View Full Version
Sabtu, 20 Sep 2014

Buanglah Mantan Pada Tempatnya

Selesaikan dulu kisahmu dengan si dia sebelum engkau memulai kisah baru dengan yang lain. Karena kisah yang belum terselesaikan di masa lalu, rentan hadir untuk mengusik dan menjadi duri dalam daging bagi kisahmu yang terkini.

Sahabat Mulimah Voa-Islam yang shalihah...

Tiap manusia pasti memunyai masa lalu. Karena masa lalu inilah yang membentuk dirinya di masa kini. Yang membedakan satu pribadi dengan pribadi lainnya dengan masa lalunya ini adalah penyikapan. Ada yang terjebak di masa lalu dan enggan untuk keluar. Dia menjadikan masa lalu sebagai hal penting untuk dibawa ke masa depan. Apalagi bila masa lalunya ini belum tuntas alias masih bermasalah.

Dalam rumah tangga, masa lalu ini bisa berupa apa saja. Tapi yang paling rentan adalah si mantan. Entah mantan suami/istri, bisa jadi mantan pacar, atau bahkan mantan calon suami. Maksudnya masih dalam taaruf tapi tak bisa lanjut hingga ke pelaminan. Bila tak bijak menyikap masalah yang muncul di masa lalu dengan si mantan, bukan tak mungkin masalah ini menjadi ‘laten’ atau semisal duri dalam daging dalam rumah tangga seseorang.

Selesaikan dahulu apa pun itu yang masih mengganjal dengan si mantan. Jangan mencari pelarian tatkala hati masih rapuh. Satu-satunya obat yang bisa diandalkan dalam kondisi begini adalah dengan banyak dzikrullah, semakin mendekatkan diri pada Allah.

Selesaikan dahulu apa pun itu yang masih mengganjal dengan si mantan. Jangan mencari pelarian tatkala hati masih rapuh. Satu-satunya obat yang bisa diandalkan dalam kondisi begini adalah dengan banyak dzikrullah, semakin mendekatkan diri pada Allah. Insya Allah bila langkah ini yang diambil, maka masalah apa pun itu bentuknya bisa dituntaskan hingga ke akar. Sehingga saat kaki ingin melangkah membuka lembar baru maka bayang-bayang masa lalu itu sudah tak lagi mengganggu.

Sayangnya, tak semua menjadikan Allah sebagai muara pencarian jawaban. Tak sedikit yang menjadikan masalah dengan si mantan dengan mencari penggantinya secepat yang ia bisa. Bagi laki-laki dia akan segera mencari perempuan pengganti. Bahkan tak tanggung-tanggung, langsung dilamarnya perempuan pertama yang ia kenal dan mau dengan dirinya. Sakit hatinya dilarikan pada sosok baru yang tak tahu apa-apa tentang masa lalunya.

Begitu juga dengan perempuan. Ia akan berusaha mencari pengganti laki-laki yang telah menyakiti hatinya. Dia terima saja siapa pun yang datang sekadar menunjukkan bahwa ia pun masih bisa dicintai oleh laki-laki lain. Ketika niat awal sudah salah, maka yakinlah langkah kaki juga tak bisa terarah. Diperparah dengan permasalahan yang masih menggantung di masa lalu, seolah menumpuki secarik kertas dengan tulisan yang baru padahal yang lama belum sepenuhnya dihapus dengan bersih. Tumpang tindih.

Suami masih sering melamunkan mantan. Begitu sebaliknya, si istri pun masih sering merindukan seseorang yang tak lagi halal buatnya. Suami istri hanya status saja ketika jiwa masing-masing pelakunya tak lagi berjalan bersama. Satu sama lain terjebak dalam kerangkeng yang sama bernama masa lalu.

Bilapun salah satu pihak saja yang tergilas oleh kenangan, maka tentu saja pasangannya menjadi pihak yang dizolimi. Dan sungguh, bukan seperti ini pernikahan yang diharapkan tercapainya sakinah dalam berumah tangga.

Jadi apapun itu masalahnya dengan si mantan, usahakan sudah tuntas sebelum kaki mulai melangkah. Andai pun karena satu dan lain hal memang kondisi tak bisa diselesaikan dengan baik-baik, maka yakinilah bahwa semua itu memang yang terbaik. Tak pernah Allah salah meletakkan satu kejadian. Tinggal manusianya bisa atau tidak mengambil hikmah dari tiap peristiwa yang terjadi untuk dijadikan pelajaran.

Bagi kamu para istri, perasaan mellow itu jangan dimanja. Si mantan tidak layak lagi dihadirkan saat sudah ada imam yang siap menggenggam masa depan. Syukurilah yang ada saat ini karena sesungguhnya di luar sana banyak perempuan yang menginginkan tempat dimana kamu berasa sekarang.

Bagi kamu para suami, buang masa lalumu di tempat semestinya. Masa lalu tempatnya ya di belakang. Berjalan itu menatap lurus ke depan bersama dengan pasangan yang saat ini setia mendampingi. Apalagi bila ada si buah hati. Ia tak berhak mendapati ayahnya membagi hati dengan mantan yang sejatinya cuma kenangan. Karena hati adalah milik Allah, maka kembalikan ia padaNya. Mendekatlah pada-Nya, minta untuk diteguhkan dengan pasangan halal yang sekarang.

Bagi kamu para istri, perasaan mellow itu jangan dimanja. Si mantan tidak layak lagi dihadirkan saat sudah ada imam yang siap menggenggam masa depan. Syukurilah yang ada saat ini karena sesungguhnya di luar sana banyak perempuan yang menginginkan tempat dimana kamu berasa sekarang. Hadirkan dzikrullah ketika ketukan kenangan dari masa lalu itu hadir. Tutup semua pintunya rapat-rapat. Fokuskan diri pada sosok yang saat ini halal menemani hingga kalian bersama menua nanti, insya Allah.

[riafariana/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version