View Full Version
Senin, 29 May 2017

Keimanan Bukan Warisan

SURAT PEMBACA:

Kalau kata Lirik Lagu Raihan begini:

"Iman tak dapat diwarisi, dari seorang Ayah yang bertakwa... "
 
Dan saya pun memahami bahwa Agama itu bukanlah warisan, bukan pula suatu aspek yang menyatu dengan diri manusia, sebab jika Agama ini bagian dari Aspek yang menyatu maka tentu tidak akan ada Iman dan Kufur, juga tidak akan ada Atheis. 
 
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menyebutkan bahwa Keimanan itu adalah perkara yang terpisah dalam diri manusia, artinya andai Iman itu adalah bagian yang menyatu bagi manusia maka semua manusia pasti akan sama, menjadi Insan yang Beriman. Faktanya kita jumpai bahwa ada manusia yang beriman kepada Allah, ada pula yang Ingkar (Kufur) kepada Allah. 
 
Fakta lain yang menunjukkan bahwa Iman Agama atau Iman itu bukanlah warisan adalah terdapat banyak kasus orang akhirnya berpindah Agama, yang tadinya dia lahir dari keluarga Muslim, tetapi kemudian beberapa tahun ke depan dia pindah Agama (Murtad), ada pula yang awalnya lahir dari keluarga Nashrani, pada suatu masa dia bisa berpindah Agama menjadi Muslim (Muallaf). 
 
Agama adalah Faktor di luar diri manusia, yang terbentuk karena adanya Faktor eksternal. Di antaranya adalah keluarga, lingkungan sosial dan pemahaman yang dimiliki seseorang tentang Agama. Termasuk Agama Islam, saat seseorang menjadi Muslim hanya karena orangtuanya "kebetulan Muslim" tentu akan berbeda Kualitas Iman dan Amalnya dengan seseorang yang menjadi Muslim karena memang memiliki pemahaman bahwa Islam adalah Agama yang paling benar. 
 
Di sinilah kerja dari Akal yang Allah berikan sebagai Potensi bagi manusia. Tentu yang memiliki akal ini adalah semua manusia, siapapun dia, dan Agama apapun dia. Akal yang dimiliki manusia adalah pemberian dari Allah yang harus digunakan sebagai Pembeda/pembanding. 
 
Termasuk memilih Agama dan membangun keimanan terhadap suatu Agama, harus menggunakan akal untuk berfikir. Akal ini bukan untuk meng-akal-akali Agama, tetapi akal ini Allah perintahkan digunakan untuk memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah, yang dari itulah akan terbentuk pemahaman yang benar tentang Tuhan, Agama dan Iman. 
 
Dan akal ini pula yang menjadi Sebab manusia akan dihisab di akhirat kelak. Untuk itulah... Ungkapan Dek Afi atau mereka yang sepemikiran dengan Dek Afi yang mengatakan bahwa Agama adalah Warisan adalah pemahaman yang keliru, dan bertentangan dengan Islam. 
 
Tidak perlu mengutip ungkapan dari Kaum Filsafat, Allah telah mencukupkan Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai 2 Sumber ilmu pengetahuan, hukum, dan petunjuk bagi manusia. Al-Qur'an dan Al-Hadits adalah Dalil yang berasal dari Sang Maha Tahu, Sang Pencipta, sedangkan Kutipan Pendapat dari kaum Filsafat berasal dari kelemahan manusia, bahkan Sumber ilmu Filsafat itu berasal dari Negara yang Gagal, Rapuh dan Bobrok. 
 
Lalu kita akan mengambil yang mana sebagai Petunjuk dan Rujukan dalam pemikiran kita??? 
 
Kiriman Puspita hasna, ST

latestnews

View Full Version