View Full Version
Ahad, 21 Jan 2018

Libur dan Bancakan Anggaran Akhir Tahun Pejabat

Oleh: Sri Ratna Puri ( Anggota Revowriter)

Libur tlah tiba..libur tlah tiba. Itulah gambaran kegembiraan anak-anak kita. Mengapa? karena libur sekolah telah tiba. Terlebih bersamaan dengan libur akhir tahun dan menjelang tahun baru, sehingga waktu kebersamaan dengan keluarga lebih panjang.

Diberbagai media memberitakan lonjakan pengunjung memadati lokasi wisata baik di pantai, gunung dan objek wisata lainnya. Sudah menjadi tradisi mungkin, mengingat kepenatan yg ditampung selama satu tahun disegarkan dengan berlibur.

Bisa dibayangkan berapa banyak keuntungan yg diraup masuk ke kantong para pengusaha objek wisata, apalagi karakter masyarakat kita dalam berlibur masih  kental dengan kebersamaan. Jadi ketika pergi berlibur tidak akan merasa nyaman bila hanya perseorangan. Pasti memboyong minimal pasangan sampai keluarga besar.

Bila dilihat dari berliburnya memang tidak menjadi masalah karena berlibur adalah salah satu kebutuhan hidup manusia dan hak sebagai warga negara. Tetapi bagaimana jika ongkos untuk liburan yg dikeluarkan diambil dari anggaran pemerintahan??. Kita ingat beberapa waktu lalu pemberitaan tentang BANCAKAN ANGGARAN DAERAH viral diangkat di media (suarapembaruan.com). Dan dalam sistem kapitalis saat ini hampir semua oknum pejabat daerah memanfaatkannya. Hal ini menambah kerjaan bagi tim audit keuangan. Dan bagi para oknum pejabat wajib bersiap diri untuk bisa berkelit menyelamatkan diri.(beritasatu.com)

Mengingat tahun baru akan ada kegiatan dan anggaran baru. Disinilah kesempatan yang tepat bagi para pejabat untuk memanfaatkannya, dengan liburan berkedok rapat misalnya. (tintamerdeka.co.id).

Sudah menjadi rahasia umum kemacetan yang terjadi di libur akhir tahun, terutama jalur wisata seperti puncak bogor misalnya menjadi hal biasa dan kabarnya itu tanda ada pejabat lewat sehingga rekayasa lalin dengan buka-tutup jalan harus dilakukan yang menambah parah kemacetan. (TEMPO.CO)

Dalam kaca mata islam, liburan merupakan salah satu bentuk manisfestasi dari pemenuhan naluri untuk mempertahankan diri ( baca: gharizah Baqa) yg ada pada setiap diri manusia. Tentu dengan ketentuan yang berlaku. Q.s Al an'am:11. Bukankah  rasul saw. pun mengajak  istrinya berlomba lari selain untuk kesehatan juga  bentuk liburan disela waktu beliau.

Untuk itu berlibur boleh saja, tapi dengan tetap dalam koridor aturan agama. Niat, tujuan tempat, kegiatan dan bekal jangan sampai melanggar syari'at. Terlebuh dengan menggunakan biaya dari hasil korupsi. Berlibur dengan tetap peduli sekitar itu yang harus dilakukan. Wallahu'alam. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version