View Full Version
Kamis, 27 Aug 2015

Siaga Depresi Menjelang Pilkada Serentak

Oleh: Anastasia

(Alumni Pendidikan Bahasa Jerman UPI Bandung)

Sahabat VOA-Islam...

Sesumbar yang diberitakan media sosial maupun cetak, pemerintah sepakat menggelar pilkada serentak tahun 2015 pada September mendatang, namun di luar dugaan, animo peserta politik rupanya menurun dari tahun sebelumnya. Yang ada hanya pengusung tunggal. Parpol cenderung sepi mendaftarkan calon yang akan diusung seperti Bengkalis, Jogyakarta, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Surabaya, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kota Mataram, Kota Samarinda, serta Kabupaten Timor Tengah Utara. Sembilan daerah itu terancam batal menggelar pilkada lantaran peraturan KPU mensyaratkan pilkada harus diikuti sekurangnya dua pasang calon.

Belajar Kegagalan Pilkada 2009

Selama ini Pilkada diklaim sebagai bagian dari pesta rakyat. Anehnya  pesta rakyat ini membutuhkan ongkos yang tidak sedikit, baik dari pelaksanaannya yang konon menjadi rebutan tender pengusaha tinta hingga kertas yang tak jarang prakteknya mendatangkan keuntungan basah korupsi. Para calon pemimpin pun wajib mengeluarkan dana kampanye yang tidak sedikit. Karena memang tahun sebelumnya calon tunggal pilkada tidak ada. Mereka saling bersaing untuk menjadi pemenang. 

...aktivitas politik bukanlah semata mengantarkan seseorang pada kekuasaan, tapi berperan aktif melakukan pencerdasaan di tengah masyarakat yang kini mengalami kemorosotan

 

Lihatlah, pilkada sebelumnya tak sedikit menelan kekecewaan, padahal mahar kampanye yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Inilah wajah demokrasi yang membutuhkan ongkos besar. Hal senada juga dipaparkan oleh Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro. Ia menilai kurangnya peminat dalam Pilkada Serentak 2015.

"Ada beberapa sebab mengapa sepi peminat dalam Pilkada ini, yakni peraturannya baru yaitu UU nomor 8 tahun 2015, lalu mahar politiknya mahal," ujarnya.

Selain mahar, depresi  akibat dari kegagalan pilkada siap menyerang. Tentu bukan cerita baru adanya caleg stress. Kondisi darurat seperti ini tentu menjadi ancaman hampir semua rumah sakit jiwa (RSJ) di Indonesia. Mereka berstatus siaga penuh menjelang pelaksanaan pemilu 9 April 2014 yang lalu. Pasalnya, sebagian besar caleg mencapai angka 180.000— dipastikan gagal. Berdasarkan data Pemilu sebelumnya, banyak caleg gagal yang stres berat dan dikategorikan sebagai gila.

Topeng Demokrasi

Selama menjelang Pilkada partai menerima rekrutmen secara terbuka, tanpa adanya kaderisasi yang memadai. Asalkan ada uang, siapa pun bisa menjadi calon. Mereka hanya fokus pada strategi untuk memenangkan pilkada, dalam balutan demokrasi. Politik hanya bersandar pada kekuasaan dan fasilitas yang kelak akan diraih sehingga rasa ingin menduduki tampuk kekuasaan begitu besar.

Politik sekarang bukan lagi bagaimana mengurusi umat. Padahal aktivitas politik bukanlah semata mengantarkan seseorang pada kekuasaan, tapi berperan aktif melakukan pencerdasaan di tengah masyarakat yang kini mengalami kemorosotan. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasullullah SAW bahwa melakukan aktivitas politik adalah berdakwah menyeru dan melakukan perbaikan. Yang tak kalah penting adalah peran partai dalam memberikan muhasabah terhadap pengusaha. Wallahu’alam. [syahid/voa-islam.com]

Editor: RF


latestnews

View Full Version