View Full Version
Selasa, 05 Dec 2017

Langkah 212 Menuju Masyarakat Islami

PILKADA Jakarta sudah berlalu setahunan yang lalu. Namun kehangatan gairahnya masih terasa hingga saat ini. Bukan semata terkait pilkadanya, akan tetapi tentang persatuan umat. Momentum ABI 212 khususnya, telah menjadi gerakan tersendiri yang melintas batas organisasi Islam yang ada di Indonesia. Bahkan bagi sebagian orang yang mengidap islamophobia kronis, 212 dianggap sebagai penyakit menular yang harus segera dicarikan obat penangkalnya.

ABI 212 pun telah berbuah Reuni 212, dengan jumlah massa yang masih tetap sama. Meskipun politikus Fahri Hamzah mengatakan bahwa semangat Reuni 212 tak sekuat ABI 212, namun penulis sependapat dengan beliau bahwa Reuni 212 ibarat deklarasi permusuhan abadi terhadap para setan. Apalagi jika kita renungkan dalam-dalam, Aksi Reuni 212 bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad Saw. Utusan terakhir yang dimusuhi oleh para setan jahiliyyah pada masanya.

Langkah 212 terus berjalan. Setapak demi setapak menuju pembelaan terhadap Islam dan negerinya. Meskipun bukan sebuah kemustahilan jika gerakan 212 melangkah menuju berbagai hal yang bersifat pragmatis. Akan tetapi, bukan angan-angan dan harapan kosong pula, jika dinamika 212 terus bergerak menuju masyarakat Islami.

Mengenai masyarakat Islami, Rasulullah Saw mengumpamakan kehidupan bermasyakat itu laksana para penumpang kapal. Sebagian orang tinggal di bagian atasnya, dan sebagian lainnya tinggal di bagian bawahnya. Ketika orang yang tinggal di bawah membutuhkan air, mereka selalu meminta bantuan kepada orang yang tinggal di bagian atas kapal. Hingga, timbullah inisiatif dari para penumpang di bawah untuk melubangi kapal supaya tidak merepotkan orang yang di atasnya. Kalau orang yang tinggal di atas membiarkan orang di bawahnya untuk melubangi kapal, niscaya akan tenggelamlah semuanya. Adapun jika orang yang di atas mencegahnya, niscaya selamatlah semuanya.

Perumpamaan ini menunjukkan bahwa sebuah masyarakat bukanlah sekedar kumpulan orang-orang di suatu wilayah, lebih dari itu di antara mereka pun terbentuk interaksi yang terus menerus. Berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seluruh individu masyarakat, ibarat air yang dibutuhkan oleh para penumpang kapal. Pemenuhan terhadap air tersebut, tentu akan membentuk interaksi yang berkesinambungan di antara para penumpangnya. Oleh karena itulah, masyarakat bukan hanya kumpulan individu namun lebih dari itu mereka pun menjalin berbagai interaksi yang terus-menerus.

Dalam masyarakat yang khas, interaksi ini  akan terbangun di atas kesatuan pemikiran dan perasaan. Oleh karena itu, agar 212 tidak terjebak pada pragmatisme serta melangkah menuju masyarakat Islam yang didambakan. Maka kita sebaiknya tidak membiarkannya hanya pada berkumpulnya sekumpulan individu semata. Langkah 212 mesti diupayakan untuk melahirkan interaksi yang intens dan khas di antara para individunya. Mengajak masyarakat untuk benar-benar bersatu dalam kesatuan pemikiran dan perasaan Islam. Memandang baik dan buruk sesuai perintah dan larangan Allah, cjnta dan benci sesuai dengan ridlo dan murka-Nya.

Aksi 212 memang berawal dari kesamaan pemikiran mengenai keharaman memilih pemimpin kafir. Langkah 212 pun bergairah dipicu rasa marah karena kasus penistaan Al Quran. Kesatuan pemikiran dan perasaan ini merupakan awalan yang baik. Namun jika dibiarkan begitu saja tanpa jalinan komunikasi yang intensif, ia bisa saja tergoda sepoi-sepoi angin politik pragmatis yang melenakan. Politik yang hanya sekedar mengejar tahta, bukan pemikiran politik yang agung, yaitu tentang bagaimana mengatur urusan rakyat sesuai dengan aturan Islam.

Selain membantah framing negatif terhadap Islam selama ini, reuni ABI 212 pun telah berdakwah bil hal bahwa umat Islam itu bisa bersatu dalam pemikiran dan perasaan. Persatuan inilah yang telah mengusik hati para pendengki serta orang-orang yang diuntungkan oleh perpecahan umat Islam selama ini. Mereka yang selama ini mengeruk negeri ini dengan memanfaatkan kelemahan persatuan rakyatnya, tentu sangat tidak menginginkan jika tercipta benih-benih persatuan di tubuh umat Islam. Apalagi persatuan itu mengarah pada langkah menuju masyarakat islami.

Penulis percaya, para tokoh yang menjadi inisiator dan penggerak 212 merupakan para pembela Islam yang mukhlish. Mereka telah terbukti menurunkan ego dan perbedaan pandangan, hanya supaya bisa bersama-sama menyuarakan pembelaan terhadap Al Quran. Oleh karena itu, insyaAllah langkah 212 akan terhindar dari pragmatisme dan akan terus melangkah menuju masyarakat Islam. Aamiin.*

 

Ary H

Pengelola FP Mudah Nulis dan Mentor Opini di Akademi Menulis Kreatif


latestnews

View Full Version