View Full Version
Kamis, 22 Feb 2018

Miris, Pemimpin Buta Sejarah Bangsa Sendiri

Masih banyak para pejabat negara dan tokoh di Indonesia yang buta akan sejarah. Contohnya adalah salah satu pidato Kepala Kepolisian RI, Tito Karnavian yang menyatakan bahwa ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah layak didukung karena berjasa kepada Indonesia serta pro-pancasila. Faktanya tidak hanya NU dan Muhammadiyah saja yang berjasa.

Sejak dasawarsa pertama abad ke-20 sudah berdiri organisasi kemasyarakatan Islam lain di berbagai penjuru Nusantara, seperti Syarikat Dagang Islam yang kemudian berganti nama menjadi Syarikat Islam. Selain itu, ada Jam'iyatul Khair, Persatuan Ummat Islam, Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Mathlaul Anwar, Persatuan Islam, Al-Washliyyah, Al-Khairat, Persatuan Tarbiyah Islamiyyah, Al-Ittihadiyyah, Nahdlatul Wathan, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, dan Hidayatullah(tempo.com).

Pidato tersebut mengundang protes dari banyak kalangan, salah satunya sebagaimana termaktub di bawah ini.

"Melalui surat terbuka ini, saya, Tengku Zulkarnain, PROTES KERAS atas pernyataan Bapak Kapolri dan meminta Anda meminta maaf serta menarik isi pidato Anda, yang saya nilai tidak ETIS, merendahkan jasa para ulama dan pejuang Islam di luar Muhammadiyah dan NU, mencederai rasa kebangsaan, serta berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa serta Negara Indonesia,” ujar Zulkarnain dalam akun Facebook-nya.

Zulkarnain merasa kecewa dengan pernyataan Tito Karnavian yang seakan-akan tidak menganggap perjuangan ormas Islam lain. “Saya sangat kecewa dan keberatan atas pidato Kapolri, yang saya nilai provokatif, tidak mendidik, buta sejarah, tidak berkeadilan, dan rawan memicu konflik,” tutur Zulkarnain melalui keterangan tertulis pada Selasa, 30 Januari 2018.

Ternyata bukan hanya Kapolri saja yang buta sejarah dan tidak paham akan sejarah. Contoh lain lagi adalah Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat, Inspektur Jenderal Anton Charliyan mengatakan bahwa pendiri Nahdlatul Ulama (NU) K.H.M.Hasjim Asj’ari dan pendiri Muhammadiyah K.H.A.Dahlan adalah anggota panitia sembilan badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) - (ILC TV One).

Miris. Kejadian ini membuat banyak kening berkerut di acara tersebut. Pernyataan yang sungguh jauh dari fakta sejarah sebenarnya. 

Lalu, jika pendiri NU dan pendiri Muhammadiyah itu bukan anggota Panitia Sembilan, lalu siapa saja sembilan tokoh yang menjadi anggota panitia kecil itu?

Kesembilan orang itu ialah:

1. (Ir) Soekarno,

2. (Drs.Mohammad Hatta)

3. (Mr)Muh.Yamin,

4. (Mr.A.A) Maramis,

5. (K.H.A) Wachid Hasjim,

6. (Mr. Achmad) Soebardjo,

7. Kiai (Haji) A.K.Muzakkir,

8. Abikoesno Tjokrosoejoso, dan

9. Hadji Agoes Salim. *Dikutip dari RM. A. B. Kusuma (2009).

Astaghfirullah! Lagi-lagi kita disuguhi tontonan fakta betapa rendahnya pengetahuan petinggi polisi kita terhadap sejarah perjuangan bangsa. Meskipun pidato Kapolri berbau politik belah bambu, saya yakin seyakin-yakinnya, umat Islam tidak akan terprovokasi. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version