View Full Version
Selasa, 14 Aug 2018

Islam Nusantara Bahayakan Persatuan Umat

Oleh:

Elda Widya I. K, Mahasiswi Universitas Airlangga, Jawa Timur

 

"ISLAM KITA ini Islam Nusantara, Islam kita ini Islam yang sejati bukan Islam abal-abal model Timur Tengah. Ini Islam sejati, Islam Nusantara ini, serius! serius! … Kenapa Islam Nusantara mampu menjadi Islam yang sejati? Karena Islam hadir dan hidup di Nusantara ini bukan sebagai penakluk. Lain dengan yang di Arab dan anak-anak peradabannya, semuanya Islam datang sebagai penakluk… Ya, kurang lebih sebagai penjajah.”

Begitulah perkataan dari Yahya Staquf dalam sebuah potongan video yang sedang viral akhir-akhir ini. Dalam video tersebut, Yahya Staquf mengangkat “Islam Nusantara” dan merendahkan “Islam Arab”. Lebih memprihatinkan lagi adalah alasan bahwa itu disebabkan karena Islam Arab datang sebagai penakluk, yang itu ia samakan dengan penjajahan. Itu berarti secara tidak langsung menganggap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para Khulafa’ Rasyidun ra. layaknya penjajah. Karena di tangan beliau-beliaulah Islam tersebar di jazirah Arab dan anak-anak peradabannya, hingga sampai ke bumi nusantara ini.

Islam Nusantara sendiri merupakan penafsiran Islam yang mempertimbangkan budaya dan adat istiadat lokal Indonesia. Para pengusung Islam Nusantara juga ingin menghidupkan kembali budaya-budaya seperti nyekar, ruwatan, sesajen, blangkonan, sedekah laut dan sedekah bumi (yang dahulu bernama nyadran). Dalam anggapan mereka, Islam di Indonesia adalah agama pendatang yang harus patuh dan tunduk terhadap budaya-budaya Nusantara. Tujuannya agar umat Islam di Indonesia terkesan ramah, tidak lagi fanatik dengan ke-Islamannya.

Penggunaan istilah Islam Nusantara sesungguhnya berbahaya bagi akidah umat dan persatuannya. Hal ini karena agama Islam yang dibawa oleh Rasullullah SAW adalah Islam yang satu, bukan Islam Mekah, bukan Islam Madinah, bukan Islam Mesir, atau juga bukan Islam Barat. Banyak sekali ayat di dalam Al-Qur'an yang menyebutkan kata Islam dengan Islam saja, tidak dengan embel-embel yang lainnya. Penggunaan istilah Islam Nusantara adalah upaya hendak membedakan Islam Nusantara dengan Islam yang lainnya, seolah-olah selain Islam Nusantara adalah tidak benar. Selain itu juga memecah belah kekuatan umat bukan malah mempersatukan umat.

Menurut Istilah,  Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi dan utusan Allah (Rasulullah) terakhir untuk umat manusia, berlaku sepanjang zaman, bersumberkan Al-Quran dan As-Sunnah serta Ijma'dan qiyas. Dengan begitu maka Islam Nusantara justru tidak sesuai dengan pengertian Islam itu sendiri. Bahwa Islam adalah agama yang satu yang diturunkan oleh Allah SWT.  bukan agama yang justru menjadi terpecah-pecah hanya karena perbedaan wilayah saja.

Dengan begitu, maka Islam Nusantara merupakan ide yang rusak yang harusnya tidak diambil oleh kaum Muslim karena akan membahayakan akidah umat islam dan persatuan umat. Islam itu hanyalah satu yang dibawa oleh Rasulullah SAW.  yang akan memberikan rahmat bagi seluruh alam jika diterapkan secara sempurna didunia ini. Tidak pantas kita menyebut Islam negeri ini yang terbaik, sebagaimana tidak mampu juga kita mengkapling surga hanya untuk penduduk nusantara saja.

Islam ada hanya satu, itulah Islam kaffah yang menaati perintah Allah dan Rasul seluruhnya. Maka jika ingin menyebut diri sebagai umat terbaik, kembalilah kepada Allah dengan ketaatan sempurna, yang menjalankan aturan-Nya untuk menangani masalah perorangan hingga kenegaraan. Itulah muslim terbaik. Itulah yang akan membuat umat ini kembali menjadi umat terbaik. Umat yang bersatu di bawah satu kalimat tauhid, Laa ilaaha Illallah, Muhammad Rasulullah. Adakah pengakuan Nusantara dalam tauhid kita? Karena itu, bertaubatlah wahai para penyeru kebengkokan agama!*


latestnews

View Full Version