View Full Version
Rabu, 08 Jul 2015

Perkosaan di Angkutan Umum, Buah dari Sistem Rusak

Sahabat VOA-Islam... 

Seorang karyawati yang bekerja di kebayoran lama Jakarta selatan, menjadi korban pemerkosaan sopir angkut D-01 jurusan Ciputat-Kebayoran di kawasan TB.Simatupang, Jagakarsa, Jakarta selatan,sabtu(20/6/2015) dini hari (kompas.com). Bukan kali ini saja perempuan mengalami kejahatan, di luar sudah banyak kasus kasus serupa menimpa kaum perempuan.

Terkait dengan maraknya kasus perkosaan yang di alami perempuan ,maka Kapolda Metro Jaya Inspektur Jendral Tito Karnavian menyarankan perempuan membawa alat proteksi saat pulang pada malam hari "Kalau sepanjang tidak melanggar hukum silahkan saja taser (alat kejut listrik) tidak melanggar hukum, merica (pepper spray) juga tidak melanggar hukum ucap Tito di Mapolda Metro Jaya Jakarta (selasa 23/6/2015) (Kompas.com).

Selain itu juga pemerintah daerah aceh memberlaku kan jam malam bagi perempuan,untuk mengurangi dampak kejahatan bagi perempuan. Namun hal di atas sifat nya hanya sementara tidak menyelesaikn seluruh permasalahan kejahatan yang di alami perempuan.Tetap saja kejahatan terhadap perempuan masih marak.

Peran laki-laki dan perempuan yang tak sesuai aturan Allah SWT ini akan berujung pada kehancuran keluarga muslim, diwarnai masalah tingginya angka perceraian yang akhirnya membuat generasi menderita krisis identitas dan moralitas karena ‘kehilangan’ figur ayah-ibunya

Karena sejatinya,marak nya kasus kasus kejahatan yang menimpa perempuan adalah buah dari sistem yang rusak .Di mana pemerintah memberlakukan kebijakan pemberdayaan ekonomi perempuan. Perempuan di mobilisasi untuk menjadi penggerak ekonomi, sehingga lapangan pekerjaan di banjiri para perempuan.

Para perempuan rela meninggalkan rumah ,anak dan suami untuk bekerja di luar karena tuntutan ekonomi yang semakin tinggi. Sedangkan lapangan pekerjaan bagi laki laki berkurang. Akhirnya bukan hanya kejahatan di luar rumah yang menimpa perempuan, tetapi bahaya yang lebih besar dari itu adalah kerusakan institusi keluarga dan peradaban diakibatkan perempuan melepaskan tanggung jawab nya yang utama yaitu sebagai ummu warabatul bait dan pendidik buah hatinya, termasuk kewajiban melakukan hadlonah karena harus bekerja.

Peran laki-laki dan perempuan yang tak sesuai aturan Allah SWT ini akan berujung pada kehancuran keluarga muslim, diwarnai masalah tingginya angka perceraian yang akhirnya membuat generasi menderita krisis identitas dan moralitas karena ‘kehilangan’ figur ayah-ibunya.

Dan untuk menyelesaikan permasalahan kejahatan pada perempuan, tidak cukup dengan menyarankan perempuan untuk mawas diri dan pemberlakuan jam malam seperti di Aceh. Tetapi harus dengan perubahan paradigma pandangan terhadap perempuan, mengembalikan fungsi utama peran perempuan sebagai ummu wa rabatul bait, dan mengembalikan peran ekonomi kepada para laki laki dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi laki laki yang banyak ,sehingga para perempuan tidak harus bekerja di luar rumah.

Maka sebaiknya dengan kembali pada islam dan aturannya lah semua permasalahan di atas bisa di selesaikan. Wallahu alam bishawwab. [syahid/voa-islam.com]

Santi Gustini

(Ibu Rumah Tangga)


latestnews

View Full Version