View Full Version
Ahad, 18 Feb 2018

Radikal dan Simbol Kekuasaan

Oleh: Amaleea

Menurut  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata radikal memiliki makna 1. Secara mendasar (sampai pada hal yang prinsip); 2. Pol. Amat menuntut perubahan (undang-undang, pmerintahan); 3. Maju dalam berpikir dan bertindak. Sementara radikalisme bermakna, 1. Paham atau aliran yang radikal dalam politik; 2. Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan dan drastis; 3. Sikap ekstrem dalam aliran politik.

Sayangnya istilah radikal ini telah mengalami pergeseran makna, dan kini memiliki makna baru. Kata radikal kini diidentikkan kepada siapa saja yang menghalangi para penganut paham liberal dalam usaha menghidupkan kembali ideologi kapitalis. Dan ideologi Islam yang digadang-gadang sebagai pengganti ideologi kapitalis yang rusak adalah sasaran utamanya. Sudah menjadi rahasia umum, bahwasanya berbagai fitnah keji terhadap islam dan para ulamanya sejak lama sudah digunakan untuk memberikan citra buruk tentang islam.

Dalih “global war on terror” dan “global war on radicalism” yang dicanangkan negara adidaya kapitalis menyebabkan umat islam merasakan rasa sakit yang bahkan tidak pantas dirasakan oleh hewan. Invasi militer an berbagai pelecehan lainnya mengikuti sebagai konsekuensinya. (voa-islam.com).

Banyak inkonsistensi dalam narasi “war on terror” dan “war on radicalism” serta manipulasi atmosfer ketakutan yang diciptakan untuk menyerang gagasan-gagasan politik islam yang telah banyak mendapat dukungan luas dari negara negara muslim. Slogan-slogan ini digunaan untuk melanjutkan penganiayaan terhadap umat islam.

Sementara slogan radikalisme menjadi selimut palsu yang digunakan secara langsung untuk menyasar setiap muslim dimanapun berada selama ia menyerukan upaya membangun kembali kepribadian islam secara individu ataupun sebagai masyarakat islam sebagai cara hidup yang sempurna.

Opini radikal ini selain sudah mendunia, juga sangat dirasakan oleh negara negara dunia ke tiga. Contoh konkret di indonesia. Di negara mayoritas penduduknya beragama islampun, tuduhan tuduhan tidak beralasanpun kerap terjadi. Entahlah dengan sebutan radikal, antipancasila, anti NKRI, intoleransi bahkan makar yang semuanya itu adalah upaya upaya dalam melemahkan umat islam. Bagaiamana ulama di persekusi, boikot pengajiannya, dicap mengadu domba, memecah belah, ujaran kebencian, menyebar berita hoax dan berbagai cara mereka lakukan demi melemahkan islam.

Namun, seperti dikatakan sebuah hadits bahwa makar Allah akan lebih dahsyat, maka opini opini tersebut walaupun terasa menyiksa, namun selalu saja Allah bukakan kesalahannya.

Jadi tak perlu risau dengan opini opini tersebut lanjutkan perjuangan kita untuk memperjuangkan keberlanjutan kehidupan islam, karena sesungguhnya opini opini tersebut hanyalah upaya dari para musuh islam dalam membendung gelombang kebangkitan islam. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version