View Full Version
Sabtu, 09 Dec 2017

Pernyataan Abu Janda Sangat Tidak Mendidik

Oleh: Tatang Hidayat *)

Bagi teman-teman yang menonton Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa malam, 5 Desember 2017 dengan tema 212 : Perlukah Reuni ? yang diselenggarakan TV ONE pastinya memiliki kesan tersendiri. Apalagi setelah menonton acara tersebut teman-teman mungkin masih ada yang belum bisa move on dengan bahasan ILC malam itu. Terutama dengan seseorang yang bernama Permadi Arya (Abu Janda) katanya dia adalah seorang Ustadz yang mendadak fhotonya viral di media sosial.

Terlepas dengan berbagai pandangan saat berlangsungnya dan setelah acara tersebut, seharusnya bangsa Indonesia mengucapkan terima kasih kepada Abu Janda. Mengapa dikatakan demikian, karena melalui Abu Janda pada hari ini bangsa Indonesia bisa ketawa dan tersenyum bersama, tentunya senyumnya kita bukan tanpa alasan. Tetapi, karena pernyataan Abu Janda lah yang membuat diri saya khusunya sedikit terhibur.

Respon umat terhadap Abu Janda setelah berlangsungnya acara ILC di media sosial bukanlah tanpa alasan belaka, tetapi itu menunjukkan respon spontan umat terhadap Abu Janda yang sudah tidak tertahankan lagi. Bagi teman-teman yang aktif di media sosial silahkan bisa cek di akun pribadi Abu Janda, begitu keterlaluannya beliau melakukan ujaran kebencian dan memecah belah umat ketika saat ini umat sedang menebarkan virus persatuan dan mempersatukan.

Apalagi, ujaran kebencian dan perpecahan yang ia sampaikan terkadang tidak berbasis data dan fakta, bahkan sudah tergolong fitnah yang mana dalam dunia akademik seandainya kita berbicara tidak berdasarkan data dan fakta maka bisa tergolong sebagai sampah akademik.

Dalam dunia pendidikan, ketika kita berbicara tanpa data dan fakta apalagi sampai tergolong fitnah kemudian dipertontonkan di khalayak umum, yang mana tentunya yang menontonnya adalah semua kalangan termasuk generasi bangsa, maka itu sudah cukup sebagai sebuah pernyataan yang sangat tidak mendidik generasi bangsa.

Namun, bagaimanapun juga kita harus berterima kasih kepada Abu Janda, karena lewat beliau hari ini bangsa Indonesia bisa tersenyum dan tertawa bersama. Bagaimana tidak, ketika sebelum acara ILC berlangsung, ia membuat status di akun pribadinya yang menunjukkan sebenarnya Abu Janda itu grogi. Ia membuat status “Sa Sa Sa Saya tidak takut” sembari minta followernya nonton ILC dan merekamnya.

Saat ia berbicara pun, ternyata ia tidak konsisten terhadap pernyataannya. Abu Janda minta pembicaraanya supaya tidak dipotong. Namun kemudian, justru ia yang emosi dan memotong pembicaraan narasumber lain, khusunya dalam hal ini Ustadz Felix Siauw.

Ia pun menuding bahwa aksi reuni 212 ditunggangi ormas terlarang yang dalam hal ini adalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Alasannya karena bendera HTI dikibarkan dan diarak di acara tersebut. Sungguh ini merupakan tuduhan yang sagat fatal dan membuatnya blunder bahkan mempermalukan diri sendiri dalam forum tersebut. Semua orang juga sudah paham apalagi orang-orang zaman now bahwa itu bukan bendera HTI, tetapi itu adalah Panji Rasulullah SAW.

Mana mungkin bendera HTI bisa dikibarkan oleh beberapa supporter sepakbola di dalam stadion, apalagi dalam Tabligh Akbar di Garut, Panji Rasulullah SAW dikibarkan oleh salah satu kelompok  geng motor yang disandingkan dengan bendera kebanggaan mereka. Jangan-jangan ternyata Abu Janda mencintai HTI sehingga belum bisa move on dari HTI.

