View Full Version
Rabu, 19 Jun 2019

Penguasa Muslim Dalam kubangan Sekulerisme

Oleh: Sri Wahyuni S.Pd

Tahun berganti tak membuat negeri ini menjadi lebih baik. Nasib rakyat tak jauh berbeda dengan sebelumnya. Kenaikan listrik, BBM, serta mahalnya biaya pendidikan masih dirasakan oleh rakyat. Kondisi tersebut makin diperparah dengan maraknya kasus korupsi oleh pejabat negeri. Rakyat pun dipaksa untuk menerima kedholiman tersebut.

Jika pun bersuara, tuntutan mereka hanya akan berujung pada janji-janji kosong. Sungguh miris melihat kondisi tersebut, sebab kesadaran penguasa dalam melayani urusan rakyat masih sangat minim. Ketakutan kepada Allah Swt hanya muncul saat kondisi tertentu. Di bulan ramadan misalnya, mereka berusaha untuk menjaga shaumnya dengan tidak makan dan minum di siang hari sebagai wujud ketaatan terhadap Allah.

Inilah wujud penguasa muslim dalam kubangan sekulerisme. Ketaatan kepada Sang Pencipta ibarat prasmanan yang bebas pilih. Ketaatan seolah hanya terkait sholat, shaum dan ibadah mahdhah lainnya. Padahal sesungguhnya ketaatan kepada Allah haruslah terwujud dalam setiap aktivitas seorang hamba. Tak cukup dengan hanya menjalankan ibadah mahdhah saja melainkan mengambil Islam secara kaffah. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah: 208).

Dalam sistem Islam tentu tak akan membiarkan bercokolnya virus sekulerisme. Sebab Islam mengatur seluruh urusan manusia tanpa terkecuali. Sehingga manusia tak akan dibiarkan untuk bebas melakukan aktivitas sesuai dengan kehendaknya. Semua hal yang dilakukan haruslah berdasar pada syari’at-Nya. Yang  demikian adalah untuk mencegah terjadinya tindak kedholiman penguasa terhadap urusan rakyat. Inilah kenapa Islam tidak membiarkan manusia untuk turut campur dalam membuat aturan kehidupan.

Manusia memiliki banyak keterbatasan sehingga tak akan mampu menjangkau apa yang akan terjadi di masa mendatang. Dengan demikian apabila manusia diserahi tugas membuat aturan, maka hanya akan menimbulkan kekacauan. Tak hanya itu, manusia cenderung melakukan sesuatu sesuai dengan kepentingannya sehingga jika aturan kehidupan diserahkan kepadanya maka apa yang diputuskan akan disesuaikan dengan kepentingannya pula.

Suburnya sekulerisme tentu menjadi hal wajar di sistem kapitalisme. Sebab sekulerisme adalah pondasi tegaknya kapitalisme. Selama kapitalisme masih dipertahankan, tentu mustahil sekulerisme dapat dihilangkan. Dengan demikian, mencampakkan kapitalisme dan menggantinya dengan Islam adalah solusi tunggal agar pemikiran sekulerisme dapat dihentikan.

Hal inilah yang harus disadari kaum muslim untuk segera bangkit serta berupaya menegakkan hukum Islam untuk menuju perubahan hakiki yaitu terwujudnya kehidupan yang Islami yakni dengan menjadikan hukum Allah sajalah sebagai pemutus setiap perkara, yang demikian adalah wujud ketaatan yang sesungguhnya kepada Allah.

Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab: 36 “Tidaklah pantas bagi seorang lelaki yang beriman, demikian pula perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara lantas masih ada bagi mereka pilihan yang lain dalam urusan mereka. Barang siapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang amat nyata.” [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version