View Full Version
Rabu, 13 Jun 2018

Malam Ini 29 Ramadhan, Berpotensi Lailatul Qadar, Jangan Lupakan Doa Istimewa ini!

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Malam ini (Rabu, 13/06/18) malam Kamis kita berada di malam 29 Ramadhan. Satu dari malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Satu malam yang berpotensi Lailatul Qadar.

Dikabarkan di sunnah, Lailatul Qadar berada di 10 hari terakhir Ramadhan sehingga kita diperintahkan mencarinya di malam-malam tersebut. Di hadits lain dikerucutkan di malam-malam ganjilnya. Dan malam 29 adalah malam ganjil terakhir di sepuluh hari terakhir yang mulia ini. Karenanya, terus semangat ibadah dan perbanyak amal-amal shalih di dalamnya. Satu amal yang dikerjakan di dalamnya, nilainya lebih baik daripada amal itu dikerjakan selama seribu bulan. Yakni selama 83 tahun 4 bulan. [Baca: Ibadah di Lailatul Qadar Lebih Baik dari Seribu Bulan, Kapan Adanya?]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadar: 3)

Lailatul Qadar adalah malam yang diagungkan dan dimuliakan. Allah nampakkan keagungannya dengan meningkatnya amal-amal ibadah hamba. Siapa yang amal ibadahnya diterima di malam itu nilainya lebih utama dibandingkan amal ibadah selama seribu bulan. Pahala yang sangat banyak dan balasan yang sangat besar atas amal-amal kecil dan sedikit.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di Lailatul Qadar imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Siapa yang menghidupkan malam itu dengan shalat diikuti amal ketaatan lainnya karena membenarkan janji Allah dan pahala atas amal itu, meminta ganjaran dari Allah, bukan karena sebab lainnya, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Yang terpenting bagi kita di malam itu adalah kesungguhan kita dalam beribadah dan ikhlas dalam melaksanakan ibadah; baik tahu malam itu Lailatul Qadar atau tidak.

Wahai saudaraku! Isilah malam-malam terakhir kita di Ramadhan ini dengan shalat, zikir, istighfar, doa, sedekah, dan amal-amal shalih lainnya.

Doa Istimewa di Lailatul Qadar

Keistimewaan lain dari Lailatul Qadar, Allah ijabahi doa para hamba kepada-Nya. lebih-lebih mereka yang hidupkan malam itu dengan ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Karenanya, saat Aisyah minta kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang apa yang diucapkannya di Lailatul Qadar, beliau ajarkan doa.

Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca?” kemudian beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjawab, “Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku.” (HR. Al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Imam al-Tirmidzi dan al-Hakim menshahihkannya)

Karenanya, jangan lupakan doa ini di malam Lailatul Qadar.

Nama Allah "Al-'Afuww" (Mahapemaaf)

Nama Allah "Al-'Afuww" disebutkan lima kali dalam Al-Qur'an. Pertama, disebutkan bersama nama-Nya "Al-Qadir".

إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا

Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” (QS. Al-Nisa': 149) terkadang seseorang memaafkan kesalahan orang lain karena dia tidak mampu membalas atas keburukannya. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan, Dia memaafkan, padahal Dia kuasa membalas keburukan (dosa) hamba. Maka ini adalah pemberian maaf yang sebenarnya dan sangat istimewa.

Kedua, penyebutan nama al-'Afuww yang lainnya digandeng dengan nama-Nya Al-Ghafur.

إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

 “Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Nisa': 43)

فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا

Mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya.  Dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Nisa': 99)

Ayat-ayat yang menyebutkan nama Allah "Al-'Afuww" yang memiliki sifat memberi maaf, sesungguhnya menunjukkan bahwa Allah senantiasa dikenal bersifat pemaaf. Senantiasa mengampuni dan memberi maaf kepada hamba-hamba-Nya, walau mereka sering berdosa kepada-Nya. Mereka sangat berhajat kepada maaf-Nya sebagaimana mereka berhajat kepada rahmat dan kemurahan-Nya. Bahkan bisa dikatakan, kebutuhan mereka kepada maaf Allah lebih daripada kebutuhan mereka kepada makan dan minum. Kenapa? Karena kalau tidak memberikan maaf kepada penduduk bumi, niscaya hancur dan binasalah mereka semua dengan dosa-dosa mereka.

Sifat maaf Allah adalah maaf yang lengkap, lebih luas dari dosa-dosa yang dilakukan hamba-Nya. Apalagi kalau mereka datang dengan istighfar, taubat, iman, dan amal-amal shalih yang menjadi sarana untuk mendapatkan maaf Allah. Sesungguhnya tidak ada yang bisa menerima taubat para hamba dan memaafkan kesalahan mereka dengan sempurna kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Makna Nama Allah "Al-‘Afuww"

Kalimat 'afaa, secara bahasa –sebagaimana yang disebutkan dalam kamus- memiliki dua makna: Pertama, memberi dengan penuh kerelaan. Ini seperti kalimat, "A'thaituhu min maali 'afwan", maknanya: aku beri dia sebagian dari hartaku yang berharga dengan penuh kerelaan tanpa diminta. Ini seperti firman Allah Ta'ala:

وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ

"Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan"." (QS. Al-Baqarah: 219) sehingga itu dikeluarkan dengan penuh keridhaan. Wallahu a'lam.

Kedua, al-izalah (menghilangkan/menghapus). Seperti kalimat, "'Afatir riihu al-atsara" artinya: angin telah menghilangkan/menghapus jejak. Contoh nyata terdapat dalam catatan sirah nabawiyah (sejarah perjalanan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam) tentang perjalanan hijrah: Saat beliau bersembunyi di goa Tsur bersama Abu Bakar, adalah Asma' binti Abu Bakar membawakan makanan untuk keduanya. Maka terdapat dalam catatan: 

فأمر غلامه أن يعفوآثار أقدام أسماء حتى لا يعرف الكفار طريق النبي

“Maka ia memerintahkan budaknya agar menghilangkan/menghapus jejak kaki Asma' sehingga orang-orang kafir tidak tahu jalur yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.”

Maka ada tiga kandungan dalam nama Allah "Al-'Afuww' ini: Menghilangkan dan menghapuskan, lalu ridha, kemudian memberi. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan, menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya dan bekas dosa tersebut. Lalu Allah meridhai mereka. Kemudian sesudah meridhai, Dia memberi yang terbaik tanpa mereka memintanya.

Mewujudkan maaf ini seorang hamba diperintahkan untuk memiliki sifat pemaaf. Tidak membalas keburukan orang lain terhadap dirinya dengan keburukan serupa, apalagi dengan keburukan yang lebih besar. Tapi ia sabar-sabarkan diri dari marah atas sikap buruk orang lain terhadap dirinya, lalu ia maafkan kesalahn-kesalahan mereka, dan ia balas keburukan dengan kebaikan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

 وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.  Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim.” (QS. Al-Syuura: 40)

Maksud “maka Pahalanya atas Allah”: Allah tidak akan menyia-nyiakan sikapnya itu di sisi-Nya. Tetapi Allah akan memberikan pahala yang besar dan balasan baik yang setimpal. Disebutkan dalam hadits shahih Muslim, "Tidaklah Allah menambah kepada hamba melalui maaf yang ia berikan kecuali kemuliaan." Wallahu A'lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version