Yang sangat-sangat memalukan dan blunder yang sangat fatal adalah saat ia menunjukkan dengan sangat yakinnya gambar Panji Rasulullah SAW dan ia mengatakan sumbernya kredibel bisa di cek bendera itu ada di museum Turki ternyata salah telak.

Nantinya, kebohongan tersebut dibongkar oleh Ustadz Felix Siauw yang ternyata sudah ke museum Topkapi Turki lebih dari 15 kali. Ternyata di museum tersebut tidak ada gambar Panji Rasulullah SAW yang dimaksud Abu Janda.  Sehingga Ustadz Ustadz Felix Siauw akhirnya membuka pembohongan publik yang dilakukan oleh Abu Janda. Bahwa, gambar yang di bawa Abu Janda adalah Bendera Utsmani bukan Panji Rasulullah SAW.

Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang layak disematkan kepada Abu Janda, dalam forum tersebut ia ditertawakan oleh narasumber lain. Bahkan, mungkin teman-teman yang menonton di layar televise pun pasti tidak akan mampu menahan tawa saat Abu Janda berbicara saat mengeluarkan beberapa pernyataan yang sangat sangat tidak mendidik yang miskin data dan fakta.

Tidak sampai disitu, Abu Janda pun mempersoalkan hadits dengan alasan baru ada 200 tahun setelah Rasulullah SAW wafat. Namun, akhirnya ia bingun sendiri dan mengaku tidak mau membahas hal itu.  Akhirnya disemprot oleh Ustadz Muhammad Al-Khaththath “Kalau nggak tahu yang nggak usah ngomong” tegasnya.

Di sesi terakhir, akhirnya Abu Janda babak belur dihabisi Prof. Mahfud MD soal pernyataan Abu Janda yang mempersoalkan hadits dengan dalih baru ada 200 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW. Pernyataan Abu Janda terkait hadits sungguh bertentangan dengan tradisi Nahdlatul Ulama (NU) dalam memahami hadis apalagi pernyataan tersebut sangat menusuk tradisi pesantren.

Dari kejadian ILC malam itu, akhirnya ujaran kebencian dan perpecahan apalagi pembohongan publik yang dilakukan Abu Janda terbuka juga, silahkan umat yang menilai dengan memakai nalar yang sehat. Dalam kaca mata akademik, ketika Abu Janda berbicara tanpa disertai data dan fakta apalagi tergolong fitnah maka sama saja dengan sampah akademik dan pernyataannya sangat tidak mendidik generasi bangsa.

Melalui tulisan ini saya ingin mengajak kita semua yang masih waras dan memiliki nalar yang sehat untuk berpikir dan sama-sama belajar meneladani sosok figur yang layak untuk diteladani. Bukan malah meneladani sosok figur yang sangat tidak layak untuk diteladani yang berimbas membodohi generasi bangsa. Apa jadinya jika generasi bangsa ini di masa depan jika meneladani orang-orang yang tidak layak untuk diteladani ?

Namun, bagaimanapun juga kita harus mengucapkan terima kasih kepada Abu Janda, karena berkat pernyataan beliau yang sangat tidak mendidik itu, hari ini bangsa Indonesia bisa senyum dan tertawa bersama sejenak ditengah problematika-problematika bangsa yang sangat banyak dan belum terselesaikan.

Baik itu problematika masih kuatnya cengkraman asing dan aseng yang menjajah negeri ini, dijualnya berbagai macam aset negara oleh para penghianat bangsa, meningkatnya angka korupsi, naiknya harga tarif dasar listrik, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, banyaknya kebijakan yang menyengsarakan rakyat dan masih banyak problematika yang lainnya yang perlu kita selesaikan.

Jadi, jangan berlama-lama dengan Abu Janda, segera lah move on untuk segera menyelesaikan problematika-problematika besar yang melanda negeri ini. Wallohu ‘Alam bi ash-Shawab. [syahid/voa-islam.com]

*) Ketua Badan Eksekutif Koordinator Daerah Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BE Korda BKLDK) Kota Bandung


latestnews

View Full Version