View Full Version
Senin, 16 Oct 2017

Lagi Pesta Gay, Negeri Darurat Maksiat!

Oleh: Diana. D. Sandhina, SH
 
Untuk kesekian kalinya, kembali terulang pada Jumat, 6 Oktober 2017, sekitar pukul 22.00 WIB, aparat kepolisian dari Satreskrim Polres Metro Jakarta Pusat menggerebek sebuah tempat spa di kawasan Ruko Plasa, Harmoni, Gambir, Jakarta Pusat, yang diduga sebagai tempat pesta seks gay.
 
Dari hasil penggeledahan di tempat tersebut polisi menemukan puluhan alat kontrasepsi bekas pakai, sejumlah alat bantu seks pria dan wanita, serta uang tunai Rp 14 juta. Sedangkan dari 51 orang yang ditangkap, polisi telah menetapkan enam pengelola tempat spa tersebut sebagai tersangka. Setelah dilakukan pendataan, puluhan pria yang diduga anggota komunitas LGBT itu akan segera dibebaskan. Sedangkan keenam tersangka pengelola spa akan dijerat Pasal Pornografi dengan ancaman enam tahun penjara. (m.liputan.com, 8 Oktober 2017).
 
Miris, lagi-lagi negeri yang mayoritas muslim ini disuguhi berita tentang berkembangnya komunitas kaum nabi Luth yang notabene hanya dianggap penyakit sosial semata. Penanganan secara sungguh-sungguh terkait hal ini kurang ditanggapi  secara serius baik dibidang pendidikan maupun perangkat aturan hukumnya.
 
Ummat terutama remaja & anak-anak tidak dibekali pendidikan tentang bahayanya pergaulan bebas apalagi LGBT.  Padahal untuk merubah seorang individu saja ada beberapa komponen terkait yang mendukung.
 
Pertama adalah keluarga,  orang tua bertanggung jawab penuh atas pendidikan aqidah seorang anak. Jika seorang anak sudah diberikan bekal aqidah yang cukup maka dia akan punya filter terhadap lingkungan sekitar. Kedua, kontrol masyarakat, ketika masyarakat punya kepedulian terhadap lingkungan maka akan terciptalah lingkungan yang kondusif. Namun, jika masyarakat sudah hilang kepedulian terhadap sekitar maka sejatinya dia sedang membiarkan bahaya mengungkung di sekitarnya yang lambat laun pun dia akan terkena imbas.
 
Komponen ketiga yang juga penentu yakni kontrol negara, apabila negara tidak lagi peduli terhadap kerusakan rakyat maka sejatinya negara telah membangun negeri ini diatas bangunan yang rusak. Negeri ini sangat butuh peran negara dalam hal punya itikad baik dalam mendidik rakyat mengatasi berbagai penyakit sosial, jika negara abai dan lebih mementingkan pembangunan infrastruktur maka sejatinya kita telah membiarkan kehancuran generasi masa depan bangsa ini.
 
Sebelum hal itu terjadi, sudah waktunya perlu kerjasama secara kondusif dari ketiga komponen tersebut agar kita bisa membangun negeri ini secara sehat baik internal (moralitas bangsa) maupun eksternal. [syahid/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version