View Full Version
Senin, 15 Jul 2019

Mengapa Indonesia Impor Sampah?

PERNAHKAH kita berpikir mengenai sampah yang kita buang? Akan berakhir kemanakan dia? Pada umumnya kita akan mengira sampah-sampah tersebut akan dikumpulkan di tempat pembuangan umum (TPU). Namun tidak sesederhana itu kawan, bahkan pada kondisi di lapang sampah-sampah yang banyak dan menggunung itu bisa jadi telah menyebrangi berbagai negara melalui samudera menuju tempat mu sekarang.

Sampah memanglah permasalahan seluruh negera yang ada di dunia. Negara berkembang bahkan juga negera maju. Sekelas negara maju pun tak bisa mensolusikan permasalahan sampah ini. mereka lebih memilih praktis ketimbang ribet dalam menanganinya. Pada akhirnya jalan bisnis yakni ekspor dan impor sampah ke negara berkembang pun jadi solusi.

Baru-baru ini Indonesia digemparkan dengan adanya kasus impor sampah yang memenuhi kapasitas di Jawa Timur serta mengandung bahan kimia berbahaya B3 dari beberapa penemuan kontainer sampah tersebut. dilansir dari kumparan.com menyatakan bahwa di Pelabuhan Batu Ampar, Batam, sebanyak 38 dari 65 kontainer limbah plastik impor terbukti terkontaminasi bahan berbahaya dan beracun (B3). Sementara 11 kontainer lainnya terkontaminasi berbagai macam sampah, plastik, popok, jarum suntik, sampah selang infus.Kontainer-kontainer yang mengandung limbah B3 dan limbah plastik itu sedang diproses untuk dikembalikan ke negara asalnya.

Sedangkan untuk di Jawa Timur, Sekitar 12 pabrik kertas menggunakan bahan baku kertas impor. Ada 10 negara terbesar pengekspor yaitu Amerika Serikat, Italia, Inggris, Korea Selatan, Australia, Singapura, Yunani, Spanyol, Belanda, dan Selandia Baru. Temuan Ecoton menyebutkan, terdapat 35 persen sampah plastik serta sampah rumah tangga lain yang menyusup ke sampah kertas yang dikirim ke Indonesia, tak terkecuali Jawa Timur (Mongabay.com).

Pada nyatanya manajemen pengolahan sampah di dalam negeri ini masih buruk. Berdasarkan studi yang dirilis oleh McKinsey and Co. dan Ocean Conservancy, Indonesia disebut sebagai negara penghasil sampah plastik nomor dua di dunia setelah Cina (tirto.id). Pada tahun 2017 Sustainable Waste menyatakan bahwa Indonesia menghasilkan 6,5 ton sampah per hari. sampah tersebut terdiri dari plastik dan kertas (detik.com).

 Alasan impor sampah ke dalam negeri demi memenuhi bahan baku industri tidaklah dibenarkan. Selain indonesia masih buruk dalam pengelolaan sampah, impor sampah ini tentu menambah resiko yang berbahaya bagi kesehatan. Sampah yang terdiri dari plastik-plastik ini mungkin saja telah terkontaminasi dengan bahan berbahaya dan beracun. Dampaknya selain merusak lingkungan, sampah tersebut nantinya juga dapat memicu kanker dan berbagai macam penyakit.

Memang benar paska Cina menghentikan impor sampah ke dalam negerinya, menjadikan negara-negara maju mempersempit pilihannya untuk mengekspor sampah di negeri mereka. Pilihan negara ke tiga khususnya asia tenggara menjadi solusi. Impor sampah akhirnya memenuhi negeri tercinta ini.

 

Kedaulatan Tercederai

Ironi di negeri kaya akan sumber daya alam, sampah sendiri yang harusnya sudah dapat dikelolah justru negeri pertiwi ini sedang kebanjiran impor sampah dari luar negeri yang mengandung racun berbahaya. Impor sampah sejatinya dilegalkan oleh pemerintahan kita. Sebut saja dalam undang-undang no. menurut Peraturan Menteri Perdagangan No 31 Tahun 2016 tentang Ketentuan Impor Limbah Non Bahan Beracun Berbahaya. Hal ini tentu saja mewajarkan adanya tindakan kecurangan seperti penyelundupan sampah beracun dalam sampah impor sebagai bahan baku kertas.

Padahal jika negara-negara maju ingin mengolah sampah tersebut mereka tentu memiliki kemampuan dengan kecanggihan teknologi mereka sama halnya dengan Indonesia. Namun tak bisa dipungkiri para penguasa negeri barat setengah hati untuk mengatasi problem sampah tersebut. Biaya yang mahal juga menjadi salah satu alasan mereka untuk memilih ekspor sampah ke luar negeri.

Adanya impor sampah yang ditujukan ke Indonesia ini mencerminkan rendahnya posisi Indonesia di mata negeri importir sampah. Kolonialisme sampah ini lah yang tepat untuk disebut pada negeri loh jinawi ini. kedaulatannya sebagai negara pun terkoyak.

Hal ini berbeda dengan Daulah Islam yang akan telah memiliki sistem pengelolaan sampah yang sistematik. Islam memberikan edukasi kepada masyarakatnya untuk hidup sehat, menjaga kesehatan, dan mengelola sampah dengan tepat.

Pengelolaan sampah diberikan langsung kepada individu masing-masing dengan tepat. Kehidupan seperti ini telah dicerminkan di masa Kekhilafah Bani Ummayah. Jalan-jalan di kota Cordoba bersih dari sampah sebab mereka memiliki sistem pembersihan sampah dari jalan-jalan. Ini sangat berbeda dengan kehidupan barat pada masa lalu, penduduk Eropa belum memiliki pengelolaan sampah yang tepat. Sehingga membuang sampah mereka di depan rumah. Maka yang terjadi adalah bau busuk sampah pun tercium tajam menusuk di segala arah.

Alhasil adanya impor sampah ini menjadikan rusaknya kesehatan, rusaknya lingkungan dan melemahkan kedaulatan negara di mata negara luar maka harus dihentikan dengan kembalinya kaum muslim dengan aturan islam sebagai peraturan kehidupan mereka. Waallahu’alam.*

Azrina Fauziah

Aktivis Dakwah & Member Komunitas Pena Langit


latestnews

View Full Version