View Full Version
Senin, 22 Sep 2014

Musa ibn Nusair: Singa Penakluk Spanyol

Dalam sejarah Islam, Musa ibn Nusair dikenal sebagai sang pembebas yang tidak hanya memperluas daerah kekuasaan, melainkan juga membebaskan warga kawasan dari kezaliman. Bukan hanya itu, ia pun pembangkit, pelindung, dan penyokong peradaban serta kebudayaan.

Sangat berbeda dengan tokoh-tokoh sejarah lain seperti Jengis Khan, Hulagu, Atilla atau Hannibal - yang menjajah dan menghancurkan peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa yang mereka taklukkan. Di bawah kekuasaan Musa ibn Nusair, Eropa, khususnya Spanyol, mengalami kemajuan pesat dalam ilmu dan budaya, sehingga Negeri Matador itu mencapai puncak kemajuan. Siapa gerangan Musa ibn Nusair?

Lahir pada tahun 640 Masehi, ia putra seorang kepala polisi dalam pemerintahan Abdul Malik. Musa kecil tumbuh menjadi anak pemberani dan cerdas. Bakat kepemimpinannya tampak sejak ia masih muda. Tak mengherankan jika Khalifah Abdul Malik mengangkatnya sebagai pengurus kharaj (pajak) di Basrah, Irak. Karena berhasil menjalankan tugas dengan baik, belakangan ia ditunjuk sebagai raja muda, semacam gubernur, di Afrika.

Ia memerintah daerah yang sangat luas, mulai perbatasan Mesir hingga pantai Laut Atlantik, yang ia kendalikan dari Al-Qayrawan, Irak. Sikapnya tegas dalam memerintah, dan ia sempat melakukan pembaharuan di segala bidang. Melalui serangkaian operasi yang berani, bersama anak-anaknya ia mematahkan perlawanan kaum Barbar, mengusir orang-orang Yunani yang banyak mengganggu, dan mengamankan seluruh negeri dari tindak kejahatan dan serangan musuh. Karena ia memerintah dengan bijak dan suka damai, kaum Barbar justru senang kepadanya.

Mereka menganggapnya sebagai pemimpin terkemuka, sekaligus panglima yang gagah berani. Persamaan dan persaudaraan, keadilan dan toleransinya terhadap bangsa-bangsa yang ia taklukkan, menggugah hati mereka. Maka, dalam waktu singkat seluruh bangsa Barbar memeluk Islam. Dan belakangan mereka menjadi sebuah pasukan kuat yang mengibarkan panji-panji Islam sampai ke jantung Prancis.

tahun kemudian, Musa dan pasukannya berhasil memperluas wilayah kekuasaan. Ia juga mampu menaklukkan angkatan laut Romawi di Laut Tengah yang sering mengganggu beberapa wilayah kekuasaan Islam di Afrika Utara. Dalam waktu singkat ia berhasil menguasai pulau-pulau Mayorca, Minora dan Ivica di Laut Tengah. Dan di bawah kekuasaan Islam, pulau-pulau tersebut mengalami kemajuan yang cukup berarti.

Raja Roderick

Tak seberapa lama setelah mengusir kekuasaan Romawi dari Afrika Utara, Musa memperluas kekuasaan sampai ke pantai Atlantik, sehingga memperlicin perluasan ke Spanyol. Ketika itu Spanyol merupakan wilayah yang sangat terkebelakang di bidang sosial, politik dan ekonomi.

Sebagian besar masyarakatnya yang terdiri dari petani miskin dibebani pajak yang memberatkan, sementara kalangan menengah dan atas justru bebas dari pajak. Warga Yahudi dipaksa memeluk agama Kristen. Pendek kata, kehidupan masyarakat Spanyol sebelum dibebaskan oleh pasukan Islam sangat berbeda dengan kehidupan tetangganya di Afrika Utara - yang makmur dan bebas memeluk agama.

Raja Spanyol saat itu, Roderick,  duduk di tampuk kekuasaan setelah merebut takhta Raja Witiza. Belakangan ia merebut Ceuta dari kekuasaan Raja Julian, juga menculik anak gadis Julian yang bernama Florinda. Itu sebabnya Julian kemudian minta bantuan Musa ibn Nusair. Pada tahun 710 M, atas izin dari Khalifah Walid Ibn Abdul Malik alias Walid I (86-96 H/705-715 M), Musa mengirimkan delegasi dipimpin oleh seorang kepercayaannya, ke Spanyol, untuk menjajaki segala kemungkinan.

Setahun kemudian, Musa mengerahkan 7.000 prajurit di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad ke Spanyol. Sampai di mulut Sungai Barbate, berkobarlah peperangan dahsyat. Pasukan Thariq yang kecil jumlahnya itu berhadapan dengan 100.000 balatentara Roderick.

Walhasil, Thariq berhasil menguasai benteng pertahanan yang berada di sebuah bukit - yang belakangan disebut sebagai Jabal Thariq, atau dalam ejaan orang Barat, Gibraltar. Beberapa saat setelah itu ia bergerak ke pusat pemerintahan Roderick di Spanyol. Dalam sebuah pertempuran yang dahsyat, Thariq berhasil menguasai kota-kota Sidonia, Carmona, Granada, Cordova.

Dan setahun kemudian, Musa menyusul bersama 10.000 prajurit. Dalam sebuah pertempuran yang sengit, ia berhasil menduduki kota-kota Merida, Sionida, dan Sevilla. Beberapa saat kemudian, pasukan Musa dan Thariq bergerak ke Toledo, ibukota pemerintahan Spanyol, dan berhasil menguasainya. Dan dalam waktu kurang dari dua tahun, seluruh daratan Spanyol telah berada dalam kekuasaan Islam.

Pembebasan wilayah Spanyol itu merupakan lembaran baru yang gemilang bagi sejarah negeri ini. Menurut sejarawan Phillip K. Hitti, dalam bukunya, Sejarah Perjuangan Bangsa Arab, ekspedisi pasukan muslim tersebut mendapat tempat yang unik dalam sejarah Abad Pertengahan. Peristiwa itu juga membuka era baru di mana kebenaran dan keadilan ditegakkan.

Warga Spanyol yang beragama Yahudi dan Kristen tetap diizinkan beribadah menurut ajaran agama masing-masing. Tapi mereka diwajibkan membayar jizyah, semacam pajak yang nilainya lebih ringan dibanding beban pajak sebelumnya.

Selama dalam masa pemerintahan kaum muslimin, Spanyol mengalami kemajuan pesat dalam bidang peradaban dan ilmu pengetahuan. Di Abad Pertengahan itu wilayah pemerintahan dibagi atas empat provinsi, sementara kota Cordova menjadi ibukota yang termegah di dunia. Ketika itu bangsa Eropa tengah dilanda kegelapan dan kebodohan.

Dari Spanyol, pasukan muslim memperluas daerah pembebasan sampai ke Pyrennes, Prancis Selatan. Dan beberapa tahun kemudian Musa ibn Nusair membebaskan sebagian daerah perbatasan Spanyol-Portugal. Karena prestasinya yang gilang-gemilang dalam membebaskan beberapa wilayah Barat itulah, Musa ibn Nusair mendapat julukan Al-Gharb (Sang Pembebas Barat).(may/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version