View Full Version
Kamis, 29 May 2014

Belajar Bahasa Arab Sangat Penting Untuk Memahami Al Quran & Al Hadist

VOA ISLAMIC PARENTING:

URGENSI BAHASA ARAB DALAM PEMAHAMAN AL QUR'AN DAN AL HADITS BAGI UMAT ISLAM

(Peningkatan Pemahaman, Penghayatan, dan Implementasi Agama Islam dengan Menguasai Bahasa Al Qur'an Sehingga Agama akan

Membumi dalam Kehidupan)

Oleh: Ust. H. Agus Shohib Khaironi

Sebagaimana kita maklumi bahwa bahasa Al Qur'an, al Hadits, mayoritas kitab turost, kitab modern dan bacaan sholat, serta do'a-do'a dalam agama islam menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu peran bahasa Arab dalam pemahaman keislaman secara jeneral menjadi sebuah kebutuhan dan kewajiban bagi umat islam. Karena tidak mungkin kita bisa memahami agama kita dengan baik dan benar serta mengimplementasikan dalam kehidupan kita dengan oftimal tanpa bahasa Aslinya. Bagaimana pula kita bisa menjiwai sholat dengan baik kalau kita tidak mengerti apa yang kita baca. Allah SWT berfirman:

إنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ (طه: 113).

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya "Al Qur'an" berbahasa Arab agar supaya kalian semua berfikir (memahami), (Surat: Toha, 113).

Imam syafi'i r.a. berkata; manusia menjadi buta agama, bodoh dan selalu berselisih faham karena mereka meninggalkan bahasa Arab.

Problematika umum kita sebagai negara islam terbesar di dunia salah satunya adalah kwalitas out put bahasa Arab walau di dalamnya ribuan pesantren, ribuan madrasah diniah, ribuan madrasah formal baik yang negeri maupun swasta, dan tidak sedikit Perguruan Tinggi Islam baik negeri maupun swasta. Kwantitas muslim negeri ini yang belum mampu membaca Al qur'an dan al Hadist masih cukup signifikan terlebih lagi yang mampu memahami keduanya dengan bahasa aslinya masih sangat jauh dari target dan harapan. Bahasa Arab masih belum membumi pada mayoritas muslim kita, masih berhenti pada tataran membaca tek sehingga belum bisa memahami pesan tek lebih jauh apalagi menjiwai dan mengimplementasikan dalam kehidupan real dari tek (Al Qur'an dan al Hadits) yang telah dibacanya, apalagi mengfungsikan bahasa arab dalam maharoh (keahlian) lain dan bidang lain dalam kehidupan beragama dan sosial kemasyarakatan.

Output bahasa arab kita secara umum juga masih belum sesuai harapan baik dari pesantren, PTAI, madrasah diniah, apalagi madrasah formal, bahkan akhir-akhir ini barangkali tidak salah relatif lebih memprihatinkan lantaran karena tidak menjadi bahan ujian nasional dan bukan menjadi bahasa kebutuhan pekerjaan dan bukan bahasa super power.

Out put bahasa Arab dipandang sesuai target dan harapan bila mampu menguasai maharoh-maharoh yang ada baik: qiroatul kutub, insya', muhadatsah, i'rob, tarjamah dan sima'iah.

Kalau kita kalkulasikan total waktu pembelajaran bahasa Arab di sekolah formal kita secara umum dari tingkat Dasar/Madrasah Ibtidaiyah sampai Perguruan Tinggi Islam kurang lebih 46.160 menit (769 jam) ini adalah total waktu yang cukup fantastis namun realita out put bahasa Arab kita belum sesuai dengan target bahkan tidak berlebihan kalau kita katakan masih jauh dari harapan.

Ada problem apa di dalamnya? dan apa solusinya? ini menjadi perdebatan panjang yang sampai detik ini kita diharuskan untuk mengkajinya secara mendalam dan mencari solusi yang jitu dan sesuai dengan akar masalahnya sehingga out putnya harus lebih baik dari realita out put yang ada sekarang terlebih lagi para insan kampus yang merupakan barometer keilmuan dan penelitian ilmiah harus bisa mencari solusi bukan hanya menjadi pengamat saja.

Salah satu efek dari hal tersebut adalah negeri kita tercinta yang merupakan negara islam terbesar di dunia namun sangat minim menelurkan buah pemikiran dan penelitian ilmiah dengan berbahasa Arab sesuai bidang masing-masing terutama dalam bidang keislaman. Ada beberapa karya ulama kita yang dituangkan dalam bahasa Arab seperti: Syaikh imam nawawi al bantani dengan puluhan karyanya yang sangat diperhitungkan oleh orang arab dan dunia, Syaikh At turmusi, Syaikh Yasin padang dengan syarah ushul fiqihnya. Beliau-beliau adalah alumni makah al mukaromah. Dan Kyai Ihsan jampes kediri dengan syarah Sirojut tholibinnya (syarah dari minhajul 'abidin karya terakhir imam al ghozali dalam bidang tasawuf). Beliau adalah satu-satunya out put pesantren kita yang karyanya dituangkan dalam bahasa Arab dan menjadi literatur di dunia islam secara umum. Kemana yang lain...? mengapa realitanya seperti ini...? ini kah out put bahan ajar bahasa Arab kita...? Apa solusinya...?  

