View Full Version
Senin, 11 Dec 2017

Pelarangan Penceramah adalah Kekalahan

Oleh:

Dr Moeflich Hasbullah

Pakar Sejarah Kebudayaan Islam dan Dosen Universitas Sunan Gunung Djati Bandung, Jawa Barat

 

KEPADA Ustadz Felix Siauw, Ustadz Abdul Somad, Gus Nur dan siapa saja ulama/penceramah yang pernah atau sering ceramah-ceramahnya ditolak, dilarang, dicekal dan dibubarkan, berbangga dan bahagialah. Kenapa?

Karena Anda pribadi yang berpengaruh, karena Anda diperhitungkan, karena Anda bukan orang biasa atau orang kebanyakan, karena Anda ditakuti walaupun tanpa bermaksud menakut-nakuti. Yang merasa takut itu adalah kesalahan. Tidak ada orang takut karena benar. Rasa takut itu lahir dari kesalahan-kesalahan, sadar atau tidak sadar.

Ceramah yang biasa-biasa saja, yang tidak berpengaruh, yang tidak menyadarkan, tentu tidak akan ditolak, dilarang dan dicekal karena mengamankan, menenangkan dan tidak menyadarkan atas kesalahan-kesalahan.

Ingatlah, penolakan, pelarangan, pencekalan atau pembubaran atas penyampaian ajaran Tuhan bukan barang baru. Dakwah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW penuh dengan penolakan, boikot dan perlawanan. Mengapa? Karena mengganggu, karena begitulah ajaran dan dakwah yang berpengaruh. Menyampaikan kebenaran pasti akan ada tantangan, ada yang terganggu, ada yang tak suka dan ada yang memusuhi. Kenapa Islam selalu dimusuhi? Karena ajaran kebenaran. Ajaran yang benar selalu akan ada musuh-musuhnya yang tak suka dan memusuhi yaitu ajaran, kelompok dan kaum yang salah alias batil.

Penolakan, pelarangan, pencekalan atau pembubaran atas pengajian yang menyampaikan ajaran agama apa adanya di alam demokrasi ini, yang kebenaran ceramah itu sifatnya pun relatif, persepsional dan bisa dipeerdebatkan, apapun alasannya adalah sebuah bentuk kekalahan. Kekalahan pihak-pihak yang menolak, yang melarang, yang mencekal atau membubarkan.

Ditolak dan dilarang itu seperti sebuah kekalahan padahal sejatinya adalah kemenangan. Kalah itu di lahirnya, di syariatnya, di asesorisnya, tapi di substansinya, di esensinya, di ruhnya, dia menang. Maka, sedih dan kecewa atas penolakan dan pelarangan dakwah adalah sikap yang salah seharusnya bangga dan bersyukur. Sikap merintih, memelas dan meronta, bertanya meminta keadilan dari sebagian kalangan Islam adalah sikap lemah dan melemahkan diri. Yang benar adalah bangga, bersyukur dan percaya diri berarti dakwahnya kena sasaran.

Dakwah itu menyampaikan kebenaran maka tidak membahayakan masyarakat atau negara, seperti halnya perjudian, pembunuhan, prostitusi, narkoba dan penyakit-penyakit masyarakat lainnya, maka penolakan, pelarangan, pencekalan atau pembubaran atas dakwah di alam demokrasi ini tentu saja sebuah ironi, paradoks atau inkonsistensi. Tapi tidak perlu berkecil hati apalagi sakit hati karena begitulah ciri dakwah yang benar yaitu banyak musuhnya.

Dunia ini tempatnya salah dan dipenuhi dengan kejahatan, maka dakwah yang benar pasti akan banyak musuhnya, yaitu kesalahan dan kejahatan. Kalau dakwah disukai semua orang dan semua kalangan, pasti itu bukan dakwah tapi lawakan atau hiburan.*

*Disadur dari akun Facebook Moeflich Hart, 10 Desember 2017


latestnews

View Full Version