View Full Version
Rabu, 31 May 2017

Afi 'Warisan': Korban Sekularisme Pendidikan

Sahabat VOA-Islam...

Prihatin, itulah yang terasa ketika mendengar seorang muslim mengeluarkan statmen "Islam adalah sumber terpecah-belahnya masyarakat karena mengikuti agama warisan".

Inilah potret satu dari sekian banyak muslim yang sakit di negeri ini, mereka mendiskreditkan agama yang dipeluknya, sungguh ironis. Statmen yang seharusnya tidak boleh dan tidak semestinya diucapkan. Jika ini secara terus - menerus digaungkan bisa jadi identitas keislaman mayoritas penduduk negeri ini akan tercerabut.

 

Dampak Pendidikan Sekuler

Sistem pendidikan sekuler memaksa seorang muslim untuk berucap dan berbuat hal-hal yang kontradiiksi terhadap nilai-nilai islam. Sesuatu yang wajar ketika sistem pendidikan yang memisahkan agama dari kehidupan dijadikan sebagai paradigma. Corak pendidikan yang mengajarkan bahwa islam hanya sebagai agama ritual semata lalu menjauhkan sistem islam dari kehidupan umum,baik dalam aspek pergaulan, ekonomi, sosial, maupun ketika berpolitik.

Pluralisme, sebuah virus yang berkembang baik di dalam sistem pendidikan sekulerisme,menyebar melalui kurikulum dan media liberal sehingga membentuk generasi yang tidak jelas identitasnya. Seorang Afi Nihaya Faradisa yang notabene sebagai remaja muslim telah terinfeksi virus berbahaya ini.Bukannya merasa bangga dengan 'warisan' yang ditinggalkan oleh moyangnya,lalu mengembangkan 'warisan' itu agar bernilai serta membawa kemanfaatan bagi banyak orang,justru menganggap 'warisan' itu adalah sumber malapetaka.

Islam dianggap sebagai obyek penderita sebab munculnya berbagai perselisihan yang ada, sungguh pemikiran yang sangat dangkal. Selama pola pendidikan di negeri ini berpijak dari sistem pendidikan diluar Islam seperti sekulerisme,maka selama itu pula seribu Afi akan bermunculan. Generasi yang mempunyai kepribadian ganda,menggenggam erat islam dalam ritual sekaligus menggugat dalam kehidupan berpolitik. Inilah pangkal terjadinya berbagai persoalan yang membelit negeri ini.

Nilai-nilai kebaikan dan keluhuran budi akan jauh dari kehidupan politik. Padahal sebagai seorang muslim seharusnya menjadikan islam sebagai inspirasi dalam berpikir, berkata,dan berperilaku. Pendidikan bagi kaum sekuleris diartikan sebatas sarana  untuk meraih kebahagiaan yang berupa materi semata,sedangkan kebahagiaan akhirat jauh bahkan tak terbersit sama sekali dalam benak pemikirannya. Nafsu serakah segelintir orang bersemi lalu mendzolimi rakyat banyak,kebutuhan dasar masyarakat dijadikan komoditas untuk meraup keuntungan materi semata, mirip kehidupan di hutan belantara,yang kuat memangsa yang lemah.

Bukankah fakta yang semacam ini yang sedang berlangsung dalam kehidupan kita sebagai buah diterapkannya sistem pendidikan sekuler? Oleh sebab itu sangat urgen untuk mengubah paradigma pendidikan yang ada, dari sekularisme kepada islam secara komprehensip, mulai aqidah sampai syariatnya, dengannya mampu menjaga eksistensi umat sekaligus menangkal serangan2 pemikiran yang merusak dan bertentangan dengan islam.

Harapan akan tumbuh pribadi-pribadi yang terpercaya, mulia, dan kokoh sebagaimana kepribadian Rosulullah SAW dan para sahabat akan mudah diwujudkan.Mulia di dunia sekaligus surga jaminannya. Pendidikan islam menjadikan seorang muslim memandang dan menyikapi sesuatu berdasarkan islam serta mengimplementasikan aturan-aturan islam sebagai cara dalam memenuhi kebutuhan biologis dan nalurinya,mengembangkan ilmu pengetahuan untuk mengantarkan terciptanya kemslahatan umat.

Tentunya pendidikan ini haruslah ditopang oleh sistem yang kompeten, itulah sistem khilafah islamiyah yang membentuk kurikulum pendidikan dan semua perangkat masyarakat terwarnai dengan konsep syariat, sehingga akidah generasi terjaga dari virus-virus mematikan sejenis pluralisme.

Sistem yang telah terbukti secara historis selama 13 abad menjadikan umat islam sebagai mercusuar dunia,mengemban misi mulia tersebarnya rahmatan lil alamin, disegani kawan dan ditakuti lawan.

Tidakkah pendidikan yang semacam ini yang kita idam-idamkan?

Kiriman Aulia, Kedamean, Gresik


latestnews

View Full Version