View Full Version
Senin, 20 Nov 2017

Herbal Ini Kembalikan Gairah Suami Istri Bak Pengantin Baru

Sahabat Voa Islam,

Dalam Islam, menikah adalah perjanjian yang sangat erat layaknya amanah Allah kepada Nabi-Nabi dalam menjalankan amanah menyebarkan risalah tauhid dalam kitab suci, kata Mitsaqan Ghaliza.

Dalam Al Quran Kata Mitsaqan Ghaliza disebut hanya tiga kali, yang pertama untuk perjanjian antara suami istri, dan ayat lainya berkaitan dengan perjanjian Allah dengan Nabi dan Rasul dalam menyebarkan kitab suci-Nya sertaKetika Allah SWT mengangkat Bukit Tsur di atas kepala Bani Israil .

Kata Mitsaqon Ghaliza hanya disebutkan tiga kali yaitu :

1. Ketika Allah SWT membuat perjanjian dengan para Nabi dan Rasul Ulul Azmi [QS. Al-Ahzab: 7],

2. Ketika Allah SWT mengangkat Bukit Tsur di atas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia di hadapan Allah [QS. An-Nisa: 154], dan

3. Ketika Allah SWT menyatakan hubungan pernikahan [QS. An-Nisa: 21].

Allahu Akbar, ternyata Pernikahan termasuk Mitsaqan Ghaliza yakni Perjanjian yang kuat/kokoh
 وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُ وَقَدْ أَفْضَى بَعْضُكُمْ إِلَى بَعْضٍ وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
“Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”[1] [QS An Nisa (4): 21].
 
Sungguh hal ini berarti bukanlah sembarang perjanjian. Ini dia alasannya kenapa perjanjiannya begitu harus kuat (agar tetap kokoh) memerlukan keseriusan yang ekstra
 
Menjaga Keharmonisan dan Kehangatan Suami istri juga membutuhkan kerja keras, tak sebatas doa, namun juga bantuan faktor luar seperti herbal manjakani dan purwoceng. Agar aura kehangatan bak pengantin baru kembali hadir dalam keindahan hubungan suami istri.

Sebagai wanita muslimah yang telah menikah dan menjadi informasi bagi yang akan segera menikah, kesehatan dan keresikan organ intim adalah salah satu rahasia 'utama' dalam menjaga keharmonisan dengan suami.

Rahasia 'utama' ini tak lain adalah menjaga kesehatan organ intim wanita atau lazim diistilahkan dengan miss V.

Semua upaya perlu dijaga agar keluhan-keluhan kewanitaan seperti keputihan, menghilangkan rasa nyeri pada waktu haid, melancarkan menstruasi, merapatkan vagina, mengencangkan otot-otot vagina, menambah gairah dan menjadikan suami tambah lengket, melancarkan darah, anti radang, anti bakeri, memperkuat daya tahan tubuh, menghilangkan bau badan, menghaluskan dan mengencangkan kulit.

Bagi wanita muslimah tentu ini akan menjadi 'aset surgawi' bagi dirinya dan ikhtiar bagi kebahagiaan serta keharmonisan hubungan dengan suami, karena jika diniatkan dengan benar akan menjadi ladang pahala ibadah dan shadaqah.

Sedangkan bagi pria, stamina yang kuat dan terjaga menjadi faktor penentu keberhasilan penetrasi suami istri dan menjadi wasilah atau cara membahagiakan istri, sehingga dengan demikian suami istri kembali sehat, erat, hangat dan penuh cinta sakinah mawaddah wa rahmah.

Menikah adalah Ibadah

Hubungan intim kalian (suami-istri) adalah sedekah.” (Sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dari sahabat Abu Dzar). Lalu kapan hubungan intim atau seksual bisa bernilai ibadah?

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ »

Dan hubungan intim di antara kalian adalah sedekah.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa mendatangi istri dengan syahwat (disetubuhi) bisa bernilai pahala?” Ia berkata, “Bagaimana pendapatmu jika ada yang meletakkan syahwat tersebut pada yang haram (berzina) bukankah bernilai dosa? Maka sudah sepantasnya meletakkan syahwat tersebut pada yang halal mendatangkan pahala.” (HR. Muslim no. 1006).

Kapan Hubungan Intim Bisa Bernilai Sedekah, Ibadah dan Ketaatan?

Imam Nawawi rahimahullah menerangkan, “Budh’i dalam hadits, yang dimaksud adalah jima’ atau bisa bermakna kemaluan. Kedua makna tersebut benar. Hal ini menunjukkan bahwa suatu hal yang mubah bisa dinilai suatu ketaatan jika didasari niat yang benar.

Jima’ (bersetubuh atau hubungan intim) bisa bernilai ibadah jika maksudnya adalah untuk menunaikan hak istri, bergaul baik dengannya, dan melakukan kebajikan sebagaimana yang Allah perintahkan. Di samping itu, jima’ bisa bernilai ibadah bila maksudnya untuk memperoleh keturunan yang sholeh, membentengi diri agar tidak terjerumus dalam zina, agar pasangan tidak memandang hal-hal yang diharamkan, juga agar tidak berpikiran atau bermaksud yang bukan-bukan, atau niatan baik lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 83-84).

================================================

1. MADU MANJAKANI UNTUK ISTRI (FOR HER)

 Komposisi 350 gram:

- Madu
- Ekstrak Manjakani
- Ekstrak Pinang Muda
- Ekstrak Kayu Putih
- Ekstrak Kunyit Putih

Khasiat Madu Manjakani Miss V di "Voa-Islam":
- Menjaga kesehatan organ intim wanita
- Merapatkan Miss V
- Mengatasi Miss V yang kering
- Menyempitkan liang organ intim kewanitaan
- Membersihkan jamur dan bakteri
- Menghilangkan bau tak sedap
- Mengatasi keputihan kista & MIOM

2. MADU PURWOCENG UNTUK SUAMI (FOR HIM)

 

Kandungan Madu Purwoceng 350 gram :

- Madu

- Nampu

- Somjawa

- Purwoceng

- Pasak Bumi

- Pare

- Pegagan

- Tribulus

================================

Pesanan kirim SMS/Whatsapp ke 082121601319

Nama:

Hp:

Alamat:

Kodepos:

Pesanan : Madu PASUTRI

Harga Madu Manjakani + Madu Purwoceng + Belum ongkir = 150.000 + (ongkir)

============================

Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak merubah keadaan suatu kaum yang berada dalam kenikmatan dan kesejahteraan, sehingga mereka merubahnya sendiri. Juga tidak merubah suatu kaum yang hina dan rendah, kecuali mereka merubah keadaan mereka sendiri. Yaitu dengan menjalankan sebab-sebab yang dapat mengantarnya kepada kemulian dan kejayaan. Inilah yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” [Ar-Ra’d/13:11].


latestnews

View Full Version