View Full Version
Sabtu, 07 Oct 2017

Berharganya Nyawa Seorang Muslim

 
PEMBANTAIAN yang terjadi pada kaum Muslim di Rohingya menjadi luka yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia. Seperti yang kita ketahui bahwa kaum Muslim di sana rela untuk lebih mempertahankan keimanannya meski genosida sudah di depan mata. Rumah-rumah dibakar dan dihancurkan, mayat-mayat bergelimpangan, serta kaum Muslim yang selamat kini  kebingungan, tak tahu harus pergi kemana lagi untuk mengungsikan diri.
 
Potret peristiwa yang begitu kejam sekaligus menyayat hati ini membuat kita bertanya-tanya; mengapa hal seperti ini bisa terjadi pada saudara kita? Semudah itukah nyawa seorang Muslim dihilangkan begitu saja?
 
Kondisi ini sungguh berbanding terbalik dengan konsep Islam sendiri; dimana nyawa satu orang Muslim dinilai sangatlah berharga. Seperti yang dinyatakan dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Umar ra, ia menuturkan: “Aku melihat Rasulullah SAW thawaf mengelilingi Ka’bah dan beliau bersabda: “mâ athyabaki wa athyaba rîhaki mâ a’zhamaki wa a’zhama hurmataki wa al-ladzî nafsu Muhammadin bi yadihi lahurmatu al-mu’mini a’zhamu ‘inda Allâhi urmatan minki mâlihi wa damihi wa an nazhunna bihi illâ khayran.” (Alangkah baiknya engkau dan alangkah harumnya aromamu, alangkah agungnya engkau dan agungnya kehormatanmu, dan demi Zat yang jiwa Muhammad ada di genggaman tangan-Nya, sungguh kehormatan seorang mukmin lebih agung di sisi Allah darimu, hartanya, darahnya dan agar kami hanya berprasangka baik kepadanya)”. (HR Ibnu Majah)
 
Dari hadist ini kita dapat mengetahui bahwa Ka’bah tentu merupakan simbol yang agung bagi umat Muslim. Bahkan, shalat pun diwajibkan menghadap pada Ka’bah. Namun, ternyata di sisi Allah, kehormatan seorang mukmin baik hartanya dan darahnya dinilai lebih agung dibandingkan dengan kedudukan Ka’bah. Kita pun diwajibkan untuk berprasangka yang baik pada sesama Muslim sebagai bentuk penghormatannya.
 
Begitu indahnya Islam menempatkan keberhargaan nyawa seorang Muslim. Dan tidak hanya berhenti sampai di situ, Islam pun memiliki seperangkat aturan yang mengatur keterjagaan nyawa seorang Muslim. Penjagaan nyawa tersebut diatur sesuai dengan ketentuan hukum syara’ dimana hal ini akan terealisasi dengan adanya sebuah institusi kekuasaan yang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh dan juga memiliki kekuatan untuk melindungi nyawa kaum Muslim.
 
Dengan keberadaan institusi yang melindungi umat Islam, tentu kasus genosida seperti yang terjadi pada kaum Muslim di Rohingya tidak akan terjadi. Jikapun terjadi, maka hal tersebut tidak akan dibiarkan begitu saja. Oleh karenanya, perlu bagi umat Muslim untuk mewujudkan institusi perisai yang dapat melindungi nyawa-nyawa dari tiap Muslim. Wallahu a’lam bish-shawab
 
Risa Assyifa
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Bandung

latestnews

View Full Version