View Full Version
Rabu, 29 Nov 2017

Kesederhanaan yang Terlupakan

Sahabat VOA-Islam...

Media sosial di Indonesia beramai-ramai membicarakan gardu listrik,  yang mendadak menjadi viral dan tak kunjung usai, sedangkan isu menyederhanakan tarif listrik teralihkan begitu halus. Sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui dan menyadari ada apa di balik isu tersebut.

Dengan adanya menyederhanakan tarif listrik, nantinya rumah tangga dengan tiga kategori daya listrik baru untuk pelanggan non-subsidi yang diwacanakan adalah 1300 VA, 5500 VA, dan 13200 VA ke atas (loss stroom), akan dan harus membayar tarif listrik yang sama.

Dadan Kusdiana berkata, daya listrik pelanggan non-subsidi di level 900 VA nantinya akan ditingkatkan ke 1300 VA dan golongan 5500 VA diperuntukan para pelanggan di daya listrik 1300 VA, 2200 VA, 3300 VA, dan 4400 VA.

Sementara itu, mereka yang selama ini menggunakan tegangan listrik di atas 5500 VA akan mendapatkan daya baru sebesar 13200 VA ke atas.

Sungguh ini sederhana sekali, sesederhana fakta yang ada di lingkungan, bahwa di daerah-daerah masih banyak rumah tangga yang tidak memiliki meteran sendiri untuk penerangan rumahnya, mereka masih meminta belas kasih tetangganya untuk mau berbagi penerangan dengan mereka. Bahkan sampai ada yang baru merasakan adanya lampu penerangan di rumahnya beberapa bulan yang lalu di tahun 2017 Jaman Now, itupun atas bantuan lingkungan sekitar.

Lantas sederhana apa yang dimaksud? dengan fakta yang terjadi memperbaiki keandalan listrik khususnya di daerah-daerah lebih dibutuhkan dan adanya kesamaan memiliki penerangan.

Kekuasaan dalam Islam digunakan untuk melaksanakan amanat Syariat Allah, karena Syariat adalah rahmat. Tanpa rahmat kita tak akan selamat dunia akhirat. 

“Barangsiapa ( dari umatku ) yang ketika bangun pagi tidak memikirkan nasib umat, maka dia bukan umatku ( umat Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam)”. HR. Ahmad.

Sebaliknya dalam sistem kapitalis-sekuler yang sedang diterapkan saat ini, peran penguasa hanya sebagai pekerja yang mereka itu memiliki paradigma bahwa kekuasaan adalah untuk memperoleh penghasilan dan uang sebanyak-banyak.

Jangan heran apabila saat ini banyak penguasa yang mereka menjadikan kekuasaannya itu sebagai ladang bisnis untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Wallahu a'lam bish-shawab. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Indi Lestari


latestnews

View Full Version