View Full Version
Senin, 17 Nov 2014

Voa-Islamic Parenting (32): Ibu, Dilema Antara Sayang dan Merusak Anak

Sahabat VOA-Islam yang Shalih dan Shalihah...

Seorang ibu kalang-kabut membelikan ‘tablet’ untuk anaknya yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK) B. Sebelumnya si anak ini sudah dibelikan HP biasa sekadar untuk main game. Tak berapa lama, HP ini rusak. Jadilah si anak meminta sekalian saja dibelikan tablet.

Si ibu bertanya ke saya tentang harga tablet, merk dan jenisnya. Setelah menjawab sewajarnya, saya beri penekanan ke ibu tersebut bahwa si anak belum perlu dibelikan tablet. Tidak semua keinginan anak itu harus dituruti apalagi di usia yang masih sangat belia tersebut. Apa reaksi yang saya dapat?

“Saya ini nggak bisa nolak kalau anak meminta sesuatu. Bila saya mampu pasti saya usahakan sebisanya. Apalagi tablet ini hampir semua temannya di sekolah punya. Kasihan anak saya bila dia tak punya dan hanya bisa melihat temannya main dan dia tidak.”

Sekilas, jawaban ini masuk akal. Ibu mana sih yang tak ingin membahagiakan anaknya? Semua ibu pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan apa saja demi memenuhi kebutuhan si anak. Ya, kebutuhan. Di sini poin pentingnya.

Kebutuhan tak selalu sama dengan keinginan. Kebutuhan anak TK terhadap HP apalagi tablet tentu sama sekali berbeda dengan keinginannya. TK adalah usia ketika perkembangan fisik dan motoriknya harus banyak dilatih. Bermain game di HP atau tablet tidak menjadi prioritas.

Anak harus banyak berinteraksi dengan temannya, main lari-larian, main mobil-mobilan di dunia nyata bukan di HP, belajar bekerjasama, berselisih kemudian berdamai, belajar mencari solusi dan banyak hal lain yang masih harus dilakukan anak daripada hanya sibuk dengan HP-nya.

...Seorang ibu ada kalanya susah membedakan antara sayang, kasihan dan menabung untuk kerusakan anak di  masa depan...

Seorang ibu ada kalanya susah membedakan antara sayang, kasihan dan menabung untuk kerusakan anak di  masa depan. Menabung untuk kerusakan? Pasti tak ada ibu yang rela disebut demikian. Memang, tak ada ibu yang secara sengaja merusak anak. Tapi bila tak mau belajar dan mendengarkan nasihat pihak lain, maka sadar atau tidak kerusakanlah yang akan didapat.

Era teknologi ini memang memanjakan manusia untuk mudah mendapatkan HP dan tablet dengan harga murah. Tapi pernahkah terpikir efek negatifnya? Dari segi kerusakan psikologis anak, seorang ibu yang malas belajar akan susah dijelaskan dari sisi ini. Tapi dari segi kerusakan fisik, tahukah para ibu bahwa semua jenis gadget ini bekerja menggunakan gelombang elektromagnetik? Gelombang ini dengan caranya sendiri berpengaruh terhadap kesehatan manusia terlebih mereka yang berusia muda atau kanak-kanak.

Ada putra dari seorang teman yang di awal usia belasan tahun (SMP awal) tiba-tiba pingsan, mengalami kejang otot hingga harus dirawat di rumah sakit beberapa lama. Dokter sempat kewalahan menemukan penyakitnya sebelum akhirnya diketahui bahwa dia sensitif terhadap gelombang elektromagnetik. Karena setiap ada benda elektronik terutama HP atau alat komunikasi nirkabel di dekatnya, dia pasti pingsan dan menunjukkan kejang otot dan otak. Jadilah saat ini dia diisolasi di dalam rumah yang bersih dari benda elektronik.

Usut punya usut ternyata orang tua si anak sudah memperkenalkan peralatan elektronik ke anak bahkan sejak ia balita. Tujuannya agar anak tidak ketinggalan zaman dan bisa mengakses informasi serta menggunakan teknologi sejak dini. Tujuan orang tua yang sepertinya mulia ini ternyata menyumbang kerusakan anak di fase perkembangan fisik dan psikisnya. Bila sudah begini, penyesalan baru datang belakangan. Wallahu alam. [riafariana/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version