View Full Version
Kamis, 28 Jan 2016

Teror Bom, Bukan Salah Ajaran Islam!

Oleh: Hanum Hanindita (Guru SD Khoiru Ummah 25 Bekasi)

Sahabat VOA-Islam...

Menyusul peristiwa teror bom Sarinah yang terjadi pada hari Kamis, 14 Januari 2016 lalu, Kemendikbud telah mengedarkan panduan bagi para orang tua dan guru untuk menjelaskan kejahatan terorisme kepada anak. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Basweda, beranggapan orang tua dan guru perlu membantu anak mencerna peristiwa teror yang terjadi melalui serangan bom dan menyikapinya dengan cara yang benar.

http://www.merdeka.com/gaya/kemendikbud-rilis-panduan-orang-tua-untuk-ajak-anak-sikapi-terorisme.html

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan, adanya kelompok-kelompok yang berpaham radikal harus disikapi serius oleh semua pihak terkait. "Jangan pernah merasa aman, sebab kelompok radikal itu berproses dari satu titik ke titik lainnya. Seperti, diam-diam belajar merakit bom," kata Mensos dalam keterangan tertulis, Senin (18/1). Tidak satupun agama membenarkan segala tindakan keji dan menebar teror. Terlebih yang menghancurkan dan menginjak-injak Hak Asasi Manusia (HAM). "Mari kita sebar, semai dan hadirkan Islam rahmat lil alamin (Islam rahmat bagi segenap alam) dengan damai dan kasih sayang," kata dia.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/18/o14qiy335-mensos-paham-radikal-harus-disikapi-serius

Berita di atas, hanyalah sedikit dari respon yang diberikan pihak pemerintah terhadap peirtiwa yang baru-baru ini terjadi. Beberapa waktu yang lalu, Jakarta dihebohkan dengan peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di di Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat. Hal ini tentu menjadi peritiwa yang kesekian kalinya di Jakarta. Sama seperti peristiwa-peristiwa sebelumnya, pihak kepolisian begitu sigap merespon kejadian ini. Berbagai pujian pun melayang kepada pihak kepolisian yang dinilai cepat , termasuk dari media internasional.

Seperti biasanya juga, pasca kejadian akan memunculkan berbagai macam spekulasi. Tapi, semua akan bermuara pada satu hal, yakni bom teroris yang dilakukan oleh sekelompok gerakan terorganisir. Lebih khusus lagi akan mengerucut pada gerakan islam. Radikal, ekstrimis, fundamentalis, dan sederet cap yang dialamatkan kepada mereka.

Ya, lagi-lagi gerakan islam yang terangkat namanya. Pemberitaan di media massa pun semakin menggencarkan opini akan hal ini, ditambah saat ini juga sedang marak kasus orang hilang yang diduga terkait sebuah gerakan sosial yang melakukan cuci otak. Masyarakat akhirnya merespon dengan berbagai reaksi. Ada yang melarang anaknya ikut kajian keislaman, melarang anak-anaknya membabaca buku-buku tentang keislaman, berteman dengan orang-orang berkerudung besar dan hal-hal ekstrim lainnya. Pada level pemerintahan, langsung banyak melakukan forum-forum atau kajian-kajian membahas cara menangkal paham radikal pada anak sejak usia dini.

Sedih bila mendengar hal ini. Banyak orang Islam yang akhirnya takut dengan keislamannya, orang muslim tapi takut mau belajar agama, orang muslim tapi curiga terhadap sesama saudara seimannya. Bukankah Allah SWT telah berfirman "Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad) , melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. 21:107. Dari sini telah jelas bahwa, Islam adalah agama Rahmatan lil ‘Alamiin. Maka dalam pandangan islam, apa yang dilakukan oleh para pelaku bom adalah suatu kesalahan, tidak ada sama sekali tuntunannya dalam Islam. Bunuh diri jelas perbuatan dosa, apalagi sampai mengambil nyawa orang lain tanpa hak. Dari sini, jelas bahwa yang salah adalah perilaku orang tersebut dan cara dia memahami Islam. Bukannya Islam yang salah.

