View Full Version
Jum'at, 24 Jun 2016

Ramadhan: Momentum Perjuangan Islam Kaffah

Sahabat VOA-Islam...

Ramadhan sudah berlalu lebih dari satu minggu. Ramadhan sudah sepatutnya menjadi momentum penting bagi kaum muslim untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah swt dengan cara melaksanakan syari’ah-ya secara kaffah (total). Taqarrub tidak hanya terkait dengan amal-amal ritual-spiritual, namun juga mencakup amal-amal politik dalam makna mengurusi urusan umat dengan syari’ah Islam.

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw untuk mengatur hubungan manusia dnegan tuhannya, dirinya, dan sesamanya. Syari’ah terkait pengaturan manusia dengan Tuhannya (seperti ibadah ritual) dan dirinya sendiri (seperti akhlak) bisa dilaksanakan oleh individu. Meski demikian, untuk kesempurnaannya harus ada peran negara di dalamnya.

Pada masa kini, penerapan Islam secara menyeluruh  sejatinya sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman umat terhadap pentingnya syari’at Islam untuk kesejahteraan umat. Selain itu, paham sekulerisme (memisahkan agama dari kehidupan) semakin menjadi dengan menyebarkan ide pluralism dan liberalism (kebebasan) yang sebenarnya berakar dari peradaban Barat-Kristen.

Demokratisasi merupakan suatu jalan bagi Barat untuk terus mempengaruhi umat Islam yang bermuara pada kepentingan negara-negara Kapitalis dan menyingkirkan ideology Islam sebagai ritual dan ancaman utamanya. Oleh sebab itu, politik adaah jalan satu-satunya untuk membebaskan kita dari penjajahan Barat. Politik yang telah dicontohkan oleh pada nabi, termasuk nabi Muhammad saw. sesuai dengan hadist, “Dulu Bani Israil selalu dipimpin dan diurus oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meningga, dia digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tida ada nabi sesudah aku, yang ada adaah para khalifah yang banyak (yang datang silih berganti).”(HR. Muslim)

Politik Islam adalah pengaturan urusan umat di dalam dan di luar negeri menurut syari’ah islam. Tujuan politik Islam adalah menyebarluaskan ideology islam ke seluruh dunia. Karena politik Islam adalah perkara yang mulia, politik dilaksanakan oleh negara dan umat. Itulah pengertian politik syar’i dimana kaum muslim seharusnya tidak memisahkan urusan spiritual dengan politik Islam. Menerima sebagian syari’ah Isla, (spiritualitas dan moralitas semata) dan menolak sebagian yang lain (politik, pemerintahan, ekonomi, dll) adalah kebiasaan Bani Israil. Allah swt berfirman,

“Apakah kalian mengimani sebagian al kitab (Taurat) dan mengingkari sebagian lainnya? tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian diantara kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.” (TQS. Al Baqarah: 85).

Seharusnya Ramadhan dapat menjad momentum penting untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Alah swt secara total, baik dalam aspek ibadah spiritual maupun aspek politik. Selain itu, Ramadhan seharusnya mampu memperkuat dakwah untuk menegakkan khilafah rasyidah sebagai institusi untuk emnerapkan syari’ah secara totalitas tersebut.

Ketiadaan Khilafah meyebabkan umat ini tidak lagi memiliki institusi pemersatu mereka. Mereka kehilangan institusi yang melindungi agama, harta dan darah mereka. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seorang pemimpin itu laksana perisai, orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Karena itu, marilah kita mengakhiri ketiadaan Khilafah ini dengan cara menegakkan kembali Khilafah Rasyidah yang akan menerapkan kembai syari’ah islam secara menyeluruh. Niscaya berbagai problem dan keburukan yang di derita umat saat ini akan berakhir dan mengembalikan kejayaan dan kemuliaan ke tangan umat Islam. Wallahu’alam bish  shawab. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Silmi Kafhah, Ibu Rumah Tangga Bandung


latestnews

View Full Version