View Full Version
Selasa, 29 Apr 2014

Voa-Islamic Parenting (2): Ibunda, Maafkan Aku yang Belum Memuliakanmu

Untukmu, Duhai bunga yang tak pernah layu
Untukmu yang telah mengusap air mataku
Untukmu yang  telah membasuh kotoranku
Yang telah menyuapkan makan dan minum dengan tanganmu ke mulutku
Untukmu yang menjadikan haribaan sebagai ketenangan bagiku
Betapa letihnya engkau ibu…

Ya Umma..
Wahai ibu…
Pintu mana lagi yang bisa terbuka untukku  jika seandainya pintumu telah tertutup?
Wahai ibu..
Siapa pula yang dapat mendekatkan dirinya kepadaku jika seandainya selain engkau
Wahai ibu..
Siapa pula yang akan menyayangiku jika seandainya engkau telah murka kepadaku?

Jika engkau kehilangan ibumu..
kehilangan ayahmu..
Bisakah engkau mendapatkan gantinya?
Kemanakah engkau mencari gantinya?

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu di berkata,

“Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ’Amal apakah yang paling utama?’ Nabi menjawab, ’Shalat pada waktunya’. Ia berkata,”Aku bertanya, ’kemudian apa?’, Beliau menjawab, ’Berbakti kepada kedua orang tua…’ (HR. Bukhari dan Muslim)

Sudahkah Kita Memuliakan Mereka?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , “Seseorang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata,”Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?”, beliau menjawab, ”Ibumu!”, ia kembali bertanya,”Kemudian siapa lagi?, Nabi menjawab,”Ibumu!”, “Kemudian siapa lagi?,” Nabi menjawab,”Ibumu!”, orang tersebut bertanya kembali, ”Kemudian siapa lagi?” Nabi menjawab, ”Bapakmu”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu,kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat.” (Hadits hasan, riwayat Bukhari dalam al-Adabul Mufrad)

Ibu, dialah yang mengurus kita mulai dari kandungan dengan beban yang dirasakannya sangat berat dan susah payah..

Dialah yang melahirkan kita dengan mempertaruhkan jiwanya antar hidup dan mati.

Dialah yang menyusui  ketika kita telah lahir, kemudian yang membersihkan kotoran kita ketika kita buang air.

Semuanya dilakukan oleh ibu kita, bukan orang lain.

Ibu yang selalu menjaga ketika kita terjaga dan menangis, baik di waktu pagi, siang ataupun malam hari.

Apabila kita sakit, tidaklah yang pertama menangis kecuali ibu kita, sehingga kalaulah ditawarkan antara hidup atau mati, ibu kita akan memilih mati agar kita tetap hidup! Inilah jasa seorang ibu terhadap anaknya..

Carilah Surga dengan Berbakti kepada Mereka

الوالِدُ أوسطُ أبوابِ الجنَّةِ، فإنَّ شئتَ فأضِع ذلك البابَ أو احفَظْه

Kedua orang tua itu adalah pintu surga yang paling tengah. Jika kalian mau memasukinya maka jagalah orang tua kalian. Jika kalian enggan memasukinya, silakan sia-siakan orang tua kalian” (HR. Tirmidzi, dia mengatakan, hadits ini shahih)

Teladan  Akhlak  dari Para Salaf

Terdapat kisah dari Abu Burdah bahwasanya Ibnu Umar melihat seorang pria dari Yaman thawaf di ka’bah sambil menggendong ibunya di belakang punggungnya seraya berkata, “Sesungguhnya aku adalah onta ibuku yang tunduk. Jika ia takut untuk menungganginya aku tidak takut (untuk ditunggangi)”, lalu ia berkata, “Wahai Ibnu Umar, apakah menurutmu aku telah membalas jasa ibuku?”, Ibnu Umar berkata, “Tidak, bahkan engkau tidak bisa membalas jasa karena keluarnya satu tetes cairan tatkala melahirkan”, kemudian Ibnu Umar menuju maqam Ibrahim dan shalat dua rakaat lalu berkata, “Wahai Ibnu Abi Musa sesungguhnya setiap dua rakaat menebus dosa-dosa sebelumnya.”

Lihatlah pemuda dari yaman ini yang telah bersusah payah memikul ibunya untuk berbakti kepada ibunya tatkala thawaf demi membalas kebaikan ibunya namun seluruh keletihan itu tidaklah menyamai setetes air yang keluar tatkala ibunya melahirkan. Lihatlah saudariku.. betapa tinggi dan agungnya hak orangtua atas anaknya.

Dikisahkan bahwasanya Kihmis bin Al-Hasan At-Tamimi hendak membunuh kalajengking namun kalajengking tersebut masuk ke dalam lubangnya, maka beliaupun memasukan jari beliau ke dalam lubang tersebut dari belakang kalajengking, sehingga kalajengking itu menyengatnya. Ketika dia ditanya, mengapa ia melakukan hal itu?, Dia menjawab, “Aku khawatir kalajengking itu keluar dari lubangnya kemudian menyengat ibuku.”

Al-Ma’mun berkata, “Aku tidak melihat ada orang berbakti kepada ayahnya sebagaimana berbaktinya Al-Fadhl bin Yahya kepada ayahnya. Yahya (ayah Fadhl) adalah orang yang tidak bisa berwudhu kecuali dengan air hangat.

Pada suatu waktu Yahya dipenjara maka penjaga penjara melarangnya untuk memasukan kayu bakar di malam yang dingin, maka tatkala Yahya hendak tidur Al-Fadhl pun mengambil qumqum (yaitu tempat air dari tembaga yang atasnya sempit, semacam kendi kecil) lalu ia penuhi dengan air kemudian ia dekatkan dengan lampu sambil berdiri. Ia terus berdiri sambil memegang qumqum hingga subuh.” Kemudian para petugas penjara pun mengetahui apa yang diperbuat oleh Al-Fadhl maka merekapun melarang Al-Fadhl untuk mendekati lampu. pada malam berikutnya Al-Fadhl mengambil qumqum yang penuh dengan air kemudian ia membawanya tatkala ia hendak tidur, ia memasukannya diantara bantal-bantal hingga subuh sehingga airnyapun hangat.”

Dari Musa bin ‘Uqbah berkata, “Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib (cucu Ali bin Abi Thalib) tidak pernah makan bersama ibunya padahal ia adalah orang yang paling berbakti kepada ibunya. Ketika ditanya, apa alasan dia melakukan hal itu, jawabnya, “Aku takut jika aku makan bersama ibuku, lantas matanya memandang pada suatu makanan dan aku tidak tahu arah pandangannya tersebut, lalu aku memakan makanan yang dipandangnya itu maka aku telah durhaka kepadanya”

Subhaanallah.. Inilah beberapa kisah salaf yang sangat menjunjung tinggi bakti terhadap ayah dan ibu mereka.

Saudariku.. Selama ibu dan ayah kita masih diberi waktu untuk menemani kita, ayo  maksimalkan diri dalam memuliakannya! Segera hampiri mereka, bantu pekerjaan mereka, berucap dengan lemah lembut terhadapnya, patuhi perintahnya, jagalah hatinya dan jangan lupa selalu do’akan mereka.

“Wahai Rabb-ku, Ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, Sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku di waktu masih kecil”

Penulis: Fitri Ariyanti/Muslimah/Ammi Nur Baits


latestnews

View Full Version