View Full Version
Sabtu, 23 Sep 2017

Negara Idealis Hanya Tercipta Di Bawah Pimpinan Islam

Oleh: Zaynab

Huru-hara terjadi di mana-mana. Ummat manusia berhamburan bagai asap berterbangan diterpa angin ke sana ke mari. Penduduk Palestina ditempur oleh Isra’il yang berambisi untuk menduduki Al-Quds. Sudah berpuluh-puluh tahun sejak runtuhnya pemerintahan Islam, Turki Utsmani, Palestina tidak mendapat pembelaan.

Suara PBB tidak kunjung menyelesaikan masalah. Di Suriah, pemerintah memerangi rakyatnya sendiri dengan alasan memerangi terorisme, namun nyatanya bom-bom menyasar orang-orang tak berdosa, anak-anak, wanita-wanita dan orang-orang tua. Tak kalah mengirisnya hati, kondisi penduduk Myanmar terus diburu oleh pemerintah dan para penganut Budha, dengan alasan yang sama, memerangi teroris. Label teroris gencar disematkan kepada manusia yang beragama Islam, tapi penyematan itu tidak berlaku bagi Non Muslim.

Begitu pelaku adalah Muslim, masih terduga langsung dibunuh di tempat. Hukum tidak adil bagi Muslim. Muslim minoritas ditindas, jika mayoritas harus mengalah, harus toleran, dan damai.

Seluruh peristiwa yang memilukan menimpa kaum Muslim, namun tidak ada satupun pemimpin-pemimpin di negeri-negeri Muslim menurunkan tentaranya untuk membela kaum Muslim yang tertindas. Mengapa ini terjadi? Bukankan nyawa satu orang Muslim sangat berharga dari pada dunia dan seisinya? Pertumpahan darah begitu mudah, seolah nyawa tidak lagi berarti.

Negara bukan lagi tempat berlindung, bukan lagi tempat bernaung, bukan lagi tempat meminta keamanan, bukan lagi tempat untuk mengadu nasib. Negara sudah tidak menjamin itu semua. Tetapi itu hanya berlaku bagi kaum Muslim. Negara bagai panggung sandiwara. Hukum-hukumnya bak bualan semata. Ummat Muslim di mana-mana diperlakukan secara tidak adil. Bahkan semakin dicerai berai ikatannya. Membunuh naluri kasih sayang kepada saudaranya. Atas nama Nasionalisme, setiap bangsa harus menjaga keamanan bangsanya sendiri.

Tidak boleh ikut campur dalam urusan negara lain. Justru paham ini yang semakin memporak-porandakan kesatuan ummat Islam. Nasionalisme telah menjadi benteng pemisah. Saat ummat Islam di negeri lain mengalami ketidakadilan, negeri-negeri Muslim tidak boleh ikut campur. Itulah mengapa ikatan Nasionalisme adalah ikatan yang salah. Ikatan yang harus dicampakkan.

Seharusnya kaum Muslim bersatu padu, tidak bercerai berai sebagaimana yang telah disabdahkan Rasul sang panutan, bahwa Muslim yang satu dengan yang lain adalah saudara, diibaratkan satu tubuh. Semua itu terhalang oleh dinding Nasionalisme. Menjadi bagian-bagian yang terpetak-petak. Bahkan saat tubuh yang lain merasa sakit, teraniaya, tubuh yang satu tidak dapat berbuat lebih kecuali sekedar berdoa dan menggalang dana untuk membantu.

Saat masalah seperti yang ramai saat ini, hanyalah negara yang mampu menyelasaikan masalah krisis yang terjadi di Rohingya dan negeri-negeri lainnya. Karena hanya negara yang memiliki kekuatan militer untuk melawan militer. Bukan kelompok, bukan ormas, bukan rakyat kecil. Namun, faktanya para pemimpin di negeri-negeri Muslim tidak ada satupun yang berani menurunkan tentaranya untuk memebela Muslim Rohingya.

Semakin tertindasnya kaum Muslim di mana-mana menunjukkan betapa butuhnya ummat saat ini terhadap negara yang menjadi pelindung, yaitu negara ideal sebagaimana yang telah dibangun oleh Rasulullah kemudian dilanjutkan oleh pengganti-pengganti setelahnya. Sejarah telah menunjukkan betapa gemilangnya negara yang berpijak pada Al-Qur’an dan As-Sunnah hingga menjadi cahaya, mercusuar di seluruh dunia. Orang-orang Barat, ilmuan mengakui semua itu. Tiada kesejahteraan yang paling sempurna kecuali di bawah naungan Negara Islam.

Negara Islam bukanlah monster. Selama ini ummat ditakut-takuti dengan omong kosong para pembenci Islam. Negara Islam digambarkan sebagai negara yang sadis karena sanksi-sanksinya. Sementara dijauhkan dari gambaran yang membawa keberkahan. Tidak hanya itu, digambarkan pula bahwa Negara Islam hanyalah ilusi belaka, itu hanya ada di zaman dulu. Padahal di kitab-kitab, suatu saat Islam akan kembali berjaya, lalu apa jika bukan tegaknya kembali Negara Islam?

Sudah saatnya negara idealis itu segera diwujudkan dengan menerapkan seluruh aturan-aturan yang terkandung dalam Al-Qur;an. Negara yang tidak hanya menyatukan satu agama, tetapi seluruh agama yang ingin tunduk dengannya. Negara ideal ini menjamin keamanan dan kesejahteraan yang meliputi kebutuhan seluruh ummat baik pendidikan, kesehatan dan lain-lainnya. Islam tidak pernah memerintah untuk berbuat aniaya terhadap ummat di luar agama Islam. Justru Islam mengajarkan toleransi dan kasih kasih sayang. Negara yang tidak memaksa ummat lain untuk memeluk agama Islam. Mereka bebas beribadah sesuai dengan keyakinannya.

Bahkan jika terjadi penganiayaan terhadap ummat non Muslim yang tunduk di bawah Negara Islam, pemimpin wajib membela dan menjamin keamanannya. Bukankan ini adalah Rahmat bagi seluruh alam? [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version