View Full Version
Sabtu, 23 Feb 2019

'Daud' vs 'Jalut'

Oleh: M Rizal Fadillah

Jalut adalah panglima sekaligus penguasa tanah Palestina yang menindas dan memiliki pasukan kuat. Semua yang melawannya dikalahkan. Hingga muncul Daud, yang kelak menjadi Nabi, yang harus berduel dengan Jalut pemimpin yang kuat, berbadan besar, dan angkuh. Si kecil pemberani dan cerdas berhadapan dengan Jalut raksasa penguasa zalim. Pertarungan tak berimbang. Namun akhirnya Jalut dikalahkan.

Pilpres saat ini menggambarkan pertarungan tak berimbang dari dua kekuatan. Dalam arti sarana, daya dukung dana, serta kekuatan untuk mengkonsolidasikan jaringan. Bagai pertempuran Daud melawan Jalut. Daud yang kecil harus berhadapan dengan Jalut raksasa yang berkuasa. Bukan konotasi benar atau salah, tapi kemampuan atau kekuatan yang dimiliki di antara keduanya.

Presiden yang tidak melepas jaket kepresidenan memiliki kemampuan besar untuk memobilisasi birokrasi, pengusaha, media, ormas, ataupun aparat keamanan. Meski secara teoritis status Presiden dengan kandidat Presiden bisa dipisahkan, akan tetapi dalam prakteknya sangatlah sulit. Manipulasi pun dapat terjadi. Bagi sembako atau uang yang dilarang sebagai Capres dapat dibahasakan "sedang menjalankan" fungsi sebagai Presiden.

Fakta yang terjadi adalah bahwa semua jaringan pemerintahan dikendalikan Presiden. Lalu Kepala Daerah hingga Kepala Desa dapat dimobilisasi. Terbukti pada dukungan terang-terangan dari aparatur pemerintahan tersebut. Gurita raksasa ada pada kekuatan Capres yang juga Presiden. Ironi sabenarnya, jika Gubernur atau Bupati/Walikota bertarung sebagai kandidat mesti berhenti akan tetapi Presiden tidak. Ia dibolehkan menggunakan segala perlengkapannya. Memang Goliath sedang melawan si "kecil" David atau Daud.

Daud sebagai penantang hanya mengandalkan amunisi sederhana dan apa adanya. Tapi ia memiliki kekuatan luarbiasa, yaitu perlidungan dan pertolongan Allah. Sementara Jalut merasa kuat secara fisik dan kelengkapan amunisi. Istana pun mendukung penuh pula. Namun dengan kecerdikan dan pertolongan Allah, maka kekuatan materiel yang besar itu dapat dirontokkan dengan mudah. Titik lemah Jalut pada tempurung otaknya yang "terbuka" pertahanan, sehingga batu ketepel "kecerdasan" dapat menembus tempurung otak "kebodohan" nya. Lalu mati.

Dalam Al Qur'an Surat Al Ankabuut disebutkan mereka yang hanya mengandalkan kekuatan materi sama dengan orang yang berlindung di sarang laba-laba. Seperti kuat dan jaringan hebat, tapi sebenarnya rapuh.
Serapuh rapuh "rumah jaringan" adalah sarang laba-laba. "Lau ka nuu ya'lamun" seandainya mereka tahu. Tapi karena tidak tahu atau tak mau tahu, maka jaringan yang disangkanya kuat itu justru sangat lemah. Mudah putus. Artinya rentan kekalahan.

Daud kecil dapat mengalahkan raksasa Jalut dengan batu menembus kepala. Trauma otak "bocor" dalam hitungan menit dapat mematikan.
Diskursus "bocor anggaran" bisa fatal jika disikapi emosional. Ditambah bocor skenario hoaks, bocor setting pencitraan, bocor konsultan asing, atau bocor bocor lainnya yang semua bisa menggoyahkan. Jika lawan cerdik dan mampu mengarahkan amunisi terbatasnya pada sasaran inti "kening dan otak" kesombongan Jalut, maka Jalut sang raksasa sebentar lagi akan terkapar.


latestnews

View Full Version