View Full Version
Rabu, 01 Oct 2014

Kompas Ancam Seret Ibas Ke Bui, Sementara Kasus Mega-Jokowi Didiamkan, Ada Apa?

JAKARTA (voa-islam.com) - Dalam rilisnya, Faizal Assegaf Ketua Progres 98 mengungkapkan pandangannya pasca pengesahan UU Pilkada, berbagai media pendukung Jokowi menyalurkan kegusaran pada Presiden SBY yang sekaligus Ketum Partai Demokrat.

Pasalnya, SBY dituding inkonsisten lantaran mengarahkan Fraksi Demokrat walkout dari sidang paripurna DPR RI, sehingga memberi jalan kemenangan bagi Koalisi Merah Putih (KMP).

"Kompas (Komando Pembela Aseng), media katolik itu paling terdepan menunjukan sikap kebencian terhadap SBY. Media milik Jakob Oetama itu secara membabi buta menyalurkan serangkaian kecaman dari berbagai pihak untuk menyerang SBY dan Demokrat." ujar Faizal Assegaf.

Ia kembali menuturkan "Bahkan, sejumlah wartawan senior Kompas melalui jejaring media sosial memprovokasi pembaca dengan rupa hujatan."

Faizal mengungkap fakta salah satu di antara mereka secara terang-terangan menegaskan "Ke depan sudah bisa ditebak, Century akan digeber kembali dan Ibas bakal menjadi tersangka baru KPK untuk kasus lama Hambalang." tulis si wartawan senior Kompas yang dikenal sangat dekat dengan Jusuf Kalla.

Kompas, media katolik itu begitu kompak dan membabi-buta melakukan pembelaan terhadap kubu Jokowi - JK. Kompas seolah ingin melancarkan perang terbuka dengan SBY melalui peringatan serius: Bila SBY tumbang, KPK harus dipakai untuk menyeret Ibas ke penjara.

Sebenarnya sikap Demokrat walkout adalah hal yang wajar dalam demokrasi. Lebih-lebih manuver Demokrat, justru menuai dukungan yang positif dari mayoritas rakyat. Kalaupun ada pro-kontra, hal itu merupakan dinamika politik. Tapi mengapa Kompas sangat gusar, mengancam SBY untuk menyeret Ibas ke penjara.?

"Politik balas dendam ala Kompas media katolik jangan dianggap sepele, sebab sebelumnya telah beredar isu kalau SBY turun dari kekuasaan, maka kubu Jokowi akan mendorong KPK menyerat SBY & keluarganya ke penjara. Sebuah rencana yang dilatari dendam politik. Pantas saja, Kompas selalu bersikap bungkam terhadap kasus Jokowi - Megawati !" tutup Faizal.

Fakta: Kompas Pembela Kasus BLBI dan Jokowi Ahok, Ada Apa?

Jaringan media Komando Pembela Aseng (Kompas) dan katolik ini paling terdepan menghasut publik untuk membenci Prabowo Subianto dan jutaan pendukungnya. Apa saja menyangkut Prabowo dan Koalisi Merah Putih (KMP), diplintir dalam aneka berita yang penuh fitnah dan menyesatkan.

Melalui moto: "Khianat Hati Nurani Rakyat" Kompas melenggang bebas menipu pembacanya. Tapi belakangan kedok busuk itu mulai terbongkar. Publik tersadar bahwa Kompas bukan sekedar kantor berita, tapi agen politik pembela kepentingan asing - aseng untuk membodohi rakyat dan menguasai sumber kekayaan alam di negeri ini.

Fakta menegaskan, Kompas sang media katolik ini tidak pernah mempersoalkan kejahatan perampokan ratusan triliun uang negara dalam skandal BLBI. Maklum, para pelakunya adalah konglomerat Tionghoa. Tapi kalau koruptor kelas teri yang melibatkan oknum pribumi, dengan rupa opini, Kompas gencar mendesak KPK untuk bertindak cepat.

Kepentingan Kompas membela penjahat BLBI yang merampok ratusan triliun uang rakyat, disenyalir tidak gratis. Tapi demi memperkuat kejahatan di antara mereka. Sungguh ironi, sebuah media yang konon katanya berbasis intelektual, ternyata menjadikan jurnalisnya sebagai budak yang setia membela kepentingan sang majikan aseng.

Pernahkah anda menemukan berita Kompas secara konsisten mendesak KPK untuk memanggil dan memeriksa keterlibatan Megawati Soekarnoputri dalam kasus BLBI...? Justru sebaliknya, Kompas berupaya menghindar bahkan "melindungi" si "Ratu Kebal Hukum" tersebut.

Tak hanya itu, Kompas juga memainkan peran penting melalui serangkaian opini untuk melindungi Jokowi dan Ahok dari maha skandal Trans Jakarta. Dan celakanya, ratusan jurnalis Kompas seolah kompak dalam misi terselubung, dengan apa yang mereka sebut sebagai: "Skenario yang tidak lepas dari agenda melindungi kejahatan BLBI". Tegasnya, kasus BLBI dan segala skandal Jokowi - Ahok harus diamankan urai Faizal.

Faizal : Saya Akan Terus Perangi Kejahatan Kompas, Sampai Seluruh Rakyat Tahu Bahwa Kalian Adalah Penipu Berkedok Pers !

Kompas dan kepentingan politik Katolik adalah dua hal yang tak terpisahkan. Fakta tersebut sejak lama telah diketahui oleh kaum terpelajar di negeri ini, lebih-lebih bagi kalangan aktivis yang terlibat dalam dunia pergerakan. Tahu dan memahami sepak terjang Kompas yang gencar membela kepentingan kelompoknya secara licik dan arogan.

Di era Orde Baru, media milik Jacobus Oetama itu disebut sebagai Komando Pastor. Dan ketika rezim Soeharto tumbang, berganti sikap secara ekstrim menjadi Komando Pembela Aseng (Kompas). Sebuah misi terselubung politik Tionghoa - Katolik guna menguasai hajat hidup mayoritas pribumi secara semena-mena.

Sehingga tak heran, bila Kompas sangat ekstrim dan membabi buta melakukan pembelaan terhadap ambisi Jokowi, Ahok dan PDIP. Sembari melindungi kejahatan konglomerat Aseng yang terlibat skandal BLBI menjarah ratusan triliun uang negara.

Perpaduan afiliasi Tionghoa - Katolitik terbentuk begitu rapi di level elit dan bersenyawa secara homogen ditingkat arus bawah. Yakni, Kompas yang dibantu oleh CSIS beperan sebagai wadah pembentuk opini publik, sementara jaringan Katolik melalui ratusan yayasan binaan Gramedia Group milik Kompas digerakan untuk menjalankan agenda politiknya.

Dengan berkedok kebebasan pers, isu HAM, Demokrasi, Pluralisme dan aneka jargon yang berorentasi pada kepentingan Neoliberal, secara perlahan, Kompas dan konglomerat aseng melancarkan pembodohan kepada rakyat pribumi. Bukan hanya ummat muslim tapi kaum Protestan menjadi sasaran penghancuran diberbagai aspek.

Pada pemilihan presiden 2014, gerakan politik Tionghoa - Kompas begitu terlihat mencolok dan sulit untuk dinafikan. Arah dan tujuannya: Memastikan bahwa negeri ini tidak boleh lepas dari cengkraman kepentingan aseng dan asing. Dengan cara itu mereka akan tetap eksis dan berperan sebagai penguasa yang sesungguhnya! [adivammar/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version