View Full Version
Sabtu, 29 Apr 2017

Profit Oriented Dunia Pendidikan: Wani Piro?

Hana S. Muti (analis di Muslimah Voice)

Krisis pendidikan di Indonesia rupanya sudah demikian parah. Belum reda berbagai polemik pendidikan diperbincangkan, telah muncul lagi kasus yang mencengangkan dari dunia pendidikan.

Jpnn.com- Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengatakan, dari laporan yang masuk ke posko pengaduan, kasus siswi SMKN 3 Padangsidempuan yang disuruh gurunya menjual diri itu berawal pada Sabtu (1/4).

Dilansir oleh okezone, bahwa saat itu KS, oknum guru kekerasan verbal terhadap anak didik yang berinisial SY, IG, PNPM, KS, dan SA. Kelima siswi SMKN 3 Kota Padang Sidempuan tersebut dipanggil oleh pihak sekolah yang diwakili oknum guru KS karena belum membayar iuran Pengelolaan Usaha (PU) sebesar Rp400 ribu. Guru KS menyarankan para siswi yang menunggak iuran itu "menjual diri", agar bisa melunasi iuran PU.

Guru KS tersebut yang juga melakukan kekerasan verbal terhadap Amelya Nasution (Amel), yang diduga menjadi pemicu Amel bunuh diri dengan meminum racun setelah dipanggil guru akibat mengunggah kebocoran Ujian Sekolah Berbasis Nasional (USBN) yang dilakukan oleh guru.

Kasus tersebut sungguh mencoreng citra pendidikan Indonesia,  belum pernah terekspos kasus seperti ini sebelumnya. Bagaimana mungkin seorang guru tega menyarankan siswi-siswinya untuk jual diri di lokalisasi, dan melakukan kekerasan verbal hingga salah satu muridnya terpicu untuk bunuh diri?

Kita yang peduli dengan pendidikan dan masa depan anak-anak kita di negri ini sudah seharusnya mencoba  menganalisa,  bagaimana hal tersebut sampai terjadi? Bagaimana untuk mencegah hal semacam itu juga memperbaiki pendidikan di negeri kita tercinta ini?

Dari kasus oknum guru KS tersebut  pertanyaan yang  muncul adalah: Bagaimana seorang dengan  karakter keji  (melakukan kecurangan pada ujian dan mengintimidasi siswa yang mengungkapnya) dapat menjadi seorang guru, di sekolah negeri pula? Bagaimana seorang guru bisa menyarankan muridnya untuk menjual diri, untuk mendapatkan uang?

Dalam  sistem saat ini, Kolusi Korupsi Nepotisme sudah mengakar dan membudaya. Seseorang yang tidak kompeten di bidangnya bisa saja diangkat menjadi guru, dokter  pegawai pemerintahan, dan sebagainya. Yang terjadi di sekitar kita, bahkan kursi pegawai negeri ditawarkan dengan harga tertentu. Bagi yang dapat membeli kursinya, maka tinggal melengkapi formalitas yang ditentukan, dan tinggal menunggu SK jabatannya turun. Praktek-praktek seperti ini marak diberbagai kabupaten, namun meskipun hal ini sudah menjadi rahasia umum, bahkan KPK pun masih kesulitan untuk mengungkapnya.

Di samping itu, sistem yang dipakai di Indonesia saat ini adalah sistem sekular, yaitu memisahkan agama dari kehidupan.  Sehingga meskipun oknum guru tersebut lulus dari ujian secara alami, namun dalam sistem sekuler, kualifikasi guru lebih ditekankan pada kemampuan menyampaikan materi ajar, sementara kepribadian dan keteladanan tidak menjadi perhatian penting. Tidak sedikit guru mencontohkan perilaku buruk dan melakukan kekerasan fisik, verbal.

Perkembangan budaya negeri kita yang semakin mendekati liberalisme dan diterapkannya sistem kapitalisme dalam semua aspek kehidupan pun menjadi pengaruh besar dalam pola pikir seseorang. Bahkan belakangan ini para pembela HAM giat mengopinikan dan mengkampanyekan bahwa Pekerja Seks Komersial (PSK), juga adalah pekerja, sehingga seharusnya dihormati dan diberi tempat yang layak seperti pekerja-pekerja lainnya.  Bisa jadi Oknum guru KS tersebut menganut paham liberalisme yang memandang  profesi jual diri PSK sebagai pekerjaan yang wajar.

Demikian pula sistem kapitalisme yang diterapkan dalam dunia pendidikan telah membuat pendidikan yang seharusnya menjadi pelayanan sosial dengan mengutamakan nilai-niali kemanusiaan pelan tapi pasti telah bergeser menjadi layanan jasa pendidikan yang profit oriented, berorientasi keuntungan dan komersial. Hubungan guru-murid pun bergeser  tidak lagi hubungan sakral yang sarat belas kasih ketulusan, penghormatan dan keteladanan. Guru tidak lagi digugu lan ditiru. Baik  dari segi guru yang tidak menjalankan sikap keteladanan, maupun dari segi murid yang lebih memilih mengidolakan artis- artis di TV daripada meneladani gurunya.

Lalu jika sudah melihat masalah sistemik seperti ini, apa yang bisa kita lakukan?

Guru saya dahulu pernah mengatakan bahwa, terjadinya berbagai permasalahan umat manusia dan degradasi moral  adalah karena Islam tidak diterapkan dalam kehidupan. Sistem sekular yang diterapkan di negara ini telah membuat agama hanya menjadi urusan pribadi dan ranah ritual (ibadah mahdah) di masyarakat. Sedangkan sistem ekonomi, sistem pergaulan, perundang-undangan dan pendidikan semuanya memakai sistem sekular dan ideologi kapitalisme.

Dalam ideologi Islam, pendidikan adalah kebutuhan utama yang pemenuhannya dijamin oleh negara sebagai suatu layanan sosial kemanusiaan. Lembaga pendidikan tidak boleh diatur dengan sistem kapitalisme yang profit oriented,  sehingga semua stake holder yang terlibat dalam pelaksanaan penddidikan pun akan terjaga rasa sosial, rasa belas kasih  dan kemanusiannya.

Demikian juga guru sebagai ujung tombak pendidikan, akan diseleksi secara layak dan jujur sesuai aturan Allah, sehingga orang yang menjadi guru adalah benar benar orang yang memiliki kepribadian utuh , berakhlak  luhur, dengan kompetensi yang tinggi di bidangnya, sehingga layak  menjadi sumber belajar dan pemberi contoh teladan pada para anak didiknya.

Kita semua  menginginkan pendidikan yang berkualitas dan rasa aman saat menitipkan anak-anak kita ke suatu lembaga pendidikan. Kita semua mengharapkan output pendidikan yang berkarakter kuat, berakhlak mulia, unggul  dalam sains dan pemikiran, serta sukses  mencapai taraf  kehidupanyang baik di dunia maupun di akhirat. Sistem pendidikan yang ideal semacam itu akan terwujud, jika sistem sekular dan ideologi kapitalisme yang ada saat ini,  diubah menjadi sistem yang lebih memperhatikan dan mentaati  petunjuk Ilahi dengan menjadikan Islam sebagai ideologi yang diterapkan dalam kehidupan.

 


latestnews

View Full Version