View Full Version
Senin, 15 Jul 2019

Kesempitan Hidup Akibat Tiadanya Aturan Islam

DEWASA ini, banyak dari kalangan masyarakat mengalami ketidak pastian akan hidupnya. Hal ini tidak hanya dilanda oleh remaja, namun orang dewasa juga merasakan hal yang sama. Pasalnya, mereka kebingungan dalam menjalani hidup yang senantiasa berjlaan tanpa ada perubahan dengan menjalani rutinitas sehari-hari.

Ada yang memulai aktivitas kiketika mentari pagi menyapa, namun bagi sebagian masyarakat ditempat yang terjamah oleh pandangan, mereka telah melakukan setumpuk aktivitas sebelum mentari menyapa bumi. Terus berlalu setiap harinya tanpa mengetahui tujuan hakiki dari apa tujuan Dia diciptakan, kenapa, dan hendak meraih apa Dia dikemudian hari nanti?. Kehidupan dijalani sebatas pada mengikuti perjalanan hidup yang ada, memngikuti rutinitas tanpa adanya perubahan.

Kemudian apa yang dirasa? Kegersangan hidup pun menghampiri, kegundahan pun melanda disebabkan diri tidak memiliki arah tujuan. Pilihan yang ada tidak mampu mengatasi apa yang dirasa, akhirnya berpasrah dengan mengikuti keadaan. Kita banyak melihat realitas masyarakat  yang ada ditengah-tengah kehidupan, tidak sedikit dari mereka yang hidup tanpa tujuan pasti. Masalah ini tidak hanya melanda kaum bawah yang  merupakan mayoitas, namun juga melanda elit penguasa dan jajaran yang mengirinya.

Jika kalangan menengah kebawah disibukkan dengan kemelut masalah ekonomi sehingga banyak dari mereka yang melakukan tindak kriminal hanya demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Tindakan ini diambil akibat kurangnya lapangan pekerjaan yang ada ditengah-tengah masyarakat yang beriringan dengan rendahnya tarap pendidkan penduduk negeri.

Berbeda halnya dengan kalangan elit penguasa dan jajaran yang semisal dengannya. Mereka tergiur dan terbuai dengan kenikmatan dunia yang melenakan, dIbutakan dengan harta, tahta dan wanita, hingga mereka tidak mengenal yang namanya sebuah etika. Bahkan mereka tidak segan-segan membuat dan mengesahkan berbagai peraturan yang secara hakikatnya bertentangan dengan keinginan dan kebutuhan rakyatnya.

Tidak hanya itu, mereka yang berdiri ditampuk kekuasaan yang seharusnya mengarahkan masyarakat kepada arah pandang dan pemahaman yang baik, malah mencederai pemahaman rakyat dengan pemahaman-pemahaman yang melanggar dan pada akhirnya mencabut fitrah yang ada sebagai pemberian dari sang pencipta. Salah satu pemahaman yang mereka gembar-gemborkan adalah bahwa perempuan dengan laki-laki memiliki kesetaraan, baik dalam ranah social maupun pemerintahan.

Beberapa hari yang lalu, jagad maya dihebohkan dengan salah satu usulan hukum yang sebelumnya sudah dicetuskan dalam Isi RUU PK-S. Masalah yang dibahas adalah terkait pemberian hak dari istri kepada suaminya. Melayani kebutuhan batin suami merupakan tugas yang mulia bagi seorang istri, sekaligus merupakan tujuan dari adanya pernikahan. Namun dengan demikian, perkara tersebut hendak dipolitisasi dengan anggapan bahwa jika seorang istri tidak mau memuaskan keinginan suaminya secara batin, dan suami tetap memaksa, maka hal tersebut disebut sebagai pemerkosaan dan pemaksaan. Maka suami  berhak dijatuhi hukuman atas perilaku yang telah ia lakukan.

Semua krisis ini terjadi akibat tidak adanya penerapan Islam ditengah-tengah masyarakat dan negara yang bertugas sebagai filter yang akan menyaring pemahaman-pemahaman yang bertentangan dengan fitrah manusia. Sudah seharusnya kita kembali menerapkan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan sebagaimana yang pernah diterapkan oleh Rasulullaah SAW.*

Siti Maisaroh

Tinggal di Tebing Tinggi, Sumatera Utara

 


latestnews

View Full Version