View Full Version
Senin, 04 Dec 2017

Taat Syariah Bukti Cinta Hakiki kepada Nabi Muhammad SAW.

Oleh: Herliana H. (Ibu Rumah Tangga)

Bulan Rabiul Awal merupakan bulan lahirnya baginda Rasulullah saw. bulan ini merupakan momen besar kelahiran seorang yang agung, yang telah membawa pelita di tengah kegelapan jahiliyah. Tepat pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, Rasulullah dilahirkan di kota Mekkah al Mukarramah. Banyak peristiwa menakjubkan yang terjadi ketika Rasulullah saw. dilahirkan dan tercatat apik dalam periwayatan sejarah.

Hal ini menunjukkan bahwa kelahiran Muhammad saw. merupakan kelahiran seorang insan yang istimewa dan membawa pengaruh besar bagi peradaban dunia. Sungguh kelahiran dan diutusnya beliau adalah rahmat bagi alam semesta, Allah swt. berfirman,”Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (TQS. Al Anbiya: 107).

Peringatan atas kelahiran Rasulullah saw. yang disebut sebagai Maulid Nabi meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah saw. Bagi seorang mukmin wajib hukumnya mencintai Rasulullah saw. sebagai konsekuensi keimanan. Kecintaan kepada kekasih Allah ini harus berada di atas segalanya, selain Allah swt. melebihi kecintaan kepada anak dan istri, harta, perniagaan, jabatan, bahkan dirinya sendiri. Allah swt. berfirman,

“jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri dan keluarga kalian, juga kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya. Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik.” (TQS. At Taubah: 24).

Nabi saw. juga bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang sampai aku lebih ia cintai daripada anaknya, kedua orang tuanya dan manusia seluruhnya.” (HR. Muslim)

Rasa cinta yang luar biasa telah ditunjukkan oleh para sahabat. Mereka berlomba-lomba mendahulukan urusan Rasulullah saw. di atas segala urusan mereka. Para sahabat menunjukkan cinta hakiki kepada Rasulullah dengan senantiasa taat kepada risalah yang beliau bawa, yakni syariah Islam. mereka membuktikan bahwa kecintaan kepada Rasulullah saw. tidak sekadar terucap dari lisan. Allah swt. berfirman dalam Alquran surat Ali Imran: 31,

“Katakanlah, ‘Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dalam ayat ini, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa siapa saja yang mengakui cinta kepada Allah,sedangkan ia tidak berada di jalan Muhammad saw., maka ia berdusta sampai ia mengikuti syariah Muhammad secara keseluruhan.Sungguh, penjelasan Imam Ibnu Katsir seharusnya menyadarkan kita untuk taat kepada Allah dan Rasulullah saw. secara kaffah.

Tidak memilih dan mengambil jalan lain selain risalah yang dibawa oleh beliau yaitu syariah Islam. Karena ketaatan pada syariah Islam adalah bukti cinta yang hakiki kepada Rasulullah saw. kita bisa belajar dari ketaatan para sahabat kepada Rasulullah saw. mereka senantiasa menaati perintah Allah dan Rasulullah saw. misalnya ketika Allah swt. menurunkan ayat tentang menghalalkan jual beli dan mengaharamkan riba. Para sahabat segera meninggalkan riba. Mereka senantiasa memutuskan perkara sesuai dengan apa-apa yang telah ditetapkan di dalam Alquran dan Assunnah.

Alhasil, umat Islam seyogianya menjadikan syariah Islam sebagai satu-satunya jalan hidup. Sayangnya, umat Islam saat ini hidup tanpa syariah Islam. Maraknya riba, menjadi salah satu bukti bahwa umat masih enggan diatur oleh syariah Islam. Islam hanya diambil sebagian aspeknya saja, misalnya dalam hal waris, nikah, dan zakat.

Namun, aturannya tidak diterapkan dalam kehidupan secara menyeluruh. Seperti menerapkan sistem ekonomi kapitalis, pengaturan pemerintahan dengan demokrasi, sistem sanksi masih menganut aturan dari panjajah Belanda, dsb. hal tersebut merupakan wujud penyimpangan terhadap syariah Islam. Padahal Allah telah memberikan ancaman yang dahsyat jika kita mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dengan siksaan api neraka (QS. An Nisa: 14).

Sungguh sangat ironis, ketika mayoritas umat Islam di Indonesia hanya terjebak pada rutinitas peringatan Maulid Nabi, tetapi tidak mengambil risalah yang dibawa Rasulullah saw. sebagai jalan hidupnya yang akan menuntaskan problematika umat yang demikian sistematis dan kompleksnya.

Maka, mari kita renungkan, masihkah layak kita menyatakan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi tak mau diatur oleh syariah Islam? Atau bahkan menjadi garda terdepan dalam membela kebathilan dengan menolak syariah Islam diterapkan dalam kehidupan? Wallahu’alam bishawab. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version