Sudah saatnya umat cerdas dan berpikir. Ya, memang betul di dalam Islam diajarkan jihad, bahkan ini adalah metode dakwah yang wajib dilakukan. Tetapi, itu semua jelas ada tuntunannya. Jihad yang benar di dalam Islam adalah amalan atas dasar petunjuk Allah Swt. Ada aktivitas yang harus dilakukan sebelum perang, yakni mengajak mereka terlebih dulu memeluk Islam. Kalau tidak mau, mereka ditawari masuk dalam kekuasaan Khilafah seraya membayar jizyah, meskipun mereka tetap pada agama mereka. Walhasil, dalam Islam, perang merupakan pilihan terakhir. Perang dalam rangka futûhât bukanlah untuk memerangi rakyat setempat, tetapi untuk menghilangkan penghalang-penghalang fisik, termasuk penguasa zalim mereka yang menghalangi diterima Islam secara lapang dan jujur.

Dalam perang itu, Islam melarang membunuh orang-orang yang bukan termasuk tentara perang seperti anak-anak kecil, wanita, orang tua, dan para rahib di gereja-gereja. Tawanan perang juga diperlakukan dengan baik. Penggunaan senjata pemusnah massal seperti senjata nuklir dan senjata kimia hanya digunakan kalau musuh menggunakan senjata yang serupa. Sebab, dalam Islam musuh harus diperlakukan setimpal. (Lihat: QS an-Nahl [16]: 126).

Semestinya, sudah menjadi tugas kita bersama untuk  meluruskan kepada umat tentang kebenaran ajaran Islam yang sesungguhnya. Kita bersihkan pemahaman umat, bahwa tidak perlu takut untuk mengkaji Islam, tidak perlu takut untuk membaca-baca buku Islam.  Allah juga telah memerintahkan kita untuk masuk ke dalam Islam secara Kaaffah (lihat QS. Al-Baqoroh ayat 208).

Salah satu cara agar kita mampu berislam secara kaaffah adalah dengan mendekatkan diri kepada agama ini melalui pembelajaran. Bisa dalam bentuk hadir pada kajian-kajian keislaman atau membaca buku-buku, diskusi dengan para ulama, dan masih banyak lagi.

Selain itu, yang perlu diwaspadai adalah ada apa dibalik ini semua? Mengapa lagi-lagi Islam yang dituju, mengapa lagi-lagi gerakan Islam yang dibidik? Pastilah ada kekuatan besar di balik ini semua, yang berusaha untuk mengacaukan keadaan kaum Muslimin, memecah belah, sekaligus menebar teror ketakutan. Umat jadi tersibukkan dengan hal-hal ini, sehingga lupa diluar sana, bahwa Freeport di ujung tanduk, carut marut reshuffle kabinet hasil sistem kufur demokrasi, lumpur lapindo yang tak kunjung usai, agenda MEA yang siap menancapkan kuku penjajahannya. Bukankah bila seperti ini, inilah bentuk teror yang sesungguhnya?

Sudah saatnya kita buka mata, buka telinga dan buka hati. Bukan lagi waktu yang tepat manakala kita berpikir dangkal dengan menilai bahwa seseorang yang mengkaji islam, bahkan tergabung dalam gerakan Islam berbanding lurus dengan pelaku teorisme. Ingat, yang salah adalah cara ia dalam memahami Islam, bukan ajaran Islamnya. Allah SWT bahkan memerintahkan kita untuk bergabung dalam barisan jama’ah dakwah dalam rangka amar ma’ruf nahyi mungkar. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran : 104).

Tentu saja, jama’ah yang dimaksud disini adalah yang menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber tsaqofahnya, yang menggunakan metode Rasul dalam pergerakannya, berani menyerukan penegakan hukum Allah di muka bumi,  menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan tidak bermanis muka terhadap penjajah dan membongkar seluruh makar penjajah demi teruwujudnya Islam Rahmatan lil ‘Aalamiin. Mari kita pikirkan, mari kita renungkan. Patutkah kita menyalahkan ajaran Islam? patukah kita men’generalisir’ garakan-gerakan Islam? [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version