View Full Version
Kamis, 18 Jul 2019

Kepada Siapa Umat Mesti Berharap?

 

Oleh:

Salsabila Maghfoor

Jurnalis, Pegiat Literasi Pena Langit

 

DALAM prakata yang masyhur, Ali bin Abi Thalib pernah berkata : Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia

Ya, sebab demikian memang adanya. Segala kepahitan hidup yang paling pahit adalah manakala kita menempatkan harapan semata pada manusia. Bukankah sifat yang melekat dalam tabiatnya manusia adalah lemah, terbatas dan butuh pada yang lainnya. Maka sudah pasti, tempat bersandar yang paling kokoh saat tiang yang lain lemah merapuh, adalah hanya pada Allah, Rabbul Izzati, Rabb semesta alam.

Sudah terlalu lama kita terbuai dengan beragam pengharapan yang tidak kunjung menemukan titik terang atas problematika persoalan yang ada, selain hanya terus jatuh dalam kesalahan yang berulang, lagi dan lagi. Dalam banyak kejadian di hidup ini, mestinya kita bisa segera mengambil ibrah untuk tidak menyekutukan pencaturan hidup selain hanya kembali pada apa yang Allah aturkan.

Dalam Al-Quran Allah berfirman :

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al-A’raf: 96)

Kita tentu dapat melihat, bagaimana penjaminan Allah atas ketaatan dan keimanan seorang hamba. Bahwa Allah akan melimpahkan keberkahan secara langsung tanpa tapi tanpa nanti-nanti bagi hamba tersebut. Namun demikian, masih tetap saja banyak yang meragukan penjaminan Allah ini.

Sebagaimana dalam pandangan soal aturan kehidupan, banyak yang tetap menjadikan pedoman lain sebagai pegangan, berhukum dengan aturan lain yang bukan dari Allah asalnya. Banyak yang meragukan, apakah aturan syariat dari Allah itu relevan dengan perkembangan zaman.

Namun kesalahan justru muncul manakala manusia mengabaikan seruan Allah, meninggalkan kaffahnya penerapan syariat dalam kancah kehidupan. Maka yang muncul adalah kekecewaan yang terus akan melingkupi berujung pada kesengsaraan hidup. Ummat mesti sadar, muara segala persoalan adalah bukan hanya Karena kesalahan pemimpin secara personal, namun kesalahan pemimpin dan juga sistem tata aturan yang tidak mengindahkan syariatNya.

Cukuplah Allah sebagai tempat berlindung, Cukuplah Allah sebagai muara segala persoalan yang melingkupi hidup manusia, sebab Allah Sang Khaliq lagi Mudabbir, pastilah mengetahui detail duduk perkara persoalan manusia. Yang pastinya Maha Mengetahui Yang Paling Baik bagi hambaNya. Allahul Musta’an.

Maka tidakkah kita mau mengambil pelajaran?*


latestnews

View Full Version