View Full Version
Rabu, 27 Aug 2014

Analisa Tukang Mie Ayam: Harga BBM Diprediksi Naik November Di Awal Pemerintahan Jokowi

Sahabat Voa-Islam,

Pencabutan subsidi untuk orang kaya cuma lagu lama kaset kusut. kita sekarang dipaksa beli kendaraan, tidak ada transportasi masal yang layak dan terintegrasi, tidak ada pembatasan penjualan/produksi kendaraan. Entah mengapa dirut Pertamina mundur dari jabatannya setelah sukses menghasilkan laba Rp 32 Triliun pada tahun 2013, apakah ada tekanan politis atau tidak ingin dikambinghitamkan atas rencana kenaikan BBM nanti?

Masyarakat akan dipaksa berhutang untuk memenuhi kebutuhannya. Ini adalah tragedi pembunuhan masal. Masyarakat kelas miskin menengah paling terasa dampaknya, bagi kebanyakan kelas pekerja, gaji tiap bulan yang sudah dipotong cicilan sana sini tidak akan tersisa berhubung ongkos kebutuhan naik. Perusahaan sudah sampai pada batas kemampuan membayar upah karyawannya, permintaan turun biaya meningkat.

Bagi orang ultra kaya, mereka bersiap menyambut dana talangan pemerintah di tengah kepanikan. Dan bagi para pejabat ini adalah momen yang tepat untuk mencuri uang dari kantong wajib pajak. Ingat, orang kaya selalu membayar pajak lebih sedikit dari orang miskin. Berapun besaran kenaikan BBM nantinya, orang kaya akan selalu membeli berapapun harganya, dan orang miskin akan selalu mengeluh berapapun harganya. Mari kita pahami Rupiah adalah kertas utang yang mana fungsinya sebagai alat pembayaran bukan sebagai alat tukar. Nominal uang di rekening kita hanyalah sandiwara yang tidak pernah para bankir menyimpannya, uang kita akan berpindah menjadi hutang dan menguap di udara. Pertumbuhan kredit terus turun. Yang artinya bankir harus mencetak uang (hutang) baru, dan kenaikan BBM adalah momen yang tepat masyarakat untuk berhutang bahkan di saat suku bunga sedang naik. Inilah momen yang tepat bagi pemerintah untuk menalangi perusahaan yang dibangkrutkan oleh akuntan publik. Yang kaya semakin kaya yang miskin mati aja, begitulah bahasa kasarnya. 

Mari tingkatkan pemahaman kita akan uang dan bijak dalam mengalokasikannya. Booming properti pada tahun 2008-2009 sewaktu-waktu bisa menjadi bumerang bagi kaum menengah, terlebih bunga tahunannya yang tidak pernah menentu. Hutang jangka panjang yang semula kita anggap solusi bisa menjadi penyakit mematikan, sewaktu-waktu dapat membunuh kita secara perlahan. Kaum pekerja seolah tidak punya pilihan selain bekerja lebih keras untuk menutupi hutang-hutangnya.

Salah satu faktor lolosnya Indonesia dari bencana badai krisis yang melanda Eropa dan Amerika adalah tumbuhnya bisnis UMKM yang menopang peredaran rupiah. Namun hal itu justru membuat persaingan semakin ketat sementara kebijakan tidak kunjung berpihak kepada sektor ini. Susahnya akses talangan (kredit) untuk UMKM mungkin jadi alasan sektor ini sulit untuk berkembang lebih jauh. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan besar yang dapat menerima kucuran kredit melampaui aset koleteral mereka.

Menghadapi AFTA 2015, dengan 240 juta penduduk ternyata kualitas SDM Indonesia berada di urutan ke-6 dari 9 negara ASEAN. Tetapi yang mengejutkan, di 2013 Indonesia mampu menghasilkan 23 orang ultra kaya dengan total aset US$ 47 miliar atau setara Rp 535,4 triliun! Jika berdasarkan kepemilikan aset di atas US$ 1 miliar, Indonesia mempunyai 865 ultra high net worth (UHNW) individual alias orang superkaya dengan total aset US$130, naik dari 785 orang tahun 2012 lalu. Menempatkan Indonesia di urutan 20 negara terbanyak penghasil milyader, satu tingkat di atas Korea Selatan! Dengan kualitas SDM di bawah Filipina, sungguh ajaib Indonesia mampu mengalahkan Korea Selatan dalam menghasilkan milyader global. 

Yang tak kalah mencengangkan para konglomerat Indonesia diberitakan menyimpan tak kurang dari 150 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.500 triliun dananya di lembaga keuangan luar negeri. Jumlah ini lebih besar dari cadangan devisa negara, data BI per akhir November 2013 mencatat, cadev Indonesia berada di level US$ 96,96 miliar. Kaum ultra kaya mendulang rupiah di dalam negeri kemudian menyimpannya dalam bentuk dollar dan aset di luar negeri. Bahkan bukan berita baru para konglomerat Indonesia mulai melirik investasi di luar negeri, Ini tidak lain karena mereka tahu tidak ada gunanya menyimpan rupiah yang terus melemah dan tergerus nilainya.

Entah drama apalagi yang akan disiapkan pemerintahan selanjutnya. Bagi yang anggap tulisan  ini berlebihan silahkan saja. Tidak ada salahnya kita berjaga-jaga jika kekhawatiran itu terjadi. Sudah saat kita mulai menggunakan uang kita dengan cerdas dan bijak, alih-alih berharap kedatangan satrio piningit, lebih baik kita persiapkan diri kita dalam menghadapi resiko depresi ekonomi yang sumbunya akan dibakar jika BBM nanti jadi naik. Lalu bagaimana dengan nasib wong cilik yang sudah telanjur urunan membiayai kampanye presiden terpilih? 

Dan bagi yang masih tertidur dalam buaian mimpi "Dewa Jokowi" , ane ucapkan selamat datang di Negara Korporasi Republik Indonesia, karena sejatinya konglomerat pemilik korporasi yang mengatur sistem kita. 

Penulis:

Donseller (tukang mie ayam)


latestnews

View Full Version