View Full Version
Selasa, 16 Jan 2018

Palestina; Harus Kembali ke Pangkuan Islam

Oleh: Mar'ah Sholihah (Muslimah Community)

Palestina masih bergelora. Kabar terbaru bahwa keputusan Donald Trump yang menandatangi keputusan Yerusalem sebagai ibukota Israel, ditolak oleh PBB. Dari hasil voting Majelis Umum 129 anggota negara yang tergabung dalam PBB. 128 negara menolak, 35 abstain dan 9 negaraendukung keputusan Trump. Ini berarti pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel batal dan tidak berlaku. Dikutip dari USA today (22/12/2017),

Apakah PBB mampu menjegal keputusan Trump? Faktanya berkali-kali keputusan PBB di Veto oleh AS sendiri ? Kita lihat saja nanti.

 

STIMULUS PUN DIRESPON

Trump memang telah memulai dengan stimulus besar, pengukuhan yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ini berarti pengakuan atau legalitas terhadap keberadaan negara yahudi Israel, sekaligus 'penghapusan' negara Palestina. Jika selama sekian tahun perlahan tapi pasti, Israel secara geografis hampir menguasai seluruh tanah palestina hingga tersisa tepi barat dan jalur Gaza saja. Maka pengakuan Trump terhadap Yerusalem sebagai ibukota israel itu adalah legalitas politiknya.

Palestina adalah simbol kesatuan umat. Disana ada Baitul Maqdis kiblat pertama Umat Islam, tempat bersejarah yang diabadikan dalam Al qur'an melalui peristiwa isra' mi'raj Nabi Muhammad SAW. Palestina juga menjadi ibu kota Khilafah.

Maka jika Trump membuat manuver dengan mengakui Israel dan menyingkirkan Palestina. Sungguh ini sebuah konspirasi global bukan hanya untuk Palestina. Tapi untuk seluruh kaum muslimin. Umat Islam wajib melakukan pembelaan dan perlawanan.  

Yang menjadi pertanyaan apakah Trump tidak memperkirakan reaksi dunia islam nantinya ? Sebagai pemimpin kampiun negara kapitalis tidak mungkin dia tidak memperkirakannya. Setiap kebijakan pemimpin adalah keputusan politiknya. Dia pasti  memahami betul respon seperti apa yang nanti akan dia dapatkan, atau memang sengaja ingin mengukur seberapa besar Respon kaum muslimin ? Wallahu a'lam.[syahid/voa-islam.com]

Yang jelas terlepas dari itu, Respon besar dari kaum muslimin sangat luar biasa. Ini menunjukkan keterikatan aqidah masih ada diantara kaum muslimin meski berbeda negara. Penduduk muslim palestina kembali bergelora dengan semangat jihadnya. Bahkan para wanita dan anak anak pun seolah tak takut sama sekali berhadapan dengan moncong senjata tentara Israel.

Sementara Kaum muslimin di belahan negeri yang lain, juga menyatakan sikap dengan menentang dan mengecam keras kebijakan Trump. Kantor Dubes AS pun menjadi lokasi tempat protes masyarakat luas di berbagai negara. Selain protes keras dan kecaman, ada juga yang menggalang dana bantuan kemanusiaan, boikot produk dll.

 

MENGEMBALIKAN WIBAWA

Palestina adalah kasus lama, puluhan tahun telah terjajah secara ekonomi, militer dan politik. Tidak terhitung lagi darah kaum muslimin yang menjadi korban penindasan.  Bukan hanya kaum laki laki saja, tetapi wanita dan anak anak pun menjadi sasaran target genoside mereka. Tetapi selama ini belum ada solusi tuntas terhadap Palestina.

Penjajahan Israel terus saja berjalan dan didukung penuh oleh AS. Inilah bukti firman Allah di dalam Al qur'an yang mulia. "Bahwa selamanya orang yahudi dan nasrani tidak akan pernah ridho sampai kita mengikuti millah mereka"

Saat inilah seharusnya kaum muslimin menyadari bahwa jumlah kuantitas saja kaum muslimin belum cukup untuk menghentikan kejahatan besar yang dilakukan Trump. Inilah persoalan besar kaum muslimin.

Seperti anak ayam kehilangan induknya. Kaum muslimin tidak memiliki satu komando untuk membela saudaranya  yang mengalami penindasan.

Berbeda sekali ketika ada penghinaan dan dan penindasan pada seorang wanita saja di masa Khalifah Al Mu'tasbih billah. Seorang wanita yang mengalami pelecehan ini berteriak karena kehormatannya dilanggar orang kafir. Maka saat itu juga beliau mengutus pasukan besar untuk membelanya. Digambarkan bagaimana panjangnya  pasukan kepalanya sampe di Amuria  sementara ekornya masih di ibukota.

Bagaimana Rasulullah ketika membela seorang muslimah yang yang dilecehkan oleh orang Yahudi bani Qoinuqo hingga dibela oleh seorang muslim dan seorang muslim ini dibunuh oleh orang Yahudi. Maka Rasulullah mengerahkan pasukan mengepung yahudi selama 15 hari hingga mengalahkan mereka. Subhaanallah. Inilah pembelaan terhadap jiwa jiwa kaum muslimin.  Mereka yang ada di Palestina membutuhkan kekuatan besar seperti yang dilakukan Rasulullah, seperti yang dilakukan oleh Al Mu'tashim.

Kasus palestina adalah PR besar bagi kaum muslimin untuk segera berubah bangkit, menyelamatkan saudaranya, menjaga tanah milik Kaum muslimin, mengembalikan kewibaanya sebagai sebaik baik ummat. Sebagaiman pada masa kekhilafahan dahulu.

Kaum muslimin masih memiliki kekuatan yang lebih canggih dari senjata, lebih tajam dari pedang, bahkan lebih dahsyat dari rudal-rudal yang dijatuhkan di wilayah penduduk palestina.

Kekuatan itu adalah kekuatan aqidah Islam, kekuatan Islam sebagai mabda/ ideologi. Kekuatan inilah modal yang akan menggerakkan kesadaran ummat bersatu membela agamanya, saudaranya kehormatannya yang telah tercabik.

Jika kita bercermin pada kasus gerakan al maidah 51  Aksi Bela Islam 212. Maka kekuatan yang tersembunyi itu akhirnya muncul juga. Tidak peduli dengan kelompok, bendera maupun simbol2 lainya. Ternyata Al qur'an telah mampu menyatukan kaum muslimin. Stimulus besar telah menuai Respon besar umat Islam di indonesia. Maka jika Trump telah memulai dengan stimulus besar berupa Palestina, maka sangat mungkin Respon besar umat Islam dunia akan menjadi sebuah kekuatan kebangkitan bagi umat Islam di seluruh dunia yang selama ini terpecah lebih dari 50 negara. 

Jika mabda Islam telah menjadi pemersatu umat. Maka selangkah lagi kebutuhan akan pemimpin dunia yaitu Khalifah tinggal menunggu waktu.


latestnews

View Full Version