View Full Version
Ahad, 26 Aug 2018

Sudahkah Kita Merdeka?

Oleh: Neng Fitri Komalasari (Mahasiswi al-Imarat)

Bulan Agustus adalah bulan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan, katanya. Upaya untuk memperingati pun dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari lomba makan kerupuk hingga panjat pinang dan balap karung. Di setiap sudut kota, kampung dan desa dihias sedemikian rupa dengan warna dominan merah dan putih sebagai simbol bendera bangsa. Lampu-lampu dipasang warna-warni menyemarakkan suasana. Meriah!

Guys, kayaknya  bulan agustus ini, bagi hampir seluruh rakyat Indonesia diperingati sebagai momen kemerdekaan. Bebas dari penjajahan secara fisik oleh Wong Londo. Pada tanggal 17 Agustus, konon kabarnya sebagai wujud rasa syukur atas kemerdekaan yang diraih, diadain upacara peringatan detik-detik proklamasi.

Tapi lucunya, begitu udah beres, eh malah lomba balap karung dan panjat pinang. Lebih seru lomba nginjek ranjau kali ya? Atau lomba manjat tiang bendera daripada panjat pinang. Tapi, itulah fakta saat ini. Memperingati kemerdekaan kok jauh dari makna merdeka itu sendiri. Kasihan bangsa Indonesia!

Secara konstitusi, Indonesia dinyatakan merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 yang dideklarasikan oleh Presiden Soekarno dan Bung Hatta. Hal inilah yang diyakini oleh mayoritas manusia baik dalam maupun luar negeri tentang kapan hari kemerdekaan Indonesia. Sejak anak TK hingga professor sepakat menjawab dengan tanggal tersebut.

Faktanya, apa benar Indonesia sudah benar-benar merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945? Merdeka itu kan artinya bebas. Bebas dari penjajahan dalam bentuk apa pun juga. Nah, sekarang yuk kita telusuri apa benar kita sudah terbebas dari penjajahan alias merdeka dalam segala bidang?

Pulang sekolah, kamu pasti merasa lapar apalagi bagi mereka yang uang sakunya pas-pasan jadi nggak bisa jajan di kantin sekolah. Sesampai di rumah, makanan belum ada karena ibumu pusing dengan harga minyak tanah yang melambung tinggi. Sudah mahal, tuh minyak hilang pula dari pasaran. Mau beli elpiji, nggak punya uang untuk beli isi satu tabung hijau kecil itu, yang bagaimana pun harganya lebih mahal daripada minyak tanah. Duh pusing….katanya Indonesia kaya akan tambang minyak bumi, tapi harga minyak malah melambung tinggi.

Dan lebih anehnya, pemerintah sering berdalih kalo semua kebijakan menaikkan harga BBM adalah untuk mengurangi angka kemiskinan. Angka kemiskinan memang berkurang drastis karena banyak rakyat mati akibat kebijakan yang sarat dengan nuansa pesanan asing ini. Kalo rakyat miskin banyak yang mati kelaparan, secara statistik hal ini akan mengurangi angka kemiskinan yang ada di negeri ini. Ironis! Bukan merdeka, tapi mati!

sobat, kamu udah pada ngeh kan bahwa negeri kita tuh masih belum merdeka dan terjajah dalam semua segi kehidupan? Hanya manusia hidup saja yang enggan hidup dalam kondisi terjajah. Dan cuma mayat hidup saja yang pasrah dengan nasib buruk sebagai bangsa terjajah. Saya yakin kamu semua bukan termasuk golongan zombie ini kan ? Jadi ayo, mulai sekarang kita bergerak untuk keluar dari penjajahan ini. How?

Yuk sama-sama berjuang menuju kemerdekaan hakiki dengan Islam. Dan yang lebih asyik lagi, kemerdekaan yang akan kita raih, tidak hanya di dunia saja, namun bakal kita bawa hingga akhirat kelak berupa pahala dan surgaNya. Wow…keren kan?

Nah, karena model penjajahan sekarang beda dengan dulu, maka kita kudu berani melepaskan segala ikatan dengan paham ideologi kapitalisme atau sosialisme-komunisme dan segala paham asing yang bertentangan dengan Islam. Baru kemudian kita mengikatkan sepenuhnya kepada Islam. Sebab, mengikatkan diri kepada Islam adalah bentuk ketundukan dan kepasrahan yang benar dan baik. Shahih banget dah!

Pakaian kita kudu sesuai dengan ajaran Islam, makanan dan minuman kita juga sesuai dengan aturan Islam. Semua hal kudu Islam: baik itu urusan pribadi, hubungan di antara individu dalam bermasyarakat, dan juga kehidupan bernegara. Itu baru bebas merdeka. Islamlah yang menjadikan kita merdeka. So, jadikan Islam sebagai the way of life.


latestnews

View Full Version