View Full Version
Selasa, 07 Jul 2015

LGBT di Langit Ramadhan

Penulis: Eka Sugeng Ariadi,

Mahasiswa Pascasarjana Unisma Malang

Sahabat Voa-Islam,

Tak banyak orang yang tahu tentang LGBT dan aktifitasnya, masyarakat perkotaan saja belum tentu ngeh apalagi yang di daerah. Untungnya, ada salah satu berita yang sempat ramai di media sosial beberapa hari lalu, yaitu dukungan artis Sherina dan Aming atas kesuksesan perjuangan LGBT di luar negeri, sehingga bisa membuka mata hati kita atas kiprah LGBT yang sebenarnya sudah puluhan tahun ‘berkembangbiak’ di tengah-tengah kita. Dan yang bereaksi keras pada artis ini tak lain adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Maka, mumpung saat ini kita dan LGBT berada bulan yang mulia dan penuh berkah, mari kita saling tolong-menolong dan ingat-mengingatkan dalam kebaikan di bawah langit Ramdhan.

Apa itu LGBT?
LGBT atau GLBT adalah singkatan (akronim) dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Istilah yang sudah sejak tahun 1990-an digunakan untuk menggantikan frasa ‘komunitas gay’ agar terkesan lebih luas, mewakili banyak golongan dan identitas ini sengaja dibuat dengan tujuan untuk menaungi keanekaragaman budaya berdasarkan identitas seksualitas dan gender. Jadilah kemudian istilah LGBT digunakan untuk semua orang yang tidak heteroseksual, bukan hanya homoseksual, biseksual, atau transgender.

Dari hari ke hari, para aktifis LGBT (yang didukung banyak artis-artis terkenal, nasional maupun internasional, Komnas HAM, PBB, dan lain-lain) semakin giat dan bergeliat memperjuangkan Hak Asasinya sebagai manusia untuk hidup selayaknya dan berdampingan dengan mesra di tengah-tengah masyarakat. Aktifitas yang paling menonjol adalah perjuangan mereka untuk bisa menikah sejenis (laki-laki menikah dengan laki-laki, perempuan dengan sesama perempuan).

Dan telah diketahui bersama, baru beberapa hari yang lalu, LGBT mendapatkan puncak kesuksesan perjuangannya, yaitu telah ada satu negara yang menyatakan secara legal (resmi) menaungi dan melegalisasi pernikahan sejenis, siapa lagi dia kalau bukan negara Amerika Serikat. Tak heran, kebijakan ini kemudian mendapat pujian dan dirayakan di seluruh dunia, para selebritas dunia pun tak ketinggalan berlomba-lomba berpesta. Komedian Indonesia, Aming, seakan tak mau dikatakan ketinggalan zaman, dia lalu berbagi kebahagiaan dengan kaum LGBT ini dengan mengikuti parade gay yang digelar di Madison Avenue, New York, Amerika Serikat. Hebattt!!!

LGBT di Indonesia
Tumbuh suburnya kaum LGBT di negeri ini secara masif dan terang-terangan, salah satunya ditandai dengan suksesnya film ‘Arisan’ (film bertema LGBT di Indonesia tahun 2003 yang lalu) dengan menyabet banyak sekali penghargaan di dunia perfilman baik dalam maupun luar negeri.

Kemudian di tahun 2013 yang lalu, LGBT Indonesia juga sukses menyelenggarakan Dialog Nasional Komunitas LGBT di Nusa Dua – Bali, pada tanggal 12-13 Juni 2013

Kemudian di tahun 2013 yang lalu, LGBT Indonesia juga sukses menyelenggarakan Dialog Nasional Komunitas LGBT di Nusa Dua – Bali, pada tanggal 12-13 Juni 2013, yang diprakarsai oleh Forum LGBTIQ Indonesia dengan dukungan dana dari USAID dan UNDP. Maka tak heran, beberapa hari kemarin, Komisioner Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM), Siti Noor Laila, berpendapat harus dilakukan Uji Publik aturan yang melarang LGBT di Indonesia.

Tak cukup sampai disitu, penetrasi kaum LBGT sudah merasuk ke kampus-kampus di negeri ini. Acara pembukaan peringatan International Day Against Homophobia & Transphobia 2013 (IDAHOT) ~acaranya LGBT~ berhasil juga diselenggarakan di kampus Universitas Airlangga Surabaya yang notabene bermotto kampus “Excellence with Morallity” (membangun keunggulan dengan moralitas). Dan banyak lagi kegiatan-kegiatan yang diprakarsai aktifis LGBT dengan dukungan dari banyak pihak yang tujuannya tak lain agar negeri ini seperti Amerika, melegalkan organisasi mereka serta meng’halal’kan perilaku menyimpangnya.

