View Full Version
Ahad, 29 Apr 2018

Mengenang Isra Mi'raj, Momentum Kepada Islam Kaffah

Oleh: Nurhayati, S.S.T

Tanggal 28 Rajab menjadi salah satu momen besar bagi kita umat Islam. Pasalnya di waktu ini terjadi peristiwa yang luar biasa dan pada orang yang luar biasa dialah Rasulullah SAW.. Pada 28 Rajab Rasulullah mengalami perjalanan yang kita kenal dengan Isra dan Mi’raj. Sebagaimana kita ketahui Rasulullah melalukan perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian selanjutnya bersama Malaikat Jibril naik ke atas langit ketujuh atas izin Allah SWT. Atas peristiwa ini Rasulullah menerima perintah shalat 5 waktu bagi umat-Nya.

Memaknai Peringatan Isra Mi’raj

            Di Indonesia sendiri peristiwa Isra Mi’raj menjadi satu waktu yang diseremonialkan baik dalam bentuk perayaan shalawatan dan ceramah-ceramah di mesjid-mesjid maupun fasilitas publik lainnya. Hal ini tentu baik sebagai sarana syiar Islam ditengah gempuran perang pemikiran dari Barat yang sudah semakin menggerogoti negeri ini.

            Namun taukah kita bahwa dibalik persitiwa Isra Mi’Raj ini ada pesan penting yang harus kita ketahui bahwa hari ini ajaran Islam semakin terpinggirkan dikarenakan banyak pihak yang mengkambing-hitamkan Islam sebagai ajaran yang mengerikan, menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa. Islam dimaknai sebagai aktivitas ibadah ritual saja. Islam dipakai hanya pada momen-momen tertentu saja pada saat perayaan besar, pernikahan, dan lebih parahnya lagi jika hukum Islam hanya dipakai pada prosesi kematian seseorang saja.

Momen Isra’ Mi’raj adalah momen yang terbaik untuk mengingatkan kita akan perjuangan Rasulullah Muhammad saw ketika mendakwah agama Islam di Makkah yang senantiasa mendapatkan ujian yang betubi-tubi dari kaum kafir Quraisy . Beliau mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari orang-orang kafir Quraisy seperti cacian, terror, fitnah hingga boikot dan ancaman pembunuhan. Namun, di tengah-tengah berbagai kesulitan dalam menyampaikan ajaran islam tersebut, beliau senantiasa ditolong Allah swt, melalui Istrinya Siti Khadijah, ra dan pamannya Abi Thalib yang senanstiasa berada dibelakang rasulullah mendukung perjuangan beliau.

Rasulullah Muhammad saw terus mendapat bantuan dan perlindungan dalam mengajak orang-orang Makkah untuk masuk Islam, meskipun kebanyakan orang-orang kafir Quraisy menolak ajakannya, beliau tetap berdakwah. Namun, tidak berselang lama Siti khadijah ra dan Abu Thalib wafat, sehingga Rasulullah Muhammad saw merasakan kesedihan yang mendalam, mengingat  keduanya adalah orang-orang yang sangat dicintai dan telah banyak membantu dakwahnya. Di tengah-tengah kesedihannya itu, Allah swt. menghibur beliau dengan mengutus malaikat Jibril untuk melangsungkan peristiwa Isra’ Mi’raj.

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya (Rasulullah Muhammad saw) pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (T.Q.S. Al-Isra': 1).

Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj malaikat Jibril menemani Rasulullah Muhammad saw seraya menjelaskan setiap kejadian yang diperlihatkan kepadanya, baik kejadian di neraka maupun di surga. Peristiwa yang terjadi di neraka dan surga tersebut sebagai gambaran, bahwa nanti akan dialami seluruh umat manusia, mulai dari Rasulullah Adam as hingga umat Rasulullah Muhammad saw. 

Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj ini, Rasulullah Muhammad saw menerima  wahyu sholat lima waktu dari Allah secara langsung tanpa perantara malaikat Jibril kemudian pada pagi harinya, beliau menyampaikan peristiwa isra’ miraj yang telah dialaminya tersebut kepada kaumnya. Namun, yang terjadi adalah penolakan yang cukup keras dari orang-orang kafir Quraisy, mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan Rasulullah Muhammad saw sebagai bualan, tidak masuk akal dan hanya cerita bohong.

Peristiwa  Isra’ Miraj  ini yang menjadi mu’jizat Allah kepada Rasulullah ditolak mentah-mentah oleh kaum kafir Quraisy. Hanya Abu Bakar yang mempercayai apa yang telah dilakukan beliau. Sikap pembenaran Abu Bakar atas peristiwa Isra’ Miraj tersebut menjadikan beliau memberikan gelar kepada Abu Bakar dengan gelar ash shiddiq (yang membenarkan).

Menegakkan Sholat berarti Menegakkan Syari’at Islam

Perintah sholat lima waktu merupakan amalan fardhu (‘ain) bagi setiap individu muslim yang telah baligh dan sempurna akalnya. Dengan sholat diharapkan kepribadian seorang muslim terbentuk menjadi pribadi yang mukminin dan muttaqin, demikian sholat sebagai media yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.

Penegakkan sholat merupakan perkara utama karena tegaknya sholat adalah tegaknya agama, robohnya sholat adalah robohnya agama pula, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad saw: “Sholat adalah tiang agama, barangsiapa menegakkannya maka sesunguhnya dia telah menegakkan agama dan barangsiapa meninggalkannya sesungguhnya dia telah merobohkan agama (HR. Baihaqy).

Menegakkan Sholat dan Syari’at Islam

Penegakkan sholat merupakan bagian dari penerapan sistem peraturan hidup Islam seperti metode dalam menegakkan syari’at Islam secara umum bukan khusus menegakkan sholat. Oleh karena itu, disyari’atkan atas orang yang meninggalkan sholat lima waktu dengan sanksi takzir karena telah bermaksiat dan had atas yang murtad jika selama tiga hari tidak kembali masuk Islam, serta sanksi atas pelanggaran syari’at-syari’at yang lain.

Sesungguhnya Allah telah mensyari’atkan adanya pemerintahan Islam dalam penegakkan syari’at sholat, karena hanya dengan metode penerapan Islam melalui negara penerapan dan pelestarian sholat dapat ditegakkan, orang-orang yang tidak mengerjakan sholat akan dijatuhi sanksi, begitu juga orang-orang yang berbuat kemunkaran dan kekejian yang lain dapat dicegah.

Memahami perintah menegakkan sholat merupakan sebuah keharusan yang mesti dipahami oleh setiap muslim. Jangan sampai umat islam mengingkari tentang kewajiban menegakkan sholat. Pemahaman ini harus terbenak  dalam hati setiap kaum muslimin, karena merupakan bagian keimanan setiap muslim atas wahyu Allah yang ada dalam Al Quran. Bahkan tidak hanya perintah sholat saja, berbagai macam pemikiran yang tercantum dalam Al Quran juga harus menjadi sebuah pemikiran yang ada di benak kaum muslimin saat ini. Pengingkaran terhadap sebagian Wahyu Allah sama statusnya dengan mengingkari wahyu tentang perintah sholat. Dan bahkan mengingkari satu ayat saja tentang apapun sama statusnya dia mengingkari Al Quran beserta isinya dan terkategori kafir. Naudzubillahi min dzalik.

Sehingga Momen Isra’ Miraj harus dijadikan umat Islam sebagai media untuk meneladani Rasulullah Muhammad saw dalam melaksanakan perintah Allah swt yaitu sholat lima waktu sesuai dengan ajaran beliau, sekaligus sebagai momen untuk menegakkan syari’at.

Ide-ide dari Barat seperti sekulerisme, liberalisme, kapitalisme dan ide-ide sesat yang justru menjauhkan Islam dari kehidupan harus dicampakkan lalu kembali kepada aqidah Islam yang lurus sehingga tak hanya hanya shalat yang ditegakkan namun Islam turut tegak bersama syariat-syariat Islam yang lain dibawah kepeminpinan Islam seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW., di Madinah yaitu tidak lain dan tidak bukan Khilafah Islamiyah.

Khilafah Islamiyah ini adalah kepemimpinan umum yang didalamnya diterapkan aturan Islam secara menyeluruh dalam seluruh sendi-sendi kehidupan yang bersumber dari Al-Quran dan As-sunnah. Wallahu ‘alam bishowab[]

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version