata dapat nomor 2. "Makanya Jokowi jadi agak pucat karena tidak sesuai harapan, yaitu mendapatkan nomor 1," paparnya.

Mengapa Jokowi menghindari nomor 2? Ini tidak hanya berdasarkan pertimbangan mudah untuk kampanye, tapi lebih karena pertimbangan klenik.

Ragil mengutarakan, malam harinya Ki Drajat dievaluasi karena Jokowi dapat nomor urut 2. Dengan enteng Ki Drajat mengatakan, kalau aura Jokowi kalah sama Prabowo.

"Jokowi melupakan pesan Ki Drajat agar menyalami lebih dulu Prabowo, ternyata justru Prabowo yang lebih dulu menyalami Jokowi," pungkas Ragil.
Bagi umat Islam percaya pada dukun adalah syirik. Naudzubillah.

Itulah #kabaranginpagi, bagi umat Islam tak usah terlalu dipercaya, karena fakta ini hanya sebatas ungkap fakta. Kita lebih percaya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.

Barang siapa yang mendatangi seorang dukun dan bertanya sesuatu maka dia tidak akan diterima sholatnya selam empat puluh hari."

Rasulullah SAW.   bersabda yang artinya : "Barang siapa yang mendatangi seorang dukun dan bertanya sesuatu maka dia tidak akan diterima sholatnya selam empat puluh hari."

Dan dari Abu Hurairah juga : "Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun dan dia percaya dengan apa yang dikatakannya meka dia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW."

Hadist itu meyakinkan muslim beriman, bahwa “dukun” adalah media setan yang sok tau ilmu ghaib, padahal hanya mereka reka dengan berita palsu yang didengarnya. Sedangkan rahasia alam ghaib , itu hanya Allah yang, tak ada seorangpun manusia yang tau sebagaimana firmannya: 

Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-An'am (6) : 59 yang artinya : "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidaklah jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering melainkan tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh )." [petikan/dedi]


latestnews

View Full Version