View Full Version
Sabtu, 09 Dec 2017

Esensi Maulid Nabi SAW

Sahabat VOA-Islam...

Setiap tanggal 12 Rabiul Awwal umat Islam Indonesia senantiasa memperingati Maulid Nabi Muhammad saw, hari kelahiran beliau. Perayaan Maulid Nabi merupakan perwujudan rasa penghormatan yang begitu tinggi terhadap sosok Rasulullah saw tersebut.

Baginda saw merupakan manusia yang paling istimewa di bumi ini, tidak hanya muslim, bahkan non muslim pun mengakuinya. Salah satunya adalah Michael H. Heart,  Profesor astronomi, fisika dan sejarah sains, dalam bukunya The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History.

Menurut catatan sejarah, Peringatan Maulid Nabi saw, pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, Gubernur Irbil, Irak, pada masa pemerintahan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi (1138-1193 M). Menurut sumber lain, yang pertama mencetuskan ide Peringatan Maulid Nabi saw, adalah Sultan Shalahuddin al-Ayyubi sendiri.

Kala itu bertujuan untuk memperkokoh semangat umat Islam umumnya, khususnya mental tentara Muslim yang lemah dalam menghadapi serangan tentara Salib dari Eropa, yang ingin merebut tanah suci Yerusalem dari tangan kaum Muslim. (Al-Islam, ed. 348, tahun 2007).

Jika berkaca pada sejarah, tujuan dari maulid itu pun seharusnya tidak terlupakan oleh kita. Perayaan maulid tidak hanya diidentikkan sebagai perayaan kelahiran baginda saja, atau hanya sebagai penghormatan saja, akan tetapi kaum muslimin harus lebih semangat untuk memperjuangkan Islam dan syariatnya.

Namun sungguh ironis kaum muslimin zaman sekarang, alih-alih semarak merayakan maulid, namun banyak sekali yang menyimpang dari ajaran Islam, apalagi sampai menentang syariah Islam yang nyata-nyata dibawa oleh Rasulullah saw., adalah bukti bahwa esensi dari maulid itu tidak tercapai. Padahal hal itu sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an dengan tegas:

Siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya serta melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkan dirinya ke dalam api neraka dan dia kekal di dalamnya. Bagi dia siksaan yang menghinakan (TQS an-Nisa’ [4]: 14).

Sayang, kenyataannya saat ini, jangankan bicara syariah Islam, simbol-simbol Islam pun dijauhi bahkan dimusuhi. Ar-Raya dan al-Liwa’, misalnya, yang merupakan bendera Rasulullah saw. sempat dilarang, disita dan dituding sebagai simbol terorisme. Ucapan takbir belakangan juga dituding sebagai simbol terorisme dan kejahatan.

Oleh karena itu wahai kaum muslimin, mari kita berjuang agar syariat Islam tegak di muka bumi, sebagaimana apa yang Rasulullah bawa dan ajarkan kepada kita semua. Kita tidak boleh gentar melawan penjajah kafir dan antek-antek mereka, baik penjajahan fisik maupun penjajahan pemikiran. Kita harus hapuskan semua itu dari muka bumi ini.

Marilah kaum muslimin bangkit dan bersatu, agar syari'ah Allah tegak secepatnya. Kobarkan semangat, korbankan harta, tenaga, pikiran, bahkan jiwa kita demi tegaknya Islam dan kemuliaan Islam di muka bumi ini. Wallaahu a'lam bish shawaab. [syahid/voa-islam.com]

Kiriman Asti Marlanti


latestnews

View Full Version