View Full Version
Sabtu, 31 Dec 2011

Pesta Tahun Baru Masehi, Rayakan Kebodohan dan Kekafiran

Perayaan tahun baru Masehi biasanya dirayakan sangat meriah: meniup terompet dan menyalakan kembang api pada saat detik jarum jam tepat di angka 12 atau pada jam digital menunjukkan kombinasi angka “00.00.”

Tahun Masehi sebenarnya berhubungan dengan keyakinan agama Kristen. Masehi adalah nama lain dari Isa Al-Masih (Yesus Kristus). Dengan demikian bisa dimaknai bahwa merayakan tahun baru Masehi adalah merayakan tahun kelahiran Yesus.

Padahal telah disebutkan sebelumnya, bahwa tahun 1 Masehi yang disandarkan kepada hari kelahiran Yesus adalah tindakan yang salah kaprah. Jadi, merayakan tahun baru Masehi sejatinya adalah merayakan kesalahkaprahan dan ketidaktahuan.

Selain itu, perayaan tahun baru Masehi adalah tindakan konyol untuk melestarikan ritual pagan, disadari atau tidak. Karena pesta ulang tahun baru adalah tindakan kaum paganis Romawi untuk memuja Dewa Janus, dewa penjaga pintu gerbang yang digambarkan bermuka, yang satu selalu tersenyum menghadap ke depan, dan yang lain menghadap ke belakang dengan muka muram.

Ada juga yang menyambut Natal dan tahun baru Masehi dengan berkirim ucapan “Selamat Natal dan Tahun Baru” (Merry Christmas and Happy New Year).

Sikap ini lebih konyol lagi. Di samping salah kaprah tentang tahun baru Masehi yang terkontaminasi tradisi paganis Romawi, juga mengandung dosa pelecehan kepada Nabi Isa AS (Yesus Kristus).

Karena tanggal 25 Desember itu bukan hari kelahiran Yesus, tapi hari Natal dua dewa terkemuka pada masa purba, yaitu Dewa Matahari bangsa Roma yang dikenal dengan perayaan Solis Invictus (matahari yang tak terkalahkan) dan Dewa Mithras (dewa matahari kebenaran dan kebijakan).

Untuk menyesuaikan dengan hari perayaan penyembahan berhala yang populer pada saat itu itu, para misionaris Kristen mengadopsi perayaan Natal Dewa Matahari dan Dewa Mitra tanggal 25 Desember sebagai Natal Yesus. Inilah misi kristenisasi agar para paganis beralih menjadi penganut Kristen. Karena sudah terlanjur jadi tradisi Kristen, maka tanpa malu-malu, sejak abad ke-4 Masehi Gereja Katolik mencaplok 25 Desember sebagai Natal Yesus Kristus.

Dengan demikian, orang yang merayakan Natal maupun mengucapkan selamat Natal atas hari ulang tahun kelahiran Yesus tanggal 25 Desember adalah tindakan yang melecehkan kewibawaan Yesus. Sebagai nabi utusan Allah, bisa dipastikan Yesus akan marah besar jika hari kelahirannya disamakan dengan hari kelahiran dewa kafir. Subhanallah ‘amma yashifuun. [A Ahmad Hizbullah/suaramuslim]


latestnews

View Full Version