View Full Version
Sabtu, 14 Feb 2015

Populasi Muslim Inggris Meningkat 75 Persen, Ditengah Ancaman Islam Phobia

LONDON (voa-islam.com) – Di tengah kebencian dan gerakan anti Muslim di Uni Eropa, justu populasi Muslim di Inggris dan Wales tumbuh 75% dalam 10 tahun. Ini sebuah perkembangan yang sangat luar biasa bagi komunitas Muslim di Eropa. Pertumbuhan Muslim di Eropa, bukan hanya di Inggris, tapi juga diberbagai negara, terutama Jerman dan Perancis.

Kalangan komunitas Muslim lebih banyak anak-anak,  dan jumlah orang tua (gerentologi) lebih sedikit. Sehingga, ini membuat penduduk Muslim tumbuh lebih cepat dari populasi keseluruhan, analisis terbaru menunjukkan data sensus.

 Populasi Muslim Inggris dan Wales mengalami pertumbuhan hampir dua kali lipat selama periode 10-tahun, ungkap sebuah studi baru yang dikeluarkan Oxford. Populasi Muslim tumbuh lebih cepat dari populasi kelompok-kelompok masyarakat Inggris lainnya. Dengan proporsi angka-angka anak-anak lebih tinggi dan rasio orang tua yang lebih rendah, tambah sebuah analisis dari data resmi.

Studi ini disiapkan untuk Dewan Muslim Inggris oleh tim peneliti yang dipimpin oleh Ali Sunda, dari University of Oxford.

Menurut laporan tersebut; satu dari tiga orang Muslim di bawah 15 tahun, dibandingkan dengan kurang dari satu dari lima keseluruhan populasi Muslim. Ada juga Muslim yang berumur tua lebih sedikit, dengan 4% berusia di atas 65, dibandingkan dengan 16% dari keseluruhan populasi.

Pada tahun 2011, 2.710.000 Muslim tinggal di Inggris dan Wales, dibandingkan dengan 1,55 juta pada tahun 2001. Ada juga 77.000 Muslim di Skotlandia dan 3.800 di Irlandia Utara.

"Jumlah Muslim di Inggris", menurut laporan menunjukkan bahwa lebih dari setengah lahir di luar Inggris, tetapi 73 persen menganggap diri mereka sebagai orang Inggris.

Laporan, disampaikan kepada DPR, menyimpulkan bahwa umat Islam dapat memainkan peran yang menentukan dalam pemilihan umum mendatang, diharapkan menjadi yang faktor penting dalam kehidupan politik di Inggris,  dan jumlah pemilih yang signifikan dari jumlah kursi parlemen yang selama ini  paling marjinal di negeri Inggris.

Hanya satu dari lima orang Muslim dalam yang mendapatkan pekerjaana ang layak. Sementara itu, satu dari tiga populasi yang memiliki pekerjaan yang  lebih luas. Para peneliti mengatakan umat Muslim menghadapi, “hukuman ganda ... dalam memasuki pasar tenaga kerja. Diskriminasi rasial serta Islamophobia”, ungkap peneliti dari Oxford.

 Laporan itu menyatakan: “Ada kebutuhan untuk berbagai pemangku kepentingan - masyarakat sipil Muslim, lembaga kebijakan, pengusaha, serikat pekerja dan Departemen Pekerjaan dan Pensiun - untuk memfasilitasi kondisi Muslim, agar mereka memiliki peluang di pasar tenaga kerja.

Laporan ini juga menunjukkan hampir separuh penduduk Muslim tinggal 10 persen yang kondisi  ekonominya belum membaik - peningkatan sejak tahun 2001, ketika angka itu satu dari tiga orang Muslim menjadi lebih baik ekonominya. Wakil Perdana Menteri Nick Clegg mengatakan bahwa laporan ini menyoroti tantangan dan peluang yang dihadapi Muslim Inggris, Kamis, 10/2/2015.

"Mengambil data dari sensus 2011, laporan baru ini penting dari Dewan Muslim Inggris membantu memberikan gambaran tentang tantangan sosial-ekonomi dan peluang, yang  kini dihadapi komunitas Muslim Inggris," kata Clegg.

"Apa yang tidak diragukan adalah Muslim Inggris bisa bangga dengan kontribusi yang mereka buat untuk negara kita. Menggambar analisis seperti ini, bersama-sama, kita dapat membantu menciptakan lapangan kerja, mendorong pertumbuhan dan memungkinkan lebih banyak orang untuk mendapatkan pekerjaan. Membangun ekonomi yang lebih kuat dan masyarakat yang lebih adil yang kita inginkan untuk masa depan Inggris”, kata Clegg.

Muslim Inggris tumbuh dengan pesat di tengah kebbencian, Islam phobia, dan gerakan anti imigran yang sekarang tumbuh di Uni Eropa. Tapi, kontribusi Muslim bagi Eropa nampak dengan jelas. Pembangunan Uni Eropa, tidak bisa dipisahkan dengan peran Muslim dan imigran Muslim yang hidup di Eropa dalam beberapa generasi.

Mereka mulai terintegrasi dengan komunitas Eropa. Betapapun mereka menghadapi berbagai problema. (dimas/wb/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version