View Full Version
Kamis, 05 May 2011

Ansyad Mbai Heran, Gus Dur, Ulil, Qomarudin Hidayat Dicap JIL

Jakarta (voa-islam) - Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai mengatakan, radikalisme itu terkait terorisme. Bicara radikalisme, semua agama terdapat benih radikalisme. Namun, ia merasa dihujam banyak pertanyaan oleh banyak pihak, kenapa radikalisme  selalu dikaitkan dengan umat Islam yang acakapkali dikambinghitamkan.

Menurut Ansyad, banyak teori yang membahas akar radikalisme disebabkan faktor ekonomi dan kemiskinan. Nyatanya, hal itu terbantahkan. Buktinya, Azhari dan Nurdin Top itu bukan orang miskin. Jadi sebetulnya, penyebabnya tidak single factor,” kata Ansyad.

“Perasaan diperlakukan tidak adil itulah yang diusung kelompok radikal, baik yang teroris maupun non teroris. Perasaan tidak adil kelompok radikal itu meliputi ekploitasi sumberdaya, baik internasional maupun domestik. Tapi kan, tidak otomotis, orang yang diperlakukan tidak adil lalu menjadi teroris atau radikal. Banyak bukti terbalik, justru ketika orang diperlakukan tidak adil jadi, justru menjadi sabar,taqwa, dan lebih khusyu,” katanya.

Ideologi radikal, seperti dikutip Ansyad berdasarkan  hasil penelitian Wahid Institute dan Maarif Institute, adalah orang yang merasa mewakili tuhan di muka bumi untuk menghabisi musuh tuhan. Celakanya, musuh tuhan dibuat definisi sendiri, tak pernah disosilaliasikan lebih dulu. Tahu-tahu dikirimi paket bom buku. Ulil Absar Abdalla adalah salah satu yang didaftar sebagai musuh Islam. Tak dipungkiri, sekarang ini banyak buku beredar di masyarakat tentang daftar orang yang menjadi target mujahidin: hidup atau mati.

Ansyad Baru Paham JIL

Suatu ketika, Ketua BNPT itu pernah bertanya pada Pepi, pelaku yang diduga sebagai bom Serpong. Kenapa Ulil dijadikan target? Lalu jawab Pepi, Ulil itu menyimpang dari Islam. Ulil pernah mengatakan, kebenaran ada di semua agama. Lalu saat Ansyad bertanya lagi, kenapa Anda melakukan pengeboman? Jawab Pepi, ia hanya ingin melakukan tes saja. Jika pipa gas itu dipasang bom karbit, jika pecah bisa  menghasilkan ledakan yang luar biasa atau tidak. Jika bisa, berarti dapat menghancurkan gedung.  

Bahkan di Surabaya, di Masjid Al Akbar, Ansyad banyak ditanya, apa tindakan pemerintah, MUI dan Ormas Islam terhadap JIL yang dianggap melakukan pemurtadan nasional?  “Ternyata saya baru paham soal JIL melalui seminar itu.”

Ketidakpahaman Ansyad soal kesesatan JIL terbukti dalam diskusi kemarin. Ia malah terheran-heran, tokoh-tokoh Islam moderat seperti Nurcholis Madjid alias Cak Nur itu dicap JIL, Qomarudin Hidayat itu JIL. “Bahkan, Gus Dur saja dicap JIL kok. Saat saya tanya Pak Qomarudin yang Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini, anda dicap JIL lho. Lalu Pak Qomar hanya tertawa saja,” cerita Ansyad heran.

Dikatakan Ansyad, radikalisme itu bersumber dari motif keinginan untuk berjihad, memformalisasikan syariat Islam, mendirikan negara Islam atau Daulah Islam. Ansyad menyarankan, seharusnya mereka yang berpaham radikal ke Senayan saja, masuk partai politik.

"Saya pikir, Kalau kelompok radikal masuk partai, itu positif, dan itu jalur demokratis. Mereka kan bisa memperjuangkan Islam, tanpa harus dikejar-kejar polisi untuk ditumpas. Kan banyak parpol yang punya platform yang sama. Bila perlu saya sumbang kalau kampanye. Di Senayan, mau teriak negara Islam, syariat Islam, tidak ada yang tangkap. Itu hak anda. Yang dilarang, adalah bila anda ke Senayan, lalu memasang bom. Jadi, pendekatan politik itu penting. Tapi kan masalahnya tidak sesederhana itu.”

Ansyad merasa heran, kenapa ulama yang moderat tidak dijadikan rujukan. Yang menjadi idola malah Usamah bin Ladin dan Ayman Azzawahiri atau ulama yang berjuang di medan jihad. Pepi, misalnya, ia banyk terinspirasi dari sebuah buku jihad berjudul Tarbiyah Jihadiyah karya DR. Abdullah Azam dan bukunya Usamah bin Ladin berjudul “Master Plan Al Qaeda”. Buku itu mengatakan, 2016 sudah perang total, sementara 2011, kata Pepi, ia belum berbuat apa-apa.

Diungkapkan Ansyad, ulama yang selama ini menjadi idola kelompok radikal adalah ulama yang memperjuangkan syariat Islam. Imam Samudra dan Amrozi jelang ekseksui pernah didatangi ulama. "Tapi Amrozi malah balik balik bertanya, tahu apa anda soal Islam. Kalian semua hanya duduk, kita ini di medan jihad," kata Ansyad menirukan Amrozi ● Desastian


latestnews

View Full Version