Kita, LGBT dan Ramadhan
Dimanapun kaum LGBT berada dengan simbol warna pelanginya, mereka akan selalu berlindung di balik tameng Hak Asasi Manusia (HAM) untuk mengampanyekan hak pernikahan sejenis dan lain-lain. Dengan berbendera pelangi, seakan keindahan warnanya menjadi dalil mereka akan ‘keindahan’ berbeda pendapat dan pilihan hidupnya.

LGBT sejatinya bukanlah masalah hak asasi, melainkan salah satu penyakit, yang ini bisa disembuhkan dengan tekad dan kemauan dari orang yang bersangkutan, demikian kata Ketua MUI Pusat, Dr. Anwar Abbas. Dan setelah memperhatikan ‘kegilaan’ kaum LGBT di seluruh dunia, yang tengah berpesta pora atas kemenangannya di Amerika, Komisi Fatwa MUI akhirnya mengeluarkan fatwa tentang keharaman gay, lesbian, sodomi, dan pencabulan.

LGBT sejatinya bukanlah masalah hak asasi, melainkan salah satu penyakit, yang ini bisa disembuhkan dengan tekad dan kemauan dari orang yang bersangkutan, demikian kata Ketua MUI Pusat, Dr. Anwar Abbas

Dalam perspektif hukum Islam, satu-satunya pintu yang absah untuk menyalurkan hasrat seksual adalah melalui pernikahan dilakukan antara laki-laki dan perempuan yang memenuhi persyaratan. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun mendukung hadirnya fatwa ini ditengah-tengah derasnya dukungan pelegalan LBGT di Indonesia, dan harapannya tentu pemerintah pusat maupun daerah berada di pihak yang sama yaitu melindungi generasi muda-mudinya dari pengaruh LGBT dan pergaulan bebasnya. Karena hewan pun tidak kita temukan berhubungan seksual dengan sesama jantannya atau sesama betinanya.

Fenomena LBGT dibelahan bumi mana saja mereka berada sudah sangat jelas digambarkan kisah nyatanya dalam Al Qur’an, tentang Nabi Luth a.s dan kaumnya yang sombong.

Allah SWT berfirman:“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala Dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?"  Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu Ini adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Al A’raf 80-81). Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa LGBT yang ada saat ini, sebenarnya adalah perilaku menyimpang yang sangat kuno dan tidak beradab.

Hancurnya kaum Luth juga telah ditemukan jejak-jejaknya pada penelitian arkeologis dan geologis. Adalah seorang peneliti Jerman, Werner Keller, mencatat bahwa Kota Sodom dan Gomorah benar-benar ada dan berada di Lembah Siddim yang merupakan daerah terjauh dan terendah dari Danau Luth (Laut Mati). Laut Mati ini menjadi saksi situs bersejarah bahwa kejahatan lesbi dan gay yang sudah tidak bisa dicegah lagi oleh Nabi Luth a.s. dikubur oleh Allah SWT dengan adzabnya yang dahsyat! Werner Keller menyatakan: ''Bersama dengan dasar dari retakan yang sangat lebar ini, yang persis melewati daerah ini, Lembah Siddim, termasuk Sodom dan Gomorah, dalam satu hari terjerumus ke kedalaman. Kehancuran mereka terjadi melalui sebuah peristiwa gempa bumi dahsyat yang mungkin disertai dengan letusan, petir, keluarnya gas alam serta lautan api.''

Adalah seorang peneliti Jerman, Werner Keller, mencatat bahwa Kota Sodom dan Gomorah benar-benar ada dan berada di Lembah Siddim yang merupakan daerah terjauh dan terendah dari Danau Luth (Laut Mati). Laut Mati ini menjadi saksi situs bersejarah bahwa kejahatan lesbi dan gay yang sudah tidak bisa dicegah lagi oleh Nabi Luth a.s

Oleh karena itu, masihkah kita dan semua orang akan membelanya sedangkan sudah jelas bukti-bukti sejarah yang masuk akal dan nalar akan penyimpangan LGBT? Maka dari itu, di bulan Ramadhan penuh ampunan ini, penulis mengajak semua orang untuk turut menyembuhkan penyakit ini dan mengajak mereka untuk kembali ke fitrah dan naluri yang benar yang telah dituntunkan agama. Tidak perlu menunggu dan mempertanyakan kapan azab Allah Swt akan datang untuk membuat kita semua tersadar dan kembali ke jalan yang benar.
[adivammar/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version