View Full Version
Selasa, 12 Jun 2018

Sukses pada Akhir Ramadhan

Oleh:

Dina Prananingrum, S.T*

 

SEDIH! Tak lama lagi Ramadhan akan meninggalkan kita. Tamu istimewa yang sudah lama dinanti kini akan pergi. Padahal kita belum menjamunya dengan jamuan terbaik. 

Setiap muslim memang selayaknya bersedih ketika belum mempersembahkan amalan terbaik. Karena sebentar lagi Ramadhan akan berlalu. Dan kitapun tak mampu menahan laju kepergiannya. 

Jika di awal Ramadhan kita begitu bahagia dan bersemangat melakukan berbagai ibadah, sudahkah di sisa Ramadhan ini kita bersikap sama? Semakin semangat dan meningkatkan ibadah berburu pahala lailatul qodar atau malah sebaliknya? 

Diriwayatkan dari Hasan bin Abu al Hasan al Bashri pernah melewati suatu kaum yang sedang tertawa-tawa. Ia lalu berkata. " Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang penuh kerahasiaan bagi makhluk-Nya agar mereka saling berlomba didalam ketaatan kepada-Nya. Suatu kaum sukses berada didepan, sementara banyak kaum lainnya tertinggal di belakang (gagal). Tentu sangat aneh jika orang tertawa-tawa pada hari yang didalamnya mungkin mereka berhasil tetapi mungkin pula gagal." 

Tentu setiap muslim tak ingin dikatakan "gagal" menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Diawal Ramadhan ia begitu semangat beribadah. Tapi, diakhir Ramadhan ia sibuk dengan urusan duniawi sehingga tidak sempat mengejar lailatul qodar. Pergi ke mall membeli baju baru, sepatu baru, perabotan baru dll. Masjid-masjid semakin rapat shafnya. TPA tak lagi riuh suaranya. 

Padahal ia tetap berpuasa. Berjuang dan berkorban menahan lapar dan haus ditengah berbagai aktivitas. Juga bersusah payah menahan syahwat sampai terbenam matahari. Puasa seperti inilah yang sering dilakukan kebanyakan orang. Puasanya orang awam yang minim ilmu. Puasa sekedar menahan lapar, haus dan syahwat saja. Puasa yang tidak menghadirkan idrak sillah billah (kesadaran hubungan dengan Allah). Sehingga ia sekedar menggugurkan kewajiban saja. Menjalankan ibadah puasa dan sholat sekedar sebagai rutinitas mengikuti arus. Ketika orang ramai-ramai ke masjid, ia ikut ke masjid. Ketika di masjid mulai sepi, iapun ikut malas ke masjid. Inilah yang dikatakan muslim yang "gagal". 

Berbeda dengan puasanya orang shalih. Puasa tidak sekadar menahan lapar, haus dan syahwat saja. Tapi juga dengan memelihara telinga, mata, lisan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan dosa. Puasa ini didasari dengan keimanan yang kuat yakni senantiasa menghadirkan idrak sillah billah. Senantiasa merasa diawasi Allah dimanapun ia berada. Sehingga setiap gerak-geriknya ia sesuaikan dengan aturan Allah.

Ia menyadari dengan sepenuh hati menjalankan ibadah puasa harus meluruskan niat semata-mata ikhlas hanya mengharapkan ridha Allah SWT. Ia akan semakin takut kepada Allah. Ini ditunjukkan dengan makin terikatnya ia dengan aqidah dan syariah Islam. Serta menjadikan akhirat sebagai pelabuhan terakhir tanpa melupakan dunia.

Tak hanya itu, iapun akan berupaya mewujudkan ketakwaan dalam dirinya. Dan juga berupaya mewujudkan ketakwaan dalam masyarakat. Ditengah kekhusyukannya beribadah berburu lailatul qodar dipenghujung Ramadhan, ia tetap peduli dengan kondisi masyarakat. Ia tetap menyeru masyarakat  agar bersegera meraih keberkahan dari Allah dengan menerapkan syariah Islam diseluruh aspek kehidupan sehingga terwujud masyarakat yang bertakwa. Allah SWT berfirman : "Seandainya penduduk negeri beriman dan bertakwa niscaya Kami membukakan bagi mereka berkah dari langit dan bumi." (TQS. Al A'araf :96).

Ia pun tetap rajin berangkat ke majelis ilmu, mengisi kajian, menulis artikel Islam, jika ia seorang istri ia berbakti kepada suami, berbakti kepada kedua orangtua, membaca dan memahami al Qur'an. Dan masih banyak lagi kegiatan yang bernilai ibadah lainnya. 

Inilah muslim yang dikatakan sukses di bulan Ramadhan. Sukses mewujudkan takwa baik dalam level individu maupun di tengah-tengah masyarakat. Yakni individu dan masyarakat yang menerapkan seluruh syariah Islam secara sempurna. Ia berhak mendapatkan kebagian dari Allah sebagaimana yang telah Allah janjikan dalam Surat Al Baqarah : 183.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana puasa itu diwajibkan diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertaqwa" 

Nah, Ramadhan masih belum usai. Masih ada kesempatan kita meraih kesuksesan itu. Mari kita manfaatkan hari-hari terakhir di bulan Ramadhan ini dengan terus memperbanyak amal shalih. Jangan kita sia-siakan waktu yang tersisa. Aturlah waktu sebaik mungkin untuk urusan akhirat dan dunia agar jangan sampai urusan dunia lebih mendominasi aktivitas di akhir Ramadhan ini. Selagi Allah masih memberi waktu dan selagi kita mampu. Mari berlomba-lomba dalam kebaikan meraih kesuksesan di bulan Ramadhan.Pengasuh Majelis Cinta Dirosah tinggal di Yogyakarta


latestnews

View Full Version