Salah satu faktor yang sangat urgen dalam rangka pembentukan mutu out put bahasa Arab adalah "Bahan Ajar Bahasa Arab", itu sendiri disamping faktor-faktor lain seperti: dosen, metode, mahasiswa, perpustakaan, lingkungan, dan pengambil kebijakan.  

Ada beberapa bahan ajar bahasa Arab baik dari Arab dan dari dalam negeri yang ada di PTAI dan di sekitar kita namun sangat terbatas dan minim sehingga menjadi salah satu kendala bagi para pengajar bahasa Arab dan para peneliti untuk studi banding secara mendalam.

Beberapa bahan ajar bahasa Arab yang merupakan karya asli putra arab diantaranya:

- al Arabiyah linasyiin dari Saudi (6 jilid),

- Silsilatul lughoh al Arabiah dari Saudi (6 jilid),

- al Arabiyah baina yadaika dari mesir (5 jilid),

- al Arabiah li ghoiri al arab dari mesir (5 jilid),

- al Arabiah li ghoiri natiqin biha dari mesir (6 jilid).

Dan beberapa bahan ajar bahasa Arab karya putra indonesia baik secara team maupun individual seperti: al Arabiah binamadzid dari team UIN jakaarta (6 jilid), al Arabiyah al Muyasaroh dari team IAIN Sunan Ampel Surabaya (5 jilid), Ta'limul lughoh al Arabiah li thulabil jami'ah team UIN jakarta (3 jilid = prioritas qiroatul kutub dan tarjamah, namun kurang relefan bagi mahasiswa yang tidak punya basik bahasa Arab yang cukup), Durusul lughoh al Arabiyah ala thoriqoh al haditsah dari pesantren Darusalam gontor ponorogo (2 jilid).

Ada juga beberapa bahan ajar bahasa Arab yang merupakan karya santri dengan prioritas penguasaan gramatika dan praktek qiroatul kutub diantaranya: metode Amtsilati oleh Taufikul Hakim (6 jilid kecil = ringkasan Alfiah ibnu Malik dalam 350 bait yang kemudian dijabarkan secara lugas dan sederhana dan langsung dipraktekkan dalam tataran tarjamah lafdziah dalam qiroatul kutub ala klasik), metode tamziz oleh KH. Tamziz dari Indramayu (1 jilid = ringkasan gramatika Arab dalam bentuk jadwal dan langsung dipraktekkan dalam tataran terjamah lafdziah dalam qira'atul kutub ala klasik).

Mayoritas bahan ajar bahasa Arab karya dari Arab sudah mengkaver semua maharah yang ada dalam bahasa arab, dengan model-model latihan yang tidak terlalu berbeda jauh, dan menyederhanakan kaidah serta memprioritaskan praktek untuk mencapai kemahiran maharoh-maharoh yang ada. Namun pendekatan bahan ajarnya secara umum sesuai kultur, budaya, psikologi, dan karakter asli Arab sehingga ketika diterapkan untuk non Arabi termasuk Indonesia realita di lapangan peserta didik & mahasiswa kita masih banyak yang merasa berat dan sulit untuk mengarungi bahasa Arab kecuali bagi mereka yang memiliki basik bahasa Arab yang cukup dan dengan hirah yang tinggi serta tekanan dari kelembagaan yang kuat. Karena itu bahan ajar ini realitanya hanya bisa diterapkan dibeberapa lembaga bahasa saja, itupun setelah diteliti secara real di lapangan mayoritas peserta didik dan atau mahasiswa masih merasa sulit.

Beberapa bahan ajar bahasa Arab karya dalam negeri juga sudah mengkaver semua maharah yang ada dalam bahasa Arab secara umum, menyederhanakan kaidah sesederhana mungkin serta sudah mencoba pakai kultur, budaya, dan psikologi ala indo, dengan pendekatan model-model latihan lebih mengadopsi dari sumber-sumber yang ada dari arab secara umum. Namun demikian fakta di lapangan out put dari bahan ajar ini masih lemah dalam qiratul kutub, insya', i'rob, serta muhadatsah, dan juga tarjamah. Adapun durusul lughoh al Arabiah ala thoriqah al haditsah adalah kajian praktek bahasa arab praktis dari teori kaidah yang memprioritaskan muhadatsah praktis namun kurang mengkaver qiroatul kutub, tarjamah, insya', dan i'rob.  

Termasuk bahan ajar bahasa Arab karya anak bangsa yaitu "Metode Mustaqilli". Bahan ajar ini mengkaver semua maharah yang ada dalam bahasa Arab, menyederhanakan kaidah sesederhana mungkin, sistimatis, model-model latihan berbeda dengan kitab-kitab karya asli dari Arab dengan prioritas praktek pengembangan bahasa itu sendiri secara riel baik secara muhadatsah dan insya' bukan sebatas menguji kejelian gramatika dan mufrodat, menggunakan pendekatan kultur, budaya, karakter, serta psikologi ala indo yang dikemas dalam bentuk struktur fushah melalui rumusan-rumusan yang sederhana kemudian dikembangkan. Dan ending dari bahan ajar ini di tingkat akhir tidak terlalu jauh dari tampilan bahan ajar yang dari Arab secara umum karena sudah dipandang mampu. Target akhir bahan ajar bahasa arab ini disamping menguasai maharah secara umum akan lebih difokuskan kemahiran tarjamah dan pemahaman Al Qur'an dan al Hadist dari bahasa aslinya serta terbiasa memahami Al Qur'an dengan tafsirnya dan al Hadist dengan syarahnya.

Melihat realita diatas pemakalah dengan segala keterbatasannya menganalisa dan kemudian menyimpulkan bahwa tiap bahan ajar diatas tidak lepas dari kelemahan dan kelebihannya masing-masing sebagaimana dalam karya-karya ilmiah yang lain. Namun untuk meningkatkan mutu out put bahasa Arab pada peserta didik dan mahasiswa maka tenaga pengajar dan dosen serta didukung pengambil kebijakan harus benar-benar selektif sehingga ke depan akan menghasilkan generasi islam yang lebih berkualitas dan profesional dalam khasanah keislaman terutama terkait implementasi bahasa arab dan pengembanganya serta produktifitasnya, diantaranya harus memilih bahan ajar bahasa Arab yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

-       Mengkaver semua maharah dalam bahasa Arab.

-       Menyederhanakan kaidah sesederhana mungkin.

-       Yang sistematis baik dalam kemasan materi, penampilan contoh dan pengembangannya, serta tata urut kajiannya.

-       Maharah-maharah yang ada diaplikasikan melalui rumusan-rumusan fushah dari yang mudah, sedang baru menuju yang lebih sulit dan baru dikemas dalam untaian kalimat panjang dalam bentuk alinea dalam sebuah bacaan.

-       Muhadatsah mendapat prioritas khusus dengan waktu khusus dan lebih baik ditangani oleh tenaga pengajar atau dosen tersendiri biar lebih fokus dan oftimal.

-       Yang lebih merangsang dan lebih menuntut peserta didik dan mahasiswa aktif mempraktekkan bahasa baik dalam tataran qiroatul kutub, insya', muhadatsah, tarjamah, sima'iah, i'rob dengan didukung secara aktif dan mandiri penggunaan kamus indo-arab dan arab-indo bukan di dekte oleh tenaga pengajarnya.

-       Yang paling sesuai dengan peserta didik dan mahasiswa, serta mereka merasa enjoi dan percaya diri dengan bahan ajar tersebut

Dosen bahasa Arab sebagai figur suritauladan dan barometer keilmuan kampus dalam spesifikasinya harus terus berusaha secara maksimal untuk menguasai bahan ajar dalam bidangnya serta studi banding bahan ajar yang lain secara mendalam untuk menambah profesionalitas dalam bidangnya serta mengadakan penelitian ilmiah secara mendalam dalam bidang ini baik secara individu maupun team sehingga ditemukan solusi yang paling jitu dan sesuai dengan akar masalahnya dan target yang dicanangkannya, tentunya dengan dukungan penuh dari pengambil kebijakan. Disamping itu juga harus up date info tentang perkembangan bahan ajar baru dan metodologinya untuk inovasi pengajaran di lingkungannya.

Sekedar sebagai tambahan informasi narasumber akan menyampaikan sekilas info terkait tentang bahan ajar bahasa Arab Mustaqilli dengan harapan besar agar menjadi bahan penguatan bahan ajar bagi para pengajar dan dosen terutama dari sisi sistematika dan metodologinya siapa tahu bisa ditranfer pada anak didiknya dan mahasiswanya pada sisi-sisi tertentu.

Komplek Pertokoan Maharaja No. A1/16
Pancoran Mas Sawangan – Depok Jawa Barat
SMS/Telp : 0811-977-2407, 021-3645-2011
PIN BB : 27D5EA80
email : [email protected]
web : www.mustaqilli.com


latestnews

View Full Version