View Full Version
Rabu, 24 May 2017

Menyoal Islam Moderat dan Islam Kaaffah

Oleh: Nurus Shobachah

(Mahasiswi Profesi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga)

Indonesia dipandang sebagai salah satu negeri muslim yang berhasil mewujudkan Islam moderat.

"Sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, Islam moderat di Indonesia dan keberagamannya menjadi inspirasi dunia. Dan kami, sangat kagum dengan hal itu," ucap Wapres Amerika Serikat Mike Pence di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Kamis (20/4).

Secara khusus Amerika Serikat memberikan apresiasi atas keberadaan Islam moderat di Indonesia. Bahkan, sejumlah tokoh lintas agama Indonesia direncanakan akan berkeliling ke sejumlah negara di benua Eropa dan Amerika Serikat, untuk memperkenalkan nilai-nilai toleransi antarumat beragama termasuk peran Islam moderat dalam mewujudkan hal tersebut.

 

Islam Moderat vs Islam Kaaffah

Islam moderat adalah Islam yang mengambil jalan tengah untuk mengambil suatu keputusan dengan tujuan menghindari perselisihan dan mengutamakan perdamaian. Ada racun dibalik pendefinisian yang sangat hebat tersebut. Islam moderat maknanya adalah tidak bersikap fanatik pada keyakinan Islam. Seruan untuk menerapkan syariat secara sempurna serta kembali kepada Al Quran dan as Sunnah secara kaffah adalah bentuk fanatisme keyakinan.

Maka tak heran, berbagai tuduhan dialamatkan kepada ormas Islam yang memperjuangkan syariah kaffah. Ramainya opini pembubaran ormas Islam yang menyerukan syariah dan khilafah dimunculkan karena dinilai tidak menyerukan Islam moderat justru mengarah kepada Islam radikal. Ormas Islam pejuang syariah dan khilafah selama ini dikenal dengan sepak terjangnya dalam menyerukan bahaya neoliberalisme dan neoimperialisme di negeri-negeri Islam termasuk Indonesia.

Penguasaan Sumber Daya Alam oleh asing dengan restu undang-undang adalah salah satu hal yang cukup gencar disuarakan oleh ormas Islam yang dituduh ‘radikal’. Umat Islam perlu menyadari, dikotomi Islam menjadi Islam moderat, Islam radikal, atau Islam tradisional sesungguhnya adalah pelabelan jahat oleh negara Barat dalam rangka memecah belah kaum muslimin. Dimunculkan suasana saling curiga dan mencela di antara sesama umat Islam.

Adanya apresiasi Barat terhadap salah satunya (Islam moderat) menjadi bukti adanya upaya untuk membentuk Islam yang tidak ‘membahayakan’ ideologi Barat. Karena itu dimunculkan klaim bahwa Islam moderat adalah konsep Islam yang paling ideal. Islam yang sebenar-benarnya Islam atau yang disebut Islam kaffah sangat jauh berbeda dengan Islam moderat.

Islam yang diajarkan oleh Rasulullah menempatkan kebenaran dan kebathilan pada posisi yang jelas. Hal ini berbeda dengan Islam moderat yang masih mempertimbangkan keduanya sehingga diambil jalan tengahnya. Benarkah Islam yang seperti ini? Bukankah aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah bersifat mutlak? Adanya proses tawar menawar syariat yang tercermin dalam Islam moderat sesungguhnya menunjukkan bahwa syariat boleh direvisi atau dikomprompomikan.

Jelas, ini bertentangan dengan perintah Allah untuk masuk ke dalam Islam secara kaaffah. Contohnya saja, hukuman bagi orang yang berbuat zina di Indonesia. Hukuman zina dalam Islam adalah cambuk 100 kali jika pelaku zina itu belum menikah. Sedangkan hukuman bagi pelaku zina yang sudah menikah adalah dirajam atau dilempari batu hingga mati. Namun yang terjadi pada hukum negeri ini, jika zina dilakukan atas dasar suka sama suka, maka tidak ada yang berhak memberikan hukuman.

Hukuman hanya diberikan pada pasangan menikah yang selingkuh. Itupun hanya dengan hukuman kurungan. Rajam maupun cambuk tidak diterapkan dengan alasan melanggar Hak Asasi Manusia. Begitulah, Islam digambarkan sebagai sesuatu yang kejam. Padahal, sekalipun di mata manusia terlihat kejam, namun ingatlah hukuman Allah di akhirat jauh lebih dahsyat.

Perlu diingat bahwa hukum Islam bersifat jawabir dan jawazir, menjerakan dan menebus dosa pelakunya di akhirat. Karena menjerakan, hukum Islam akan mencegah adanya kemaksiatan-kemaksiatan serupa dilakukan oleh masyarakat. Dan karena bersifat menebus dosa, maka pelaku maksiat tidak perlu mendapatkan siksa di akhirat karena sudah mendapatkan hukumannya di dunia. Dan sungguh, hukuman itu adalah bentuk kasih sayang Allah terhadap umatnya, karena hukuman di akhirat lebih pedih daripada hukuman di dunia.

Jadi, masihkah berharap pada Islam moderat sebagai pemberi solusi terbaik untuk umat Islam baik di dunia maupun di akhirat? Inilah saatnya melakukan evaluasi, sudahkah umat ini menerapkan Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah dan sesuai dengan perintah Allah? Konsekuensi sebuah keimanan adalah menuntut manusia untuk terikat dengan aturanNya secara menyeluruh. Wallahu ‘alam bishowab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version