View Full Version
Selasa, 05 Mar 2019

Ksatria Lembah Tidar

Oleh: M Rizal Fadillah

Ini bukan judul ceritra silat atau novel cinta seperti Dilan. Ini bukan pula episode komik Wiro Sableng dengan kapak mautnya. Akan tetapi ini adalah tempat pembinaan calon perwira dilingkungan tentara. Akademi Militer di Magelang.

Lembah gunung Tidar dengan bukit tidak terlalu tinggi, hijau pepohonan berhawa sejuk. Akademi ini menjadi lembaga pendidikan favorit anak SMA seluruh Indonesia. Dikenal sebagai sekolah untuk pemimpin masa depan.

Perwira Menengah maupun Perwira Tinggi saat ini banyak jebolan Akademi Militer ini. Jabatan variasi telah diisi. Purnawirawan tentu banyak pula.

Meskipun demikian gelombang keras zaman atau pengaruh kuat pragmatisme turut pula membentur pada sebagian arbituren Akademi ini. Sehingga komitmen kerakyatan, kebenaran, atau keadilan tergerus juga. Membela kelompok kekuasaan yang dinilai menguntungkan. Ikut di pusaran "jalan pintas" kehidupan. Tidak sejalan dengan aspirasi dan nurani rakyat.

Nah untuk membentengi dan melangkah kembali di jalan yang benar sebagai pejuang dan patriot bangsa serta turut berkiprah optimal membela rakyat yang semakin sulit dan terpinggirkan, maka para pemimpin negara yang berasal dari didikan lembah Tidar ini perlu merenungi dan menyanyikan kembali lagu hymne taruna yang pernah dikumandangkan dengan penjiwaan yang dalam.

"Biar badan hancur lebur//kita kan bertempur//membela keadilan suci//kebenaran murni

Di bawah dwi warna panji//kita kan berbhakti//mengorbankan jiwa dan raga// membela ibu pertiwi

Demi Allah Maha Esa//kami kan bersumpah//setia membela nusa dan bangsa//tanah tumpah darah.."

Luar biasa. jiwa patriotisme dalam membela kebenaran, keadilan, ibu pertiwi, nusa dan bangsa rela badan hancur. Yang lebih luar biasa lagi adalah sumpah "Demi Allah Maha Esa". Keyakinan dan sumpah ini membuat jiwa berani serta mengenyampingkan apapun.

Kini tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia cukup berat. Ada proxy war yang mengadu antar elemen bangsa, ada serbuan faham komunisme dan liberalisme, ada pula kekuatan global yang mencoba mengendalikan kekuasaan negara. Semua hakekatnya menafikan nilai kebenaran, keadilan ataupun ketuhanan. Ini adalah musuh musuh bangsa.

Nusa bangsa dan ibu pertiwi sekarang memanggil Ksatria Lembah Tidar untuk "bertempur" melawan ketidak adilan dan penyimpangan dari kebenaran yang telah disepakati sebagai ideologi Negara dan Konstitusi.

Berjuang untuk menghancurkan penyusup dan penghianat negara berkedok "pejabat" atau "wakil rakyat" atau "pebisnis" atau pula "pimpinan partai" yang berkolaborasi dengan kekuatan asing kaum penjajah. Neo-kolonialisme.

Ksatria lembah Tidar salah satu yang mendesak dipanggil rakyat Indonesia saat ini, elemen pejuang lain ayo "turun gunung" juga. Kibar geleparkan panji-panji. Sejarah telah menuntut bukti.


latestnews

View Full Version