View Full Version
Kamis, 18 Jan 2018

Ide Radikal LGBT: Alat Politik Penjajah

Oleh: Nurul Firdaus (Mahasiswa UNAIR)

Putusan Mahkamah Konstitusi yang menolak gugatan perkait perluasan aturan soal perzinahan, perkosaan dan juga pencabulan pada kamis (14/12) yang lalu mencuatkan kembali kontroversi salah satunya seputar LGBT. Sejak PBB secara resmi mengakui LGBT dalam “UN Declaration on Sexual Orientation and Gender Identity” pada 13 Desember 2008, kampanye ide radikal LGBT mulai dilakukan secara massif oleh aktivis pro-LGBT.

Semangat para aktivis pro-LGBT pun semakin bertambah sejak AS melegalkan pernikahan sejenis pada 2015 lalu. Sungguh menjadi ironi bahwa ide radikal LGBT ini berusaha disebarluaskan ke wilayah negeri-negeri muslim dengan program USAID yaitu “Being LGBT in Asia” yang didanai oleh AS sejak tahun 2014 hingga 2017.

Program kampanye ide radikal LGBT di Asia merupakan bentuk gerakan politik internasional yang bertujuan untuk menjajah identitas para pemuda khususnya pemuda muslim agar menjadi penganut Barat. Berbagai pendekatan secara struktural politik dan kultural dilakukan oleh aktivis LGBT untuk mendapatkan ‘hak’-nya.

Upaya melegalkan pernikahan sejenis melalui jalur hukum terus dilakukan di berbagai negara sasaran Asia seperti Indonesia, China, Filipina, dan Thailand. Penjajahan identitas pemuda muslim sangat cepat dilakukan dengan pendekatan kultural oleh aktivis LGBT. Industri hiburan kapitalis yang menampilkan karakter banci dan waria dengan mudahnya menjadi pintu transfer ide radikal yang mencuci otak para pemuda.

Target utama dari kampanye ide radikal ini adalah penjajahan terhadap identitas pemuda khususnya pemuda muslim. Pemuda yang harusnya menjadi garda terdepan mewujudkan peradaban manusia yang gemilang justru dicetak menjadi pemuda sekuler-liberal yang konsumtif terhadap produk industri hiburan kapitalis. Pemuda muslim pun menjadi sosok sekuler dan liberal yang mempropagandakan kebebasan berekspresi, ‘kebenaran’ praktik LGBT dan membuat narasi bahwa perilaku menyimpang ini merupakan ‘pemberian’ Tuhan sejak lahir yang harus dimaklumi.

Penjajahan pada identitas pemuda semakin mewabah dengan cepatnya penyebaran ide radikal ini melalui media sosial seperti youtube, instagram, facebook, dan lainnya. Pemuda muslim yang kehilangan identitasnya akan menjadi agen yang akan menghancurkan perdaban Islam. Hal ini sejalan dengan tujuan politik Barat untuk mencegah kebangkitan musuh besarnya yaitu peradaban Islam.

Kapitalis Barat sangat licik dan licin dalam menjalankan berbagai misi politik-nya untuk menguasai dunia. Negeri-negeri muslim yang ada di wilayah ‘aman’ dari konflik dibuat terlena dengan berbagai produk hiburan kapitalis dan lifestyle hedonis Barat. Inilah yang menyebabkan lunturnya semangat pembelaan terhadap saudara muslim lain yang berada di wilayah konflik Timur Tengah yang sedang diserang oleh Barat dan ‘dianaktirikan’ PBB. Namun, kesadaran atas kewajiban membela sesama muslim mulai tumbuh cukup signifikan di tahun 2017 ini karena adanya berbagai perlawanan opini propaganda Barat yang dilakukan oleh pejuang Islam melalui kekuatan media sosial.

Kekuatan propaganda dakwah Islam dan counter terhadap ide radikal Barat yang dilakukan oleh pejuang Islam melalui media sosial membuahkan hasil yang besar. Hari ini telah terbentuk kesadaran umum diantara umat bahwa ide-ide radikal Barat, termasuk LGBT, yang dipropagandakan di negeri muslim hanyalah alat politik untuk melancarkan aksi busuknya. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan kaum muslim untuk menghentikan Barat adalah dengan membentuk satu kekuatan politik yang sinergis di seluruh negeri muslim. Karena gerakan politik interasional hanya dapat dilawan dengan gerakan politik internasional juga. Dan negeri-negeri muslim yang bersatu sangat potensial untuk membuat perlawanan politik yang cukup besar untuk menghentikan aksi busuk Barat.

Islam memiliki solusi mengakar yang mampu menyelesaikan seluruh permasalahan umat manusia. Ini sejalan dengan pernyataan Sayyid Quthb berikut, “Jika Amerika menghabiskan ratusan juta dolar untuk penelitian dalam mengatasi problem sosial di masyarakatnya, maka Islam melenyapkan kebiasaan yang telah mengakar di masyarakat jahiliyah hanya dengan beberapa lembar ayat Qur’an”.

Hanya Islam sajalah yang memiliki sistem kehidupan mulia yang bersumber dari Allah sebagai Pencipta alam semesta dan dapat benar-benar mewujudkan peradaban yang manusiawi bagi seluruh umat manusia. Sistem bernegara dalam Islam akan melindungi jiwa, akal, harta, kemanan hingga keturunan setiap warga negaranya baik muslim maupun orang kafir dzimmi yang diurus oleh negara.

Hanya peradaban negara Islam saja yang dapat mewujudkan kegemilang tidak hanya dari kemajuan IPTEK tapi juga dari sisi peradaban manusia yang beradab. Dan itulah Khilafah Islam yang telah dicontohkan oleh khulafaur rasyidin. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version