View Full Version
Senin, 30 Apr 2018

'Menyakiti Ulama', Menabuh Genderang Perang pada Allah Sang Pencipta Manusia

Oleh: Ummu Inqiyad

Sejak akhir Januari hingga kini terjadi berbagai serangan terhadap ulama, ustadz, masjid dan pesantren di berbagai wilayah di negeri ini. Kasus pertama menimpa Pimpinan Pesantren Al-Hidayah Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri (Mama Santiong).

Kemudian muncul kasus lain yang menimpa Komando Brigade PP Persis, Ustadz Prawoto. Beliau bahkan wafat setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit akibat dianiaya oleh seorang pria pada Kamis (2/1) pagi (Republika, 2/2/2018).

Di Jawa Timur, dua pengasuh Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri, KH Zainuddin Jazuli dan KH Nurul Huda Jazuli, disatroni oleh orang tak dikenal dengan membawa pisau sambil berteriak-teriak. (JawaPos, 20/2018). Masih banyak kasus lainnya yang datang silih berganti dengan kesamaan modus: menyerang ulama, ustadz, atau merusak masjid; lalu ketika pelakunya tertangkap, mereka dinyatakan mengalami gangguan jiwa atau gila.

Serangan terhadap ulama menunjukkan bahwa jaminan rasa aman di negeri ini masih mahal. Aparat pun malah terkesan meremehkan berbagai peristiwa tersebut. Dalam wawancaranya dengan media, Kapolri menyebutkan bahwa berbagai serangan itu adalah kriminal biasa (Republika, 13/2/2018).

Rentetan peristiwa ini pun dianggap sebagai kebetulan belaka. Ini sebagaimana yang disebutkan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal (Republika, 2/2/2018).

 

“Menyakiti Ulama”,  Menabuh Genderang Perang Pada Allah Sang Pencipta Manusia.

Salah satu hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Barangsiapa yang memusuhi kekasihKu, maka Aku memberitahukan padanya bahwa ia Kuperangi”.

Ikrimah, seorang thabi’in pun menyebutkan, “Janganlah kamu menyakiti ulama. Sebab barangsiapa menyakiti ulama, berarti menyakiti Rasulullah.”

Dalam Surat Al-Ahzab, dijelaskan balasan bagi orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya:

إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ لَعَنَہُمُ ٱللَّهُ فِى ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمۡ عَذَابً۬ا مُّهِينً۬ا (٥٧)

“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan azab yang menghhinakan mereka.” (QS: Al-Ahzab: 57)

Dalam lanjutan surat yang sama, Allah tegaskan umat Islam untuk tidak saling menyakiti,

وَٱلَّذِينَ يُؤۡذُونَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِ بِغَيۡرِ مَا ٱڪۡتَسَبُواْ فَقَدِ ٱحۡتَمَلُواْ بُهۡتَـٰنً۬ا وَإِثۡمً۬ا مُّبِينً۬ا (٥٨)

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat. Maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS: Al-Ahzab: 58).

 

Ulama Pewaris Nabi yang Harus Mendapatkan Perlindungan Negara

“Ulama adalah pewaris nabi.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Baihaqy).

Ulama menjadi perpanjangan dari para Nabi. Mereka mewairisi ilmu-ilmu yang dibawa oleh nabi dan Rasul bukan untuk disombongkan, namun untuk disampaikan dan menjadikan mereka orang-orang yang semakin takut tatkala semakin banyak ilmunya.

Dan merekalah para ulama yang sejatinya sering mengingatkan kita, memberi nasihat dan tausiyah pada kita, yang tanpa lelah berusaha menyelematkan hidup kita dari kemaksiatan demi kemaksiatan, baik itu sadar maupun tidak sadar. Mereka telah mencurahkan seluruh kemampuan mereka untuk menggali ilmu Islam dankemudian menyampaikannya dengan bahasa semudah mungkin pada kita

Sesungguhnya peran dan fungsi ulama bisa diwujudkan secara sempurna jika telah tegak Khilafah Islamiyah di tengah-tengah umat Islam.  Sebab, Khilafah Islamiyah adalah negara yang menjadikan akidah Islam sebagai dasar negara serta syariah Islam sebagai aturan yang mengatur seluruh interaksi yang ada di tengah-tengah masyarakat.  

Tidak ada pemisahan agama dengan negara (sekular), bahkan urusan negara dan rakyat diatur sepenuhnya dengan syariah Islam. Dalam kondisi seperti ini, ulama sebagai pihak yang paling mengerti risalah Islam akan memegang peran yang sangat besar dalam membina umat dan aparat negara, sekaligus meluruskan penyimpangan rakyat dan penguasa serta melindungi kesucian agama Islam